PART 33: Awal yang menjadi Akhir (END)

20 4 0
                                    

Matari, tante Atmadja dan tante Binar langsung berhamburan memeluk erat Kenangan bergantian sambil menangis haru. Di pintu keluar operator.

Sepertinya semua mata polisi-polisi yang berada disitu menatap mereka sebentar namun langsung berseliweran lagi mengerjakan tugas mereka.

Malam ikut merasakan yang terjadi sambil tersenyum lega menatap wajah-wajah itu. Mengikuti langkah mereka berpelukan sambil masih terus berjalan keluar dari kantor polisi tersebut.

Om Atmadja merangkul Merah segera setelah melihat anaknya itu dan menepuk-nepuk pundaknya sesudahnya. Sorot mata Merah masih menyiratkan kesedihan yang dalam. Terlihat sekali dia menahan tangisannya daritadi. Menyeka airmatanya dengan cepat.

"Sudah berakhir nak!" Membelai rambut Merah dan tersenyum pada anaknya itu. Tante Atmaja juga ikut merangkul Merah masih sambil terisak. Mereka berjalan dan berhenti untuk saling memeluk dan menangis.

Malam ikutan juga merangkul Merah dan merangkul Kenang bersamaan. Ketika mereka berdekatan. Sekarang terlihat kepala Kenang bersandar di sisi pundak kiri dan Merah di pundak kanan Malam.

Tiba-tiba, Matari pun ikut nimbung dari belakang menubruk Kenang dan Merah dari punggung mereka masing-masing.

Sedangkan orang-orang tua itu memperhatikan anak-anak mereka sambil tersenyum haru. Dari samping-samping mereka. Kini mereka sudah ada di luar kantor.

"Semua sudah berakhir kawan" Kata Malam mengakhiri pelukannya dan mengusap air mata Kenang di pipinya.

"Sudah selesaiiii" Jerit happy Matari sambil menggoyang-goyangkan pundak Merah dan Kenang bersamaan.

Lalu merekapun saling tertawa berpandangan.

Setelah semua orang terlihat lepas dan mulai memperlihatkan senyum lega satu dengan yang lain "Bagaimana kalau kita mengakhiri hari ini dengan makan bersama?" Ucap Om Atmadja dengan wajah ceria.

Kenangan refleks memegang perutnya sambil tertawa kecil. "Lapaaar ooom" Teriak Malam menerjemahkan maksud Kenang. Merekapun semua tertawa melihat kelakuan anak berdua itu.

Tentu saja tidak ada yang menolak. Mengakhiri 2 hari yang melelahkan mental dan fisik akibat tragedi bertahun lalu memang patut dirayakan. Setidaknya akan mampu melepaskan seluruh ketegangan mereka.

Masing-masing sibuk mengatur kendaraan. Siapa di mobil mana. Ketika Malam dan Om Atmaja mendului mereka untuk mengambil mobil, Kenang, Matari, tante-tante dan Merah juga mengikuti mereka dari belakang.

"Mer ... " Kenang mengisyaratkan kepada yang lain bahwa dia ingin bicara dengan Merah yang disertai anggukan semua.

Merah mendongakkan kepalanya ke balik bahu. Lalu berhenti dengan tatapan yang sendu ke arahnya.

"Kau tidak apa-apa kan? " Tanyanya prihatin karena masih melihat ekspresi Merah yang terpekur sedih.

"Kami duluan Nak" Kata Tante Atmaja pada mereka berdua disertai lambaian kecil dari Matari dan tante binar.

Mereka mengangguk pelan.

Namun selanjutnya Merah ikut melangkah mengikuti mereka seolah-olah yang mau dikatakan Kenang tidak terlalu penting.

"Mer .. " Dia menangkap lengan Merah.

Menghembuskan nafas "Aku tidak apa-apa" Lalu sedikit berbalik menghadap Kenang.

Kenangan lalu mendekatinya dan terdorong untuk memeluknya dari samping. Ia menangis haru dengan satu tangan Merah memeluknya erat. Semua kesedihan mereka selama 13 tahun itu tertumpah disitu. Beberapa menit mereka saling berpelukan. Hanya suara tangis Kenang yang terdengar. Sementara Merah terlihat sekali masih menahan sedihnya.

Kenangan Bersemu MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang