Sorry for typo
~Happy Reading~
"Lihatlah sekitar, banyak hal yang perlu kamu syukuri. Sebelum hal itu hilang dalam sekejap mata."
~Twin's
Malam ini angin berhembus pelan, namun cukup untuk membuat sebagian besar orang merasa dingin. Langit yang biasanya kelabu, karena memasuki musim hujan ini, kini menjadi biru navy dengan banyaknya bintang-bintang yang berkelap-kelip dan lengkungan bulan sabit yang menambah kecantikan langit malam pada hari ini.
Naya merasa beruntung saat pulang ke rumah, dia sudah melihat Shana yang menggeret koper merah pudar ke arah tangga. Naya tahu, jika Shana membawa koper ke rumahnya, berarti dia akan menginap lama di sini.
Naya melebarkan senyumnya ketika dia hendak menghampiri Shana yang berada di tengah-tengah undakan tangga menuju lantai dua, tempat kamar mereka.
"Berapa hari kamu mau nginep? Sebulan? Atau mau pindah sekalian ke sini?"
Langkah Naya terhenti pada jarak yang lumayan jauh, antara dirinya dan Shana yang hanya menatapnya sekilas. Naya sedikit terkejut dengan ucapan frontal Nana-ibunya. Terdengar antusias menginginkan Shana agar tinggal lebih lama di sini.
Shana memandang getir pada Nana. Jiwanya terkoyak saat melihat manik mata ibunya yang seperti mengharapkan hadirnya dirinya. Padahal hal tersebut tidak mungkin terjadi. Shana juga sadar, bahwa mungkin saja itu terjadi hanya karena adanya Elvan yang berada di samping Nana.
"Shana cuma nginep sehari aja, besok udah mau pulang."
Dalam hatinya Shana menjerit kesakitan atas jawabannya barusan. Jika saja Nana mengatakannya dengan tulus, mungkin Shana akan mempertimbangkannya lagi.
Tapi Shana cukup yakin, bahwa Nana pasti tidak akan menerimanya dengan suka hati.
Saat Shana akan melanjutkan langkahnya ke undakan tangga selanjutnya, suara Elvan menginterupsinya untuk berhenti. Shana kontan berbalik badan dan melihat ke arah Elvan. Wajah sedihnya berusaha Shana sembunyikan diam-diam dalam ekspresi datarnya.
Elvan menatap Shana dengan tatapan penuh harap. "Na, gak bisa tinggal lebih lama gitu?" Nana terlihat ikut mengangguki perkataan Elvan, seperti ikut andil untuk membujuk Shana.
Shana berdecih dalam hati. "Gak bisa, Pa. Shana sibuk, Shana izin ke kamar dulu," pamit Shana seraya pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua, bersebelahan dengan kamar Naya.
Saat Shana menaiki anak tangga terakhir, Shana mendengar bunyi bedegum yang kencang. Shana tahu apa yang terjadi di bawah sana, karenanya Shana tidak menoleh ke bawah. Takut pertahanannya runtuh dan rasa sesaknya semakin menjadi-jadi.
Shana memejamkan matanya dengan pegangan pada sisi tangga yang kian mengerat. Sedangkan Naya yang mengintip dari balik pilar, menitihkan air mata. Melihat Shana yang seperti itu membuatnya merasakan hal yang sama.
Karena pada dasarnya, anak kembar bisa saling merasakan perasaan kembarannya. Bahkan Naya sendiri juga tidak tahu mengapa tiba-tiba dia ingin menangis sekeras-kerasnya hanya karena rasa sesak tiba-tiba hadir.
Apakah ini perasaan yang Shana rasakan saat ini? Kenapa harus sesesak ini, Tuhan! Batin Naya menjerit dan dengan cepat, Naya membanting pintu kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin's [END]
Novela JuvenilKarena tidak semua yang sama akan berakhir dengan sama juga. Layaknya kehidupan yang labil, memberikan setiap misteri didalamnya. Menanti para pemain untuk segera memainkan peranannya dalam kehidupan yang fana ini. Kenyataan bahwa jangan pernah mem...
![Twin's [END]](https://img.wattpad.com/cover/124216418-64-k475497.jpg)