Bagian 14 | Perasaan Anaya ✓

115 26 0
                                        

Sorry for typo
~Happy Reading~

"Semuanya tidak sebanding dengan apa yang kamu miliki. Hanya orang-orang yang kuat saja yang dapat mengerti makna dari sebuah kesabaran."
~Twin's

Menjadi pusat perhatian sudah menjadi hal yang biasa bagi seorang Kiyo Bagaskara. Namun tidak berlaku bagi orang yang berada di samping Kiyo. Perihal berjalan beriringan saja, tetap saja membuat netizen banyak nyinyir. 

Meskipun Widia selalu bersama Kiyo, pandangan orang-orang di sekolah masih saja menganggap bahwa Widia merupakan orang yang sangat istimewa bagi Kiyo, tapi Widia tidak percaya. Mungkin saja, Kiyo menganggapnya sebagai adik. Itu hanya praduganya saja.

Sama halnya seperti sekarang, saat ketiga sahabatnya memilih berjalan beriringan menuju gedung IPS, Kiyo malah menyelaraskan langkahnya bersama Widia untuk mengantarkannya ke gedung IPA yang berseberangan dengan gedung IPS.

"Kiyo udah, ih! Gak usah di antar, gue bukan anak kecil tahu." Widia merenggut sebal karena Kiyo lebih memilih tetap mengantarkannya.

"Tuh lihat, sahabat lo aja pada ke kelas!" Widia menunjuk pada tiga orang yang berjalan menuju kelas Kiyo yang berada di ujung koridor kelas sebelas IPS.

Widia mencoba mendorong tubuh Kiyo yang dua kali lebih berat dan besar dari pada tubuhnya untuk menghentikannya mengantarkan ke kelas yang berlawanan arah dengan kelas Kiyo. "Sana, ih!"

Kiyo masih bergeming. Membiarkan Widia yang mencoba mendorong tubuhnya agar bergerak ke tempat yang diinginkan gadis itu, tapi bukannya bergerak, tubuhnya tidak sedikitpun bergeser dari tempatnya.

Widia menatap Kiyo dengan berkacak pinggang. "Gila, makan apa lo, sampe kuat gitu?" tanya Widia dengan takjub. Dia menyeka peluh pada keningnya.

Pagi ini, rasanya Widia sudah banjir oleh keringat sana-sini.

Kiyo malah mengukir sunggingan manis, membuat Widia berdecak kesal. "Malah senyum!"

Melihat Widia yang mencuatkan bibir, Kiyo merasa paginya lebih baik. Gadis di depannya ternyata tidak pernah berubah sama sekali meskipun sudah berteman sejak kecil, tingkahnya selalu saja membuat Kiyo gemas.

Kiyo berjalan ke belakang tubuh Widia dan menggiring bahu Widia untuk berjalan menuju kelas perempuan itu. "Jangan banyak omong, pusing."

Widia sempat memprotes karena Kiyo menggeretnya hingga membuat Widia berjalan mundur secara teratur. Setelah Kiyo mewanti-wantinya agar tidak lagi melarang laki-laki itu untuk mengantarnya, Widia akhirnya dibiarkan untuk berjalan normal lagi. Tanpa perlu di seret.

Widia membiarkan mereka menjadi pusat perhatian pagi hari ini, tapi Widia berjanji pada dirinya sendiri akan memberikan pelajaran pada Kiyo yang telah membuatnya malu di pagi ini. Dia berusaha untuk menulikan telinga dari perkataan netizen yang membuat kepala pening, jika mengingatnya.

"Dasar nyebelin!"

Widia mencak-mencak dan beringsut dengan terpaksa karena Kiyo yang terus menuntun bahunya agar terus berjalan ke depan. Dia tidak menghiraukan Kiyo yang ada di belakangnya. Padahal Widia ingin sekali membuat laki-laki itu terbanting oleh kekuatannya.

Tapi apalah daya anak kecil macam Widia, jika harus berhadapan dengan titisan macan seperti Kiyo. Widia mendadak bergidik sendiri mengingat hal-hal buruk yang bisa saja terjadi padanya.

•ווו

Upacara Bendera pada hari Senin merupakan salah satu hari dari sekian waktu yang sangat Akio nantikan. Berbeda dengan kebanyakan orang yang membenci hari Senin, karena adanya sebuah upacara bendera, Akio justru adalah orang yang paling semangat karena itu.

Twin's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang