Sorry for typo
~ Happy reading ~
"Terlena oleh perasaan akan membuat hati mati secara perlahan. Karena rasa sakit akan terkalahkan oleh rasa sayang yang dimiliki"
~Twin's
Shana memandang kosong langit-langit di ruangannya. Banyak yang terpikirkan olehnya. Shana berpikir bahwa dengan membenci Naya, akan membuat hatinya merasa lebih baik, tapi selalu ada perasaan sakit yang menyusup kala Shana berbuat tidak baik pada Naya, seperti membentaknya, misalnya.
Menjadi seorang kakak dari kembarannya merupakan beban yang terberat. Karena pada hakikatnya, seorang kakak selalu menjadi tolak ukur bagi seorang adik dalam menjalani kehidupannya. Dengan kelakuan Shana pada Naya, banyak sekali orang-orang yang mencelanya. Itu, wajar saja.
Tapi, saat orang itu sudah memasuki ranah pembicaraan yang bagi Shana sendiri tidak perlu dicampuri oleh pihak lain, Shana rasa, dia harus menghentikan pembicaraan itu. Seperti kejadian yang menimpanya sewaktu pertama kali datang ke SMA Kejora, dia bertemu dengan seorang kakak kelas, perempuan. Dia adalah orang yang sama yang Shana temui di kafetaria rumah sakit minggu lalu.
Perempuan yang mengenalkan dirinya sebagai Sita Parwati itu, menghadang jalan Shana saat dirinya hendak pulang. Ditemani bersama antek-anteknya, Sita melipat kedua tangannya di depan dada dengan mata yang nampak menilik pada Shana dari atas hingga bawah.
Shana masih ingat betul bagaimana tatapan meremehkan dari Sita padanya. "Gue kira lo orang yang sama bodohnya kaya Naya, ternyata lo cukup sangar buat tampang seorang adik kelas," ucap Sita.
Shana mencoba mengabaikan kehadiran Sita dengan memasang wajah datar dan tidak merasa tidak merasa terganggu sedikitpun oleh perkataan provokasi darinya.
Sita menggeram, karena Shana tidak terlihat terganggu oleh perkataannya. "Oh, iya. Gimana ya, cewek lemah kaya Naya, kalo sampai aibnya ketahuan sama orang lain? Pasti malu banget ya?"
Sita pura-pura memperlihatkan wajah sedihnya itu. Shana mengernyitkan keningnya. "Sok tahu!" balasnya tak acuh.
Sita tersenyum menyeringai, dia melirik pada dua orang di sampingnya. Lalu menatap ke arah Shana lagi. "Yakin, lo mau gue beberin aib adik lo itu, di sini?"
Shana sudah mengepalkan tangannya, dia juga tahu bahwa dia pun tidak suka dengan Naya, tapi jika orang lain menghina kembarannya, dia rasa, pantas baginya untuk melindungi Naya dari orang seperti Sita.
Shana merasa iba dengan kehidupan Naya jika dikelilingi oleh orang seperti Sita. Shana semakin membenci manusia saja karena perilaku Sita ini. Dia merangsek maju, menghadap Sita dengan wajah menantang. Tidak ada rasa takut sedikitpun meski Sita menatapnya dengan tatapan tajam penuh intimidasi, juga dua orang teman Sita—yang tidak Shana ketahui namanya—mengurungnya, menutup segala celah yang memungkinkannya untuk lari di situasi genting dengan tubuh menjulang mereka.
"Lo. Lemah!" Shana menekankan setiap suku katanya pada perempuan yang kini melotot padanya, wajahnya sudah merah padam.
"Lemah karena lo mau repot-repot ngurusin hal yang gak sebenarnya gak penting buat kehidupan lo," sambung Shana. Dia menghela napas, ternyata lelah sekali jika harus bicara banyak.
Sita yang murka terhadap perkataan Shana, melayangkan sebuah tamparan yang hendak memberikan kesan merah pada pipi Shana yang cukup berisi. Namun, Shana lebih dulu mencekal lengan Sita yang terhenti di udara. Sita meronta-ronta untuk melepaskan lengannya, tapi Shana tidak membiarkannya semudah itu. Sedangkan teman Sita, sedikit ngeri dengan pandangan Shana pada Sita, mereka sedikit menjaga jarak dari Shana. Enggan untuk ikut campur lebih lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin's [END]
Подростковая литератураKarena tidak semua yang sama akan berakhir dengan sama juga. Layaknya kehidupan yang labil, memberikan setiap misteri didalamnya. Menanti para pemain untuk segera memainkan peranannya dalam kehidupan yang fana ini. Kenyataan bahwa jangan pernah mem...
![Twin's [END]](https://img.wattpad.com/cover/124216418-64-k475497.jpg)