Bermalam sehari di Motel dekat pelabuhan Rot membuat rombongan mendapatkan energi yang penuh pagi ini. Sarapan dengan makanan warung dekat terminal pelabuhan cukup memelekkan mata mereka yang lelah.
Ikan goreng, cumi goreng dan beberapa ikan lainnya di masak kuning dengan nasi. Dimana harganya cukup mahal, seharga makanan restoran di kota. Tapi, apa mau dikata, rata-rata harga makanan di atas 70 ribu per orang di kota ini.
Tepat jam 10 pagi merekapun berangkat dengan perahu motor yang di sewa ke pulau Itih. Berjarak 3 jam dari Pelabuhan itu.
Pemandangan pagi dari pelabuhan Rot sangat indah. Weasley dan Alfred berdecak kagum setiap kali mereka menikmati pemandangan di depan mereka. Meskipun jika dibandingkan dengan pelabuhan-pelabuhan di negerinya, penataan pelabuhan itu jauh dari indah.
Di beberapa tempat sudah tersebar pedagang-pedagang yang menjajakan dagangannya bercampur dengan bis-bis dari luar kota yang terparkir sembarangan di beberapa tempat. Namun, sungguh pemandangan minus terminal dan pelabuhan itu, benar-benar indah. Indonesia memang sangat indah. Ini baru satu dari pulau yang mereka datangi. Apa kabar dengan pulau-pulau di daerah lain?
Seperti biasa, Merah langsung sibuk mengambil beberapa gambar dari pelabuhan itu sebelum mereka menaiki perahu motor. Ada 3 orang yang membawa perahu itu. 1 orang kapten, dua orang awaknya. Mereka sangat ramah, khas orang-orang Pulau ujung Timur yang tidak banyak basa-basi seperti orang kota.
Beberapa menit mereka berada di atas kapal itu rasanya sangat berbeda dengan semua yang pernah dialami Kenang soal alam. Hal yang tidak bisa ia artikan dengan kata-kata. Rasa lega? Rasa tenang? Di hirupnya dalam-dalam udara laut itu memenuhi setiap ruang dalam paru-parunya. Untungnya tidak terlalu panas walaupun ada matahari jadi udaranya masih sangat segar tidak bercampur hawa panas.
Melihat riakan air laut begitu dekat dengan tangannya saat ini, membuatnya berdecak senang. Lautan yang biru itu membawa hawa yang berbeda dalam dirinya. Menonjok kesadarannya bahwa ia akan menuju lautan yang membentang luas di depan sana.
Bukan rasa takut yang timbul seperti biasa jika ia menuju ke tempat asing. Malah ini memunculkan rasa bahagia, senang, yang tidak terperikan. Apakah selama ini dia tidak menyadari dia menyukai laut? Apakah segitu happy-nya dia melihat laut?
" Apa kau senang traveling sekarang?" kekeh Kevin yang dari tadi duduk di sampingnya.
Tanpa sadar Kenangan tersenyum lebar. Ia tidak usah menjawab. Kevin sudah tau jawabannya hanya dengan melihat wajah Kenangan yang berbeda dari berpuluh jam lalu.
"Mungkin kau harus pindah ke perusahaan kami agar kau bisa lebih banyak travel. Aku dengar dari Merah, bekerja di Teleco benar-benar seperti berada dalam aturan pemerintah yang kaku dan tidak ada fleksibilitas. Kreatifitasmu akan mati kalau kau terus disitu"
Menggeleng pelan dan tetap tidak bisa menghapus senyum lebarnya " Aku suka bekerja dengan Teleco. Mereka tidak sepenuhnya kaku. Mungkin yang bisa kuusahakan setelah dari perjalanan ini adalah mengambil cuti untuk bisa lebih banyak travel. Menyeimbangkan hidup?" tertawa kecil. Menyadari dirinya sedikit lebih girang dari biasa.
Setelah kata-katanya barusan Kevin hanya menatapinya saja. Tersenyum. Sambil bertopang dagu. Membuat Kenang jadi risih. Dia pun mengalihkan pandangan ke arah laut lepas lagi. Daripada menghadapi tatapan yang menurut Kenang berlebihan. Seperti sedang mengamati tiap detil lekuk, garis wajahnya. Mungkin sambil menghitung berapa jarak kening Kenangan ke mata? Menurutnya itu sangat aneh.
Dua jam berlalu. Perahu mereka masih menderu kencang membelah laut dengan ombak-ombak yang semakin lama semakin besar dari perahu mereka itu. Perlahan langit di atas pun berubah menjadi gelap. Sinar matahari yang dari tadi menyinari mereka mulai kalah dengan awan gelap di atas. Semakin jauh mereka membelah laut, semakin hitam awan itu. Membuat hati orang-orang yang di atas perahu itu sedikit resah. Namun, tetap percaya pada kelihaian pelaut yang membawa mereka ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Bersemu Merah
FantasiKenangan kecil mengalami tragedi yang sangat menyedihkan. Namun masa itu seperti menghilang dari ingatannya karena seorang sahabat kecil bernama Merah William Atmaja. Anak itu menarik dia keluar dari bayang-bayang gelap mimpi buruk suram. Mengubahn...