Sorry for typo
~ Happy reading ~
"Karena pada hakikatnya, hidup ini adalah pilihan setiap makhluk dengan resiko yang harus siap ditanggung."
~Twin's
Perkenalkan singkat mengenai nama dan alasannya untuk kembali sekolah meskipun baru saja homeschooling selama beberapa tahun terdengar klise bagi Shana sendiri, namun tidak bagi teman sekelasnya. Mereka heboh menanyakan ini-itu, terutama tentang Shana yang terlihat mirip dengan Naya masih sempat mereka ragukan.
Tentu saja mereka kembar, apakah mereka tidak bisa melihat itu dengan jelas dan mempertanyakan lagi?
Jengah. Itulah kata yang pantas untuk menggambarkan suasana hatinya. Shana hanya membalas pertanyaan yang terlontar padanya dengan senyum tipis—terlihat terpaksa—bagi orang peka atas kelakuannya.
Shana disuruh untuk duduk di barisan tengah. Shana mendengus kesal, pasalnya bagian tengah adalah tempat duduk yang paling dia hindari, karena letaknya yang mencolok dan gampang untuk dilirik dari berbagai sudut oleh teman-teman barunya. Apalagi jika yang berhubungan dengan Naya.
Shana merasa bersyukur karena tampaknya, dia akan duduk sendirian. Kursi yang berada di sampingnya kosong.
"Sudah-sudah, kalian bisa melanjutkan sesi perkenalan lebih jauhnya setelah bel istirahat berbunyi. Sekarang kalian fokus pada pembelajaran saya!" Bu Dewi melerai mereka yang terus saja memborbardir Shana dengan banyak pertanyaan.
Shana menghembuskan napas lega. Setidaknya kali ini, dia selamat dari pertanyaan yang memuakkannya.
Tapi sepertinya kelegaan itu hanya bersifat sementara, saat lelaki jangkung yang dia temui di lapangan indoor duduk di samping Shana.
Shana terperanjat, buru-buru dia menampilkan ekspresi datarnya. Shana berusaha mengabaikan pesona laki-laki itu yang membuat sebagian perempuan di kelasnya, memerhatikan interaksi laki-laki tersebut saat mengenalkan diri padanya.
"Nama gue, Ziyad Altair, temen gue biasa manggil gue Alta. Khusus buat lo panggil aja, Zi. Oke?" Ziyad mengedipkan sebelah matanya membuat Shana mengerjap atas kelinglungannya.
Astaga, punya dosa apa gue sampe bisa sekelas sama orang ini! Rutuk Shana dalam hati.
"Dih." Shana mendelik dan kembali fokus pada Bu Dewi yang sedang menerangkan pelajaran Sejarah Indonesia, menggantikan ketidakhadiran Ibu Sri. Katanya.
Saat sedang menyimak materi, ada secarik kertas yang terulur dihadapan Shana.
Nanti istirahat gue anter lo keliling sekolah. Anggap aja kaya tour dan sebagai salam perkenalan kita.
"Bukan ide yang buruk," pikir Shana.
Shana mengiyakan ajakan Ziyad dan berharap bahwa tidak ada hal buruk yang akan dia terima nantinya karena harus mengenal makhluk di sampingnya.
•ווו
Bagi Shana hidup ini adalah pilihan. Kau ingin berbuat baik atau buruk sekalipun. Hidup ini adalah pilihan kalian. Dan Shana tidak ingin hidup yang repot-repot seperti kebanyakan orang, simple is so happy.
Untuk itu, mencampuri urusan orang lain bukanlah hal yang biasa Shana lakukan. Tapi anehnya, hanya karena dia melihat dengan mata kepalanya sendiri ada dua orang laki-laki yang sedang saling bertengkar dengan amarah yang enggan untuk mengalah, dua laki-laki itu terlihat berambisi untuk saling menjatuhkan lawannya masing-masing. Namun, tidak ada yang mau mengalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin's [END]
Teen FictionKarena tidak semua yang sama akan berakhir dengan sama juga. Layaknya kehidupan yang labil, memberikan setiap misteri didalamnya. Menanti para pemain untuk segera memainkan peranannya dalam kehidupan yang fana ini. Kenyataan bahwa jangan pernah mem...
![Twin's [END]](https://img.wattpad.com/cover/124216418-64-k475497.jpg)