Prolog ✓

915 126 49
                                    

Sorry for typo
~Happy Reading~

"Karena tidak semua yang sama akan berakhir dengan sama pula."

~ Twin's

Ruangan serba putih dengan beberapa aksen warna cream dan coklat muda sebagai pelengkap suasana menjadi lebih relaks. Mungkin karena suhu dari pendingin udara yang membuat orang-orang yang kini berada di dalam satu ruangan ini harus merasa gugup dan harap-harap cemas mengenai hasil tes yang mereka tunggu hasilnya setelah melakukan tes selama kurang lebih satu bulan untuk memastikan bahwa gejala itu tidak ada pada salah satu orang diantara mereka.

Pria yang baru menempuh kehidupan di dunia kedokteran selama lima tahun itu dengan berat hati harus mengutarakan hal yang sangat tidak dia suka.

Menyatakan vonis pada pasiennya. Karena dokter hanyalah manusia biasa, bukan Tuhan yang Maha Tahu. Tapi tetap saja sebagai bagian dari pekerjaannya, dokter bernama lengkap Celio Al-Lazuardi atau biasa dipanggil dokter Al oleh pasiennya, harus memberitahukan kabar duka pada dua orang yang sedang menanti jawaban atas hasil yang telah dilakukan.

Dokter Al menyodorkan sebuah surat segi panjang berwarna putih dengan kop surat khas rumah sakit ini di bagian depan surat. Surat itu hanya di tatap tanpa minat oleh seorang wanita paruh baya—yang berpakaian formal—lebih menantikan penjelasan dari dokter di depannya daripada harus membaca surat tersebut yang dia yakini pasti akan dihadapkan oleh hasil yang tidak mengenakkan, terlihat dari gelagat tidak nyaman yang dokter Al tampilkan.

"Jadi ... bagaimana Dok hasilnya?" Wanita yang mengenakan setelan wanita karir dan polesan make up tipisnya menambah kesan tegas sekaligus keibuan pada wajahnya yang tak lagi muda.

Dokter Al menghembuskan napasnya dengan kasar. "Mohon maaf Bu, untuk yang sebesar-besarnya." Wanita tersebut terhenyak, dia menggenggam erat lengan seorang gadis yang kini ada di sampingnya. Gadis tersebut terlihat tenang, menunggu penjelasan dari dokter Al.

"Setelah melakukan tes antibodi dan tes antigen, skrining menunjukkan bahwa putri Ibu adalah positif terkena HIV." Dokter Al melirik gadis itu yang tampak tidak terkejut. Malah terlihat tenang, seperti hal yang ini telah diprediksikan oleh gadis itu. Berbeda dengan wajah ibunya yang sudah pucat pasi dan mata yang terbelalak kaget.

"Itu ... benar, Dok?"

Dokter Al mengangguk. "Bahkan setelah diteliti di laboratorium melalui pengecekan hitung sel CD4, Pemeriksaan viral load dan Tes Resitensi, putri Ibu menunjukkan gejala-gejala positif. Mohon maaf Bu, saya mengatakan berita duka ini."

Gadis yang ada di samping Ibu itu tersenyum hangat pada dokter Al sambil menggumamkan kata terima kasih, membuat dokter Al beserta Ibu gadis tersebut mengernyit heran, sekaligus iba. "Kalau begitu, akan aku manfaatkan kesempatan ini untuk memenuhi keinginan yang bisa aku lakukan. Dengan 4 Keinginan sederhana." Ucapannya penuh semangat.

Sang ibu terguguk pilu, ini adalah hal berat untuk putrinya, tapi lihat lah sekarang? Dia terlihat tegar dengan apa yang dia dapatkan setelah sekian lama dia hidup dunia ini. Hal ini tidak begitu adil bukan? Karena dunia memang akan selalu penuh misteri dan rahasia yang akan membuat makhluk penghuninya terkejut.

~tbc~
©290120 tanialsyifa
[Selesai revisi 10 Juli 2020]

Note : Thank's for reading~
See you soon

Twin's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang