Sorry for typo
~ Happy reading ~"Jangan pernah membohongi hati karena hati tidak semunafik mulut!"
~Twin'sHari Jumat tampak lenggang. Awan mendung yang menutup matahari membuat semilir angin yang berhembus terasa dingin menusuk kulit. Shana merapatkan mantelnya untuk menghalau rasa dingin. Saat ini dia akan berangkat ke tempat latihan gabungan karate yang diadakan dalam rangka mempersiapkan diri untuk ujian kenaikan tingkat nantinya.
Berbekal motor matic yang diberikan oleh neneknya, Shana menstarter mesin motornya. Namun tangannya tiba-tiba kram. "Huftt ..." Shana mencoba memijat sebelah tangannya yang kram sambil sesekali meringis karena rasa nyut-nyutannya.
"Ah, leganya." Shana mencoba menggerakkan kembali lengannya yang sudah merasa lebih baik. "Oh, iya! Gue harus cepet-cepet!"
Melihat jalan raya yang sedikit lenggang, membuat Shana dengan leluasa mengendarai motornya dengan kecepatan yang tinggi. Dia juga tahu resiko yang akan dia dapatkan jika harus kebut-kebutan seperti ini, tapi jika dia telat ... satu menit saja, maka ... nama dojo nya pun akan ikut tercemar karena keteledorannya.
Tinn ... Tinnn ...
Setiap ada celah untuk menyalip, Shana mencoba menerobosnya. Meskipun berkali-kali dia terkena teguran dari orang lain. Shana dikejar waktu saat ini!
Karena terlalu memikirkan nasib keterlambatannya, Shana tidak menyadari bahwa ada sebuah bus yang melaju dari belakangnya dengan kecepatan tinggi karena remnya blong. Shana mengumpat beberapa kali karena suara klakson yang memekakkan telinga. Dia cukup terkejut saat melihat lewat kaca spion sebuah bus yang hampir menabrak pembatas jalan. Bus itu oleng ke sisi samping Shana.
Namun, nyaris saja. Bagian belakang motornya mengenai bagian depan bus itu.
Shana mulai bingung, jantungnya terasa memompa darah lebih cepat. Jika dia memilih menepi, kemungkinan terburuknya adalah saat bus itu oleng, maka Shana akan terkena imbasnya. Sedangkan jika Shana memilih untuk menaikan kembali kecepatan motornya, itu tentu saja dapat membuat Shana selamat, tapi bisa saja dia terkena musibah lebih buruk dari itu.
Shana mengigit bibirnya, dia melihat sekilas sisa bensin pada motornya. Shit! Sial banget!
Dengan sisa bensin yang menipis dan hampir sekarat, Shana memilih opsi kedua. Persetan dengan resiko. Toh jika dia mati sekalipun, sudah tidak ada penyesalan baginya. Karena semuanya hanya sekedar rencana manusia saja, Tuhan lah yang mengatur segalanya.
Saat Shana fokus dan dapat menyeimbangkan laju motornya dengan baik, rasa sesak itu tiba-tiba hadir. Shana seperti orang yang sedang kehabisan napas, dadanya terasa terhimpit dan lehernya merasa tercekik. Mulut Shana terbuka untuk berusaha mengambil oksigen yang bisa dia peroleh, lalu mengatupkannya. Setiap detiknya, Shana merasa tubuhnya melemas bersamaan dengan dirinya yang semakin kesulitan bernapas. Dia heran dengan dirinya sendiri. padahal tadi dirinya baik-baik saja, bukan? Lantas, apa yang ini?
"SHANAAA!"
Entah mengapa Shana mengambil tindakan bodoh itu. Saat dia mendengar namanya dipanggil oleh seseorang, yang dia lakukan malah menoleh dengan menghiraukan hal yang ada didepannya.
"SHANAAAA!"
Teriakan itu malah membuat Shana tersenyum, rasa sesak yang dia rasakan menguap begitu saja saat Shana melihat orang yang menyuarakan namanya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin's [END]
Fiksi RemajaKarena tidak semua yang sama akan berakhir dengan sama juga. Layaknya kehidupan yang labil, memberikan setiap misteri didalamnya. Menanti para pemain untuk segera memainkan peranannya dalam kehidupan yang fana ini. Kenyataan bahwa jangan pernah mem...