PART 31: Ingatan yang Kembali

20 2 0
                                    

Musim hujan mulai hadir, pastinya bikin ngantuk pas nulis. Mana hujannya gede-gede lagi. Semoga semua tumbuhan dan hewan yang kemarin-kemarin tidak mendapatkan air bisa makmur dan melepaskan rindu dan dahaganya pada air hujan. 

  ______________________________

Om Atmadja melongokkan kepalanya ke dalam mobil dari jendela supir " Kau benar nak, mereka sedang olah TKP dengan psikopat itu. Sebaiknya kalian di mobil saja. Jangan membuat dia terpancing"

Merah mengangguk patuh pada papanya.

"Om, saya mau lihat tampang psikopat itu" Membuka pintu

Kenangan hendak menahan lengan Malam, tapi Malam sudah menutup pintu itu kembali dengan cepat

"Oh, okey. Kau tidak apa-apa nak?" berjalan bersama Malam masuk ke gerbang di balik mobil-mobil polisi itu.

Sementara mata Merah dan Kenangan mengamati mereka dari mobil dalam diam.

"Kalau kau takut, bilang ya" celetuk Merah tiba-tiba hanya dengan melihat dari kaca spion depan. Dia seperti bisa melihat perasaan Kenangan di belakang.

Sudah mengepalkan tangannya dari tadi "Aku tidak takut. Kau tidak perlu khawatir" padahal ditinggal sendirian di kursi belakang membuat dirinya sedikit gugup. Seakan-akan satu lapisan perisainya terbuka sehingga membuat apapun bisa terjadi disitu.

Mereka terdiam lagi. Sejak pulang dari kantor polisi kemarin hubungan mereka hanya seperti ini jika ditinggal berdua saja. Mungkin keduanya memang tengah gugup dihadapkan kembali pada situasi mengerikan pada masa kecil mereka.

Hp Merah berdering. Ia melihat Merah mengecek layar ponselnya. Tapi ia biarkan. Cuma deringan telfon itu tidak berhenti. Akhirnya ia mengangkatnya juga sambil keluar dari mobil. Meninggalkan Kenangan sekarang sendirian di dalam. Suara pintu yang menutup itu berdebam menggaung di dalam dirinya. Sehingga membuatnya makin gugup.

Ini seperti satu-satunya lagi lapisan perisai sebagai pertahanan terakhir juga telah terbuka. Ia menarik nafas panjang, membuangnya pelan. Tidak.. aku adalah anak yang kuat. Kenangan anak yang kuat. Mengepalkan tangan dan membulatkan keberaniannya melawan apapun yang akan menyerangnya setelah ini.

Tiba-tiba terdengar lagi suara di kepalanya yang ia dengar kemarin di kantor polisi. Seperti rekaman yang memainkan isinya dengan otomatis segera setelah dia sadar dia sedang sendirian

"Rambutmu haluuus sekali.. Tak bisa aku lupakan...." suaranya berdesis.. cara dia menertawakannya itu..masuk dalam kepalanya tanpa pertahanan seperti alunan musik yang menyayat-nyayat jiwa menyelusup ke telinga kemudian berubah menjadi virus yang meracuni sel-sel dalam otaknya lalu turun ke organ tubuhnya yang lain pelan-pelan.

Kedua telinganya ia tutup dengan tangan gemetar. Kelebatan bayangan muncul di kepala, melihat ia terbanting, melayang, dan terbanting lagi. Ia menjerit tak bersuara sambil menangis. Bayangan itu terus berulang di kepalanya. Dengan perlahan menarik nafas menjadi sangat sulit. Tiba-tiba saja ia merasa tenggorokannya tidak cukup besar untuk menarik masuk semua udara ke dalam paru-parunya sehingga ia mulai sedikit sesak.

Ia bisa melihat Merah membuka pintu belakang dengan panik. Menggoyang-goyangkan badannya agar dia segera sadar. Tapi ia tidak bisa jelas mendengar suara Merah. Hanya bisa membaca mulutnya menyebut nama Kenangan. Dalam benaknya ia menjerit 'tolong aku..tolong aku Mer'

"KENAAAANG... KENAAANG.." menggoyang-goyangkannya semakin kuat

Ia masih tidak bisa merespon Merah. Suaranya seperti teredam.

Ketika Merah memanggilnya lagi, kali ini Kenangan terbatuk-batuk. Keringat membanjiri pelipisnya, dan wajahnya sudah penuh dengan airmata.

Merah terlihat ngos-ngosan " Kenang, kau sudah bisa bernafas? Kau tidak apa-apa?" jeritnya panik

Kenangan Bersemu MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang