PART BONUS: Melarikan Diri

13 3 0
                                    

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):

Arti dari kata lari /la·ri /
1 v melangkah dengan kecepatan tinggi,
2 v hilang; lenyap: -- semangatnya ;
3 v pergi (keluar) tidak dengan cara sah (baik-baik); kabur
4 v pergi (berpindah) untuk menyelamatkan diri.

******

Merah (12thn) "Kenaaang..." .. tersedu-sedu. Menggapai-gapai angin di depannya karena tidak ada cahaya sama sekali. Benar-benar gelap

"Kenaaaang..." jeritnya lagi. Kali ini lebih kencang dari sebelumnya. Terus mengitari hutan yang tanpa ujung itu. Ia sudah tidak tau dia ada dimana. Mungkin dia hanya berjalan berputar-putar, atau semakin menjauh dari tempat temannya berada. braakk..tersungkur di tanah setelah secara tidak sengaja menabrakkan kakinya ke akar-akar pohon besar sambil meringis kesakitan. Namun, ia cepat berdiri lagi.

"Kenaaang.. kau dimana?" Tersedu. "Maafkan aku.." tangisannya begitu pilu. Berjalan tanpa arah mencari teman yang bernama Kenang. Gigi-giginya mengertak kedinginan. Dari kepala sampai kaki tidak hentinya menggigil sepanjang ia berjalan. Rasa sakit sekaligus sedihnya sudah tak terperikan. Belum lagi rasa bersalah menggelembung terus menyiksanya. Apa yang akan terjadi jika temannya itu tidak pernah lagi ia temukan?

Meskipun berjalan cukup jauh, tidak ada satupun suara yang membalas teriakannya. Ia menangis semakin keras. Bukan agar didengar orang, namun, karena rasa putus asa yang amat sangat bersarang dalam hatinya. Sesenggukan berkali-kali. Jalannyapun terseok-seok, terus menelusuri area yang mampu dia lihat dengan matanya dalam kegelapan itu.

Lelah sedikit demi sedikit mulai menyerang. Ia bisa merasakan kedua kaki sudah menyerah mengangkat beban tubuhnya. Digelengkannya kepalanya. Beberapa kali mengerjap-ngerjapkan mata yang dari tadi sudah mau menutup. Ia harus tetap kuat. Tekadnya. Memaksa matanya membuka lebar-lebar. Kali saja orang jahat itu meninggalkan Kenangan di jalan. Harapnya dalam hati.

Beberapa menit kemudian berjalan mengitari hutan yang gelap itu tiba-tiba cahaya satu demi satu bermunculan dari balik-balik pohon menuju ke arahnya. Semakin lama semakin dekat. Gonggongan anjing-anjing riuh dari kejauhan.

Ia berhenti lama di tempatnya berdiri. Menatap sebentar-sebentar dengan matanya yang sudah menyipit kearah cahaya-cahaya itu. "Kenang?" Sekujur tubuhnya melemah. Nafasnya mulai menghela sangat pelan. Tapi dengan tekad yang masi tersisa. Ia melangkah ke arah cahaya itu.

Rasanya sudah berjalan bahkan berlari dengan sekuat tenaga. Tapi, ia tidak bisa mencapainya. Malah pandangannya semakin mengabur. Meski sejauh apapun tangannya menggapai. Badannya sangat lelah sekarang. Ia sungguh tidak bisa berlari lagi. Ia hanya ingin tidur sebentar. Sebentaaar saja.

Akhirnya, Merahpun tenggelam dalam lelap. Ia masih bisa mendengar suara orang-orang memanggil namanya. Mungkin salah satu dari mereka Kenangan? Iya.. pasti itu Kenangan. Ia pasti selamat. Gumamnya sendiri.

***

"... hampir meninggal pa jika sedikit saja pihak polisi tadi terlambat" Kesadarannya mulai muncul. Merah bisa mendengar suara mamanya sedang berbisik-bisik dengan papa di sampingnya. Ia hendak membuka mata dengan bahagia jika saja...

" Kenangan hampir saja di cekik sampai mati. "

" Husshh.... Ma tidak usah membicarakan hal itu disini" suara papanya kedengaran panik

" Kasihan sekali anak sekecil itu diperlakukan dengan kejam" isaknya tak henti-henti.

"Kita harus berhati-hati jangan sampai Merah mendengar. Bagaimanapun Kenang adalah temannya. Dia pasti sedih"

Kenangan Bersemu MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang