Bagian 12 | (Sepertinya) Luka ✓

99 26 0
                                    

Sorry for typo
~Happy reading~

"Kehidupan ini tidak selalu berporos padamu, terkadang kamu harus berusaha keras agar sampai di puncak kesuksesan atau memilih berdiam demi rasa aman."
~Twin's

Shana masih termenung saat kejadiannya bertemu dengan Ryuga masih terekam dalam benaknya. Dia berdecih kala mengingatnya.

"LO!" pekik Shana karena panik.

Ryuga menatap lurus pada wajah Shana yang masih berantakan usai menangis. Shana meringis menahan malu. Dia beranjak dari tempat tidur dan berpura-pura menampilkan wajah menyebalkan di depan Ryuga.

"Mau apa lo?"

Ingatkan Shana untuk tidak memaki dirinya sendiri, seharusnya Shana lebih memilih menutup pintu daripada berurusan dengan orang di depannya ini. Sudah cukup dia berurusan pelik dengan Ziyad dan Kiyo. Shana tidak ingin menambah kepelikkannya.

Ryuga yang masih memandang heran pada Shana, yang berusaha tampil baik-baik saja. Padahal tadi dia jelas-jelas memergokinya sedang menangis.

"Kenapa lo gak ada di samping Naya saat ini?"

Shana tertawa miris mendengar penuturan Ryuga. Bukan hal aneh juga saat dia tidak heran tentang Ryuga yang memiliki akses di rumahnya. Sebab dia juga tahu, bahwa Ryuga Lazuardi merupakan orang yang ada saat masa kecil Anaya Natsumi.

"Apa peduli lo?" tantang Shana, berani.

Ryuga masih menyorot tajam padanya, tapi Shana mencoba untuk bersikap baik-baik saja. Dia tidak boleh gentar!

"Lebih baik lo keluar!" usir Shana secara terang-terangan karena Ryuga terus menatap menyelidik padanya.

Ryuga menyunggingkan senyum menyeringai. Dia bersikap santai. "Semakin lama, lo keliatan kaya benalu, Shan."

Perkataan Ryuga menyayat hatinya. Shana mengepalkan kedua tangannya. Laki-laki di depannya ini memang dari dulu selalu menunjukkan raut tidak suka padanya.

Shana memilih untuk menutup pintunya daripada harus meladeni orang yang memang tidak memiliki rasa kepedulian pada kita, bahkan ketika orang itu telah melihat diri kita yang sedang terpuruk sekalipun.

Ryuga menahan pintu yang hendak Shana tutup, dia merasa bersalah karena bertutur tidak baik pada Shana, tapi itu murni karena ketidakjujuran dari Shana yang masih saja berlagak baik-baik saja, padahal nyatanya tidak seperti itu.

Ryuga sangat membenci ketidakjujuran.

"Lo harus berhenti pakai topeng lo itu, semuanya gak bisa lo sembunyikan dengan baik," nasihat Ryuga.

Shana mendengkus, dia menatap datar pada Ryuga. "Banyak omong!" maki Shana.

Blam!

Pintu kamar Shana tertutup rapat, Shana berusaha menghalau tangisnya yang akan pecah. Bahkan orang yang Shana kira membenci saja, bisa menyadari ketakutan yang sebenarnya ada padanya. Shana terlalu gengsi untuk mengakuinya, tapi perkataan Ryuga seolah-olah seperti cambuk pengingat baginya.

Di dalam kamarnya yang terpaut tidak jauh dari kamar Naya, Shana mendengar semua percakapan orang-orang. Meskipun tidak jelas, namun tampaknya panca inderanya sangat peka terhadap orang-orang yang membicarakannya.

Perihal hubungannya dengan Naya.

Padahal mengurusi kehidupan diri sendiri saja belum tentu benar, malah memilih repot dengan kehidupan orang lain. Memang manusia bisa selucu itu. Pikir Shana.

Twin's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang