PART 20: Kenyataan Menyakitkan

28 4 4
                                    

Tiba-tiba seorang waiter sudah membawakan 2 mangkuk besar ramen ke depan wajah mereka.

"Terima kasih mas" Mata Merah langsung berbinar riang melihat kepulan asap dari mangkuk mie itu.

Kenangan melotot padanya seakan-akan mengatakan, apa ini? Aku tidak minta?

Mengambil sumpit yang sudah disajikan di meja

"Kalau kau tidak mau ya sudah. Aku lapar! Habis energiku mengejarmu. Terserah kau mau makan atau tidak. Bukan urusanku" Lalu melahap nikmat mie itu sambil menghirup aromanya yang membuat air liur Kenangan menjadi menumpuk di mulut.

Menelan masuk semua air liurnya. Perut Kenangan jadi bereaksi. Mengapa ia sangat lapar? Mungkin semua makanan di perutnya tadi siang lenyap karena di makan habis oleh perasaan shock membentur pintu.

Mencoba menahan diri untuk tidak mengambil sumpit di atas mejanya. Namun, rasionalitasnya buyar setelah kepulan asap dari mie itu menyelusup masuk ke dalam hidungnya. Menggoda otaknya untuk memerintahkan tangan. Oh tidak! Perlahan diambilnya sumpit disamping mangkuk. Tidak mau melihat ke arah Merah. Karena saat ini dia sedang menginjak harga dirinya sendiri. Menyeruput pelan ramen itu dengan malu. 

Tapi ketika mie Kenangan tinggal setengah, tiba-tiba sumpit Merah nongol di mangkuknya. Yang tentu saja mendapatkan pelototan berang Kenangan.

"Dih.. pelit amat. Lagian kau kurus gitu tidak mungkin makan banyak kan?" sok tau

Melotot "Tapi ini ramenku. Setidaknya kau basa basi meminta dengan sopan. Bisa?" tidak mau kalah

"Aku lapar" masih meneruskan aksinya mencomot sembarangan ramen Kenang dengan sumpitnya. Yang akhirnya membuat Kenang harus memberikan serangan balik dengan memblok sumpit Merah. Dan siap-siap merebut kembali mangkuknya yang kalau tidak di tahan, tangan temannya itu pasti lancang menariknya.

Mereka tidak sadar diliatin dari tadi sama samping kiri kanan muka belakang.

"Merraaahh...ini ramenku. Aku masih mauuu" jerit Kenang tertahan.

Adegan ini sama persis ketika mereka berada dalam kegiatan perkemahan di bulan-bulan terakhir masa SD-nya. Waktu Merah mengambilkan semangkuk indomie untuk meredakan amarah Kenangan. Mereka juga saling memperebutkan mangkuk seperti ini.

Mulut Merah dan Kenangan ternganga menghentikan serangan sumpit masing-masing di mangkuk itu. Seakan-akan mereka berdua terkena rentetan flashback masa lalu di kepala. Berpandangan sambil terkekeh geli.

"Iya..iya.. aku ingat. Kita pernah rebutan mie juga waktu dulu" membaca pikiran Kenangan

"...dan kau tidak berubah juga" sambung Kenangan masih terkekeh.

Memicingkan mata " Aku lapar. Aku harus bilang apa" memelas

Kenangan tergelak sambil menutup hidungnya dengan punggung telapaknya.

Ada rasa rindu yang menyusup masuk dalam hati Merah saat ini. Ia memandang lama Kenangan yang masih terkekeh geli melihat tampang Merah yang kelaparan. Tanpa sadar senyuman terlukis di bibirnya.

Mengamati wajah Kenangan seperti ini membuatnya ingat ketika Kenangan melompat-lompat riang. Merengek minta makan di hutan. Memanggil namanya kesal. Merengut marah jika Merah melakukan hal yang menjengkelkan padanya. Namun berceloteh riang jika menceritakan pohonnya 'Rimbun' dan anjing-anjing kesayangannya.

Kenang melirik Merah sesaat. Ia sadar diperhatikan dengan pandangan yang tidak biasa. Lalu melotot tidak senang. "Apa?"

Ditanya seperti itu Merah langsung terkikik " Mukamu memerah hanya karena aku melihatmu seperti itu? Kau benar-benar polos Kenang" menarik mangkuk Kenangan dengan cepat tanpa perlawanan. Dalam hitungan 1 menit ia sudah menghabiskan semua isinya dengan sukses.

Kenangan Bersemu MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang