PART 6: Mimpi Vs Kenyataan

35 4 0
                                    

Sejak kemarin Malam membawanya ke hutan itu kembali. Ia tidak bisa tidur. Setiap ia tidur, ia akan segera bangun lagi dengan keringat membanjiri tubuhnya. Ia sudah tidak pernah mengalami hal ini lagi semenjak 2 tahun lalu. Ia ingat jika dia sedang kelelahan, ataupun sedang sedih mimpi-mimpi tentang masa kecilnya akan memburunya di malam hari. Ia hampir tidak bisa tidur berhari-hari karenanya jika itu terjadi.

Semua itu pernah hilang ketika dia mulai mendatangi seorang psikolog yang sekaligus mentor Malam sebagai mahasiswa psikolog di salah satu universitas terkenal kota Bunga. Psikolog itu menganjurkannya untuk aktif dalam keagamaan. Ikut kegiatan yang positif dan masuk lebih dalam ke pengajaran rohani akan membawa Kenang lebih tenang dan damai.

Karena masalah yang dialami waktu kecil adalah hal yang tidak bisa ditangani seorang diri katanya. Itu akan membentuk karakter kita setelah dewasa.

Apabila kita membiarkan bayangan itu terus menghantui, kita bertumbuh menjadi anak yang takut akan banyak hal. Tuhan yang kita kenal membuat diri kita kuat dalam menghadapi segala situasi bahkan yang tersulit sekalipun.

Oleh karena itulah, setiap kali Kenang mengalami serangan mimpi buruk atau serangan ketakutan ia mulai berdoa. Baik dalam hati, atau di dalam kamarnya dengan bersuara, yang penting berdoa.

Awalnya ia tetap tidak mampu menguasai ketakutan itu maupun mimpi buruknya. Namun, psikolognya itu mengumpamakan luka-luka masa kecilnya seperti kepalan tangan.

Jika kita mengepalkan tangan sangat kuat, kuku-kuku jari di kepalan tangan kita akan menusuk semakin dalam dan bahkan lama-lama menjadi sakit karenanya. Namun jika mengendorkan kepalan tangan dan bahkan membuka lebar telapak tangan kita tidak akan merasakan sakit lagi.

Artinya, justru kita sendiri yang membuat diri sendiri terluka karena masa lalu itu karena kita terus mengingat-ingatnya, menggenggamnya begitu kuat, menyalah-nyalahkan diri, melukai diri sendiri yang memang sudah terluka.

Ini yang diumpamakan sebagai kepalan tangan yang digenggam kuat. Hal ini akan melumpuhkan seluruh fungsi sosial sebagai manusia. Mereka akan bertumbuh sebagai orang yang penuh dengan rasa takut, bahkan pada suatu kasus lain, dendam. Dan akhirnya bisa melukai orang lain. Baik dengan kata-kata maupun perbuatan.

Namun apabila berusaha berdamai, memaafkan diri dan memaafkan orang yang menyakiti di masa lampau maka kita mampu melepaskan diri pada luka-luka masa lalu itu.

Melepasnya bukan berarti melupakannya. Namun, Menerimanya dengan tangan terbuka. Seperti kepalan tangan yang dibuka itu. Bahwa itu sudah terjadi. Bukan berarti hidup sudah tamat. Namun menjadi awal dimana hidup akan memiliki harapan baru. Hal terakhir ini yang selalu ingin Kenang raih, tapi dia bukannya maju. Malah mundur hari ini.

Sedangkan besok sore ia sudah harus berangkat ke Pulau Selatan. Ke Kota Bunga. Walaupun malam mengatakan ia ingin membawa Kenangan lagi besok pagi-pagi ke hutan itu untuk menuntaskan apa yang belum tuntas. Kenangan sangat tidak ingin kesana lagi. Namun Malam sangat bersemangat. Ia tidak tega membuat dia kecewa.

Hello.. yang harus diselamatkan itu aku. Kenapa aku tolol sekali? Sampai-sampai harus peduli dengan apa yang orang lain rasakan?

Hmmpff.. Kenangan, kau sangat tidak jujur dengan perasaanmu. Ia mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri. Sepertinya dia juga lelah dengan sifatnya.

****

Dalam tidurnya Kenangan (25thn) bermimpi. Kembali lagi ke masa dimana ia tersesat di hutan dengan Merah. Sepertinya ini sama sekali bukan mimpi. Ini seperti ingatan. Dan dia sungguh pernah berada di dalamnya.

Suara burung-burung yang riang membangunkan Kenang (12thn). Badannya yang kurus itu sangat sakit di beberapa tempat. Ia baru menyadari bahwa semalaman ia tertidur dibawah pohon yang sangat besar dengan daun-daunnya yang lebat. Dialihkan pandangannya ke badannya. Banyak daun-daunan yang jatuh di badannya. Entah dari mana. Mungkin Merah (12thn) yang menaruhnya disana. Pantas saja semalaman dia tidak merasa terlalu dingin. Walaupun kadang terbangun juga.

Kenangan Bersemu MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang