Sorry for typo
~Happy reading~
"Tidak ada yang benar-benar mengerti dirimu kecuali kamu sendiri. Belajarlah mencintai diri sendiri sebelum kamu belajar mencintai orang lain."
~Twin's
Shana merasa pening di kepalanya semakin meningkat, bahkan dia merasa suhu tubuhnya ikut meningkat, panas. Perutnya terasa melilit, ada sesuatu di dalam sana yang menekan bagian dalam perutnya. Diwaktu penglihatan Shana mulai menggelap karena tubuhnya terasa terpelanting jauh, bahkan dia dapat mencium bau anyir dari darah yang merembes di tubuhnya. Tubuhnya ikut terseret oleh bus yang masih melaju kencang.
Napas Shana memburu cepat, peluh keringat membasahi hampir sekujur tubuhnya. Shana merasa tubuhnya kaku dan sulit digerakkan olehnya, dia mencoba untuk merintih kesakitan dan meminta pertolongan. Tapi mulutnya kelu dan pandangannya kian mengabur.
"SHANAAA!"
Suara itu kembali Shana dengar. Terdengar melengking, namun tak masalah baginya yang mungkin saat ini akan segera meninggalkan semuanya. Biarkanlah pertahannya luluh untuk saat ini saja. Dia hanya ingin menyerah pada takdir, dia ingin menangis seperti yang sering Naya lakukan jika merasa hatinya sedang tidak nyaman.
Shana ... hanya terlalu lelah dengan semuanya, dengan segala lakon pura-pura. Tentang perasaan, juga hatinya. Tentang banyak hal yang Shana inginkan, namun terpaksa harus direnggut darinya. Biarkan dirinya menjadi lemah untuk saat ini saja. Membiarkan air matanya luluh dengan deras melalui kelopak matanya. Isak tangis yang sudah lama ingin dia luapkan, kini menemukan tempatnya untuk mencurahkan perasaannya tanpa sedikitpun rasa yang dia tutupi.
Bukan untuk sebuah rasa sakit pada kening, kaki ataupun tangannya. Melainkan pada hatinya. Sukma yang selama ini selalu Shana sembunyikan dari banyak orang.
Shana ingin ... semuanya berakhir di sini saja. Berakhir untuknya yang merasa sakit dibanyaknya sisi, terutama sudut hatinya.
Hingga sebuah tepukan pada pipinya membuat Shana memaksakan diri membuka kelopak matanya yang terasa berat dan berair. Lenguhan kecil dari Shana membuat orang yang menepuk pipinya merasa iba. Bagaimana tidak, dia sudah memanggil Shana beberapa kali, namun tidak ada sahutan.
Saat dia memeriksa kamar Shana, gadis itu sedang terlelap tidur dengan selimut yang menutupi tubuhnya hingga dagu. Padahal hari sangat panas di luar sana, tapi melihat Shana yang bergelung dengan selimut hingga mengigau-ngigau membuatnya terperanjat saat mengetahui bahwa tubuh Shana menggigil disertai rasa panas pada bagian kening dan leher.
Pantas saja, ternyata dia sedang demam. Batinnya.
Lantas dia mengambil semangkuk bubur dengan obat-obatan yang sudah biasa dia sediakan jika sewaktu-waktu Shana mengalami hal seperti ini.
"Shana ... " panggilnya, melembut.
Shana terbangun dari mimpinya dan menatap neneknya yang sedang menunggunya dengan wajah cemas. Senyuman kecil dari sang nenek, membuat kedua sudut bibir Shana ikut melengkung.
Ternyata cuma mimpi, gue kira beneran. Rasanya emang benar-benar nyata. Gumam Shana.
"Nek... Maafin Shana, ya?" Ucapan tiba-tiba dari Shana membuat sang nenek ikut prihatin dengan kondisi cucunya ini. Dia yakin sekali, bahwa hal buruk—mungkin saja—telah menimpa Shana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin's [END]
Teen FictionKarena tidak semua yang sama akan berakhir dengan sama juga. Layaknya kehidupan yang labil, memberikan setiap misteri didalamnya. Menanti para pemain untuk segera memainkan peranannya dalam kehidupan yang fana ini. Kenyataan bahwa jangan pernah mem...
![Twin's [END]](https://img.wattpad.com/cover/124216418-64-k475497.jpg)