Bagian 33 | Keegoisan Nana Naomi ✓

81 18 0
                                        

Sorry for typo
~Happy reading~

"Jangan menyalahkan orang lain dan beranggapan bahwa kamu selalu benar."
~Twin's

Ruangan berukuran lima hingga enam meter, kini dilingkupi oleh suasana yang semakin canggung. Netranya menilik pada dua objek yang sedang berhadapan, tanpa memperdulikan tiga objek lainnya yang menatap ke arah mereka. Dilihat dari sisi manapun, situasi seperti ini dapat menimbulkan kesalahpahaman. Namun sisi baiknya, orang itu tampak tak acuh dengan sekitar, atau memilih untuk berpura-pura tidak menganggapnya penting.

Nana mendengus saat Elvan masih terlihat santai seperti sekarang, padahal sebelum datang ke ruangan—sialan ini—dia sudah kalang kabut. "Mas, Naya gak ada di rumah sakit!" pekik Nana dengan suara lantang, membuat Shana membeku di tempatnya.

Nana melirik Elvan yang tampak membatu. "Mas! Seharusnya Naya sekarang, check up, tapi dia gak ada!"

Kemudian tatapan Nana berpapasan dengan netra milik Ayu yang nampak berdiri kikuk. "Mas, sepertinya kita pergi dulu, permisi," pamitnya yang dibalas oleh anggukan Elvan dan senyum tipis dari Nana.

Mungkin para orang dewasa ini tahu bagaimana cara menghadapi situasi kikuk seperti sekarang. Shana mengikuti langkah Ayu yang hendak keluar, toh keberadaannya di sini tidak memberikan efek apapun.

Meskipun dia ingin mengetahui tentang adiknya, jelas ada oknum yang tidak akan membiarkan Shana untuk dapat mengetahui keadaan adiknya dengan mudah. Hati Shana ikut ketar-ketir cemas dengan keadaan Naya. Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa dia juga sangat mengkhawatirkan kondisi Naya yang akhir-akhir ini sempat menurun, itu kata dokter Celio. Saat Shana check up lusa lalu.

Saat Shana berada di ambang pintu, suara Nana mengintruksikan langkahnya sehingga terhenti. Mau tidak mau pun Shana berbalik.

"Mau kemana akamu, Shana?"

Suara Nana yang terdengar menusuk di daun telinganya. Suara yang sudah tidak Shana dengar lagi sejak tahun kelima, sejak tinggal bersama kakek-neneknya.

Shana hanya menatap datar Nana. Jika biasanya wanita itu akan terlihat memelas padanya untuk tinggal di rumahnya dengan alasan rindu, Shana percaya itu bukanlah maksud sebenarnya dari permintaan sang ibu.

"Memang ada perlu apa ya?" sahut Shana cepat, dia kembali duduk dekat Elvan dan membiarkan Ayu dan Kiyo pergi mendahuluinya.

Nana menatapnya dengan selidik, matanya memicing curiga. "Kamu gak buat Adik kamu kabur, kan?"

Deg! Ternyata rasa sakitnya masih terlampau nyata untuk tidak membuat luka lama itu kembali terbuka. Shana berusaha untuk tetap tegas, walaupun dalam hati dia menjerit karena, sekali lagi. Dalam kehidupannya, dia ... dituntut atas hidup adiknya.

"Bukan aku," sahut Shana.

Sepertinya jawaban seperti itu tidak dibutuhkan oleh Nana, atau lebih tepatnya, dia tidak ingin Shana menjawab bertolak belakang dengan yang ada dipikirannya.

"Jangan bohong kamu, Shana!" hardik Nana.

"Kumohon, Sayang, jangan buat Adik kamu susah," pinta Nana dengan lirih.

Jika bukan dalam situasi sekarang, Shana yakin jika dirinya akan luluh saat Nana bersikap demikian, tapi dengan alasan Nana yang lain, bukan karena Naya.

Twin's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang