Sorry for typo
~ Happy reading ~
"Tidak ada yang benar-benar sendiri, meskipun kamu berada di titik terendah sekalipun. Karena pada dasarnya, manusia itu diciptakan untuk berpasangan."
~Twin's
Masih dengan baju khusus untuk latihan tari, Naya mengibas-ngibaskan tangannya yang memegang kertas yang sudah terlipat ke depan wajahnya, mengurangi rasa gerah, walaupun tak berefek banyak. Tapi dengan angin kecil yang tercipta, dapat membuat kegerahan yang melandanya sedikit berangsur berkurang.
Widia duduk di samping Naya, dia bersandar pada dinding sambil menyelonjorkan kakinya. "Latihan hari ini bener-bener nguras tenaga banget, ya?" Widia ikut mengibas-ngibaskan dengan tangannya. "Coach bahkan gak segan-segan buat omelin kita, padahal biasanya dia kalem banget," keluhnya lagi.
Widia tidak ada habisnya menggerutu. Latihan tari mereka sudah selesai sejak lima menit yang lalu, namun saking lelahnya, banyak anggota tari yang memilih mengistirahatkan tubuhnya terlebih dahulu.
Memang latihan tari yang sekarang, terasa lebih berat dari sebelumnya. Hal itu dirasakan oleh semua anggota klub tari, termasuk Naya. "Mungkin Mbak Laras lagi banyak pikiran."
Widia mencebikkan bibirnya, dia tidak bisa seperti Naya yang terus berpikir positif thinking. "Bukan gitu Nay, dia itu keliatan ... lagi galau gitu, wajahnya nekuk banget. Aura kesedihannya itu loh," ujarnya menggebu-gebu.
"Dramatis ih!"
"Biarin lah. Oya, cepetan balik yuk! Gue gak enak nih sama Kiyo, pasti dia udah lama nungguin gue."
Widia tampak gelisah saat melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan malam.
"Cie, makin lengket aja," goda Naya sambil menjawil pipi Widia.
"Ish! Dia mah emang suka over protective. Padahal gue bukan anak kecil, heran gue sama jalan pikiran cowok kaya dia," sergah Widia dengan mengerucutkan bibirnya.
"Dari dulu gitu mulu, kalian tuh. Bikin envy banyak orang loh, kapan jadiannya sih?"
"Ih, apaan jadian, sorry ya!"
Naya mencibir. "Gak jadian, tapi lagaknya kaya orang yang pacaran."
Widia tergelitik untuk tertawa. "Haha, lagian lo ngomong ada-ada saja sih, gue sama dia gak jadian kok, beneran!" Widia membentuk huruf V dengan jarinya.
Naya masih dalam mode cemberut. Karena dia sendiri gemas dengan tingkah sahabatnya ini, entah tidak peka ataupun pura-pura tidak peka. "Tapi kalo ada apa-apa sama kalian, janji harus cerita ya?"
Widia menganggut meyakinkan. "Lo bakalan jadi orang pertama yang paling update tentang kehidupan gue!" ucapnya bersemangat.
Setelah mereka sampai di loker penyimpanan barang, mereka masing-masing mengambil sebagian barang-barang yang akan mereka bawa pulang. Karena sebagiannya lagi, tetap mereka simpan di loker. Takut jika sewaktu-waktu mereka membutuhkannya.
Naya kembali tersenyum simpul saat melihat barang yang tak pernah absen berada di lokernya. Bahkan setiap di hari yang sama, Naya sangat menanti-nantikan barang tersebut.
Widia yang sudah selesai mengganti pakaian, menyenggol lengan Naya dan menggoda perempuan itu. "Uh ... yang dapet lagi sesuatu dari doi."
Naya tersipu malu karenanya. Secepat kilat, dia memindahkan coklat batang itu pada tas kecil yang akan dibawanya. Surat yang tertera pada coklat tersebut, akan dibacanya nanti. Di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin's [END]
Teen FictionKarena tidak semua yang sama akan berakhir dengan sama juga. Layaknya kehidupan yang labil, memberikan setiap misteri didalamnya. Menanti para pemain untuk segera memainkan peranannya dalam kehidupan yang fana ini. Kenyataan bahwa jangan pernah mem...
![Twin's [END]](https://img.wattpad.com/cover/124216418-64-k475497.jpg)