Bagian 24 | Perasaan Shanaya ✓

92 17 0
                                        

Sorry for typo
~ Happy reading ~

"Tidak adanya sebuah penjelasan, akan menimbulkan kesalahpahaman yang berkepanjangan."
~Twin's

Suatu hal jika kita terus menyangkalnya, justru semakin tampak kebenarannya. Karena sebesar apapun kamu menolak kenyataannya, hal itu akan tetap menjadi sebuah kenyataan yang konkret dan tidak bisa dipungkiri meskipun kamu mencoba menutupinya dengan segala kebohongan. Pada akhirnya kamu akan tetap menyadarinya, tergantung perasaan dan keyakinan kamu tersendiri.

Sebelum Naya kehilangan kesadaran sepenuhnya, dia tersenyum simpul pada Shana yang tertegun ke arahnya. Sejenak Naya dapat melihat kedua sudut bibir Shana melengkung canggung. Setidaknya kali ini, Naya dapat melihat senyum itu terpatri pada wajah Shana yang masih kakuk untuk sekedar tersenyum kepadanya.

Setidaknya salah satu keinginan ku sudah aku dapatkan.

Melihat Naya yang kembali terbaring lemas menjadi pemandangan yang sangat menyesakkan bagi Shana. Bahkan Shana sendiri mulai bingung dengan perasaannya sendiri. Entah bagaimana caranya untuk merespon kejadian ini, tapi bagi sebagian orang yang belum mengenalnya, pasti melihat Shana sebagai seorang saudara yang tidak pantas. Karena memilih berdiam diri di luar ruangan Naya dan hanya menatapnya lewat kaca transparan yang ada di pintu.

"Gak ada niatan masuk?"

Shana hanya menoleh sekilas, dia tahu bahwa orang yang ada di sampingnya jelas-jelas menunjukkan wajah ketidaksukaan kepadanya. Shana kembali melirik Naya yang sekarang sedang di kelilingi oleh orang yang dia sayangi dan menyayanginya

Naya tampak bahagia, meskipun dia sedang sakit dan ketidakhadiran Shana di sampingnya, tidak akan berpengaruh pada Naya. Sepertinya.

Karena tidak mendapatkan jawaban, Akio menghela napasnya terlalu keras, hingga membuat Shana meliriknya. "Masuk aja," sahut Shana cepat.

Akio menaikan sebelas alisnya. Sementara itu, Shana berdecak pelan. "Jangan pura-pura bodoh, gue paham maksud lo," ujar Shana sambil tersenyum menyeringai.

Kerutan di dahi Akio semakin membuat Shana gemas. "Maksud lo apaan?" tanya Akio.

Shana berdecih dan memalingkan muka, menatap pintu dengan berbagai perasaan yang berantakan. "Masuk aja, Naya pasti butuh lo," ungkap Shana dengan lirih.

Terdengar suara tawa di sampingnya, kini Shana yang menatap Akio dengan bingung.

"Gue gak nyangka lo bisa kaya gini, Shan. Bilang ke orang lain buat jangan pura-pura bodoh, tapi lo sendiri membodohi diri lo sendiri."

Akio menepuk sebelah pundak Shana sebelum masuk ke ruangan Naya. "Senjata makan tuan, kan?"

Shana memalingkan wajahnya, dia mengepalkan kedua tangannya. Shana gatal sekali ingin mencak-mencak sekarang, tapi dia menyembunyikannya di balik wajah sok tenanhnya itu. Shana benci mengakuinya, tapi apa yang Akio ungkapan adalah kebenaran yang Shana elak. Karenanya, Shana semakin geram.

Shana memilih duduk untuk meredakan amarahnya. Dia mencoba untuk mengalihkan fokusnya pada gawai yang sedang ramai oleh banyak notifikasi dari grup WhatsApp dan berbagai media sosial lainnya. Shana berdecih, ketika tahu bahwa dirinya menjadi salah satu objek gosip di kelasnya.

Lambe turah, dasar! Maki Shana dalam hati.

Karena berurusan dengan netizen tidak akan ada habisnya, Shana memilih menyimpan kembali gawainya pada tas selempang hitamnya dan memilih untuk berjalan-jalan di sekitar rumah sakit. Shana mencoba menghilangkan sesak yang sendari tadi dia rasakan terhadap Naya.

Twin's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang