Sorry for typo
~Happy reading~
"Selalu adanya perpisahan dibalik sebuah pertemuan. Begitu juga dengan perpisahan yang menghantarkan kita pada pertemuan berikutnya."
•••
Akio termenung di dalam kamarnya. Setelah mendapatkan restu dari kedua orang tuanya perihal masa depannya yang akan mengikuti pelatihan untuk menjadi abdi negara, lancar. Kini, Akio dihadapkan oleh kegamangan atas perasaannya yang tertuju pada Naya.
Dia ingin mengikat perempuan itu dengan status yang bisa saja dia dapatkan saat ini, namun dia juga tidak bisa egois. Naya pantas untuk mendapatkan seseorang yang lebih baik darinya. Dan sialnya Akio dapat mengetahui salah satu orang yang pantas untuk Naya. Perasaannya memang tidak pernah lebih resah dari sekarang, tapi Akio cukup sadar, bahwa Anaya Natsumi telah membuatnya banyak berubah.
"Aghhh ... sial! Kenapa gue jadi sadboy gini!"
Setelah Akio mengatur berbagai alibi untuk bisa bertemu dengan Naya, dia mengetikan pesan singkat pada perempuan yang menjadi penyebabnya sedikit ragu dengan impiannya.
_______________________________
To : Anaya Natsumi
Temuin gue weekend nanti, di taman komplek perumahan lo, bisa?
_______________________________
Akio lebih memilih menunda berkas-berkas yang sudah dia isi itu, di atas meja belajarnya. Pandangannya menoleh pada pigura yang menampilkan wajah kakaknya bersama beberapa teman-temannya memakai pakaian loreng disertai topi baret merah, membuatnya terlihat gagah saat mengenakan pakaian tersebut.
Akio tersenyum singkat saat bayangan tentang kakaknya terlintas dalam benak.
"Semoga Akio bisa nyusul Abang," gumamnya pelan.
Tak lama setelah dia memandangi pigura tersebut, sebuah balasan pesan dari Naya membuat Akio dapat tersenyum cerah lagi.
_______________________________
From : Anaya Natsumi
Oh, oke! Pagi-pagi aja ya
_______________________________
•••
Tidak seperti hari libur biasanya, karena setelah ulangan kenaikan kelas dilaluinya, kelas sebelas akan menghadapi masa sibuk menjelang akhir pembelajaran mereka di sekolah. Tentu saja, kelas dua belas bukan akhir bagi anak remaja sepertinya, justru itu akan menjadi langkah awal dalam masa transisi dari remaja labil menjadi orang dewasa.
Ah, rasanya mengingat-ingat kejadian beberapa hari yang lalu, di hari dia banyak sekali menjaga jarak dari Kiyo dan lebih memilih mendiamkan laki-laki itu setiap kali Kiyo mengajaknya berbincang. Bukan perkara mudah untuk melepaskan perasaan yang sudah lama terpatri itu.
Widia hanya menunggu kelulusannya saja, setelah itu, hidupnya benar-benar sudah diatur oleh keluarganya. Dia juga tidak bisa protes terus menerus, sebab Widia tahu, jika orang tuanya tidak mungkin akan menjerumuskannya pada sesuatu yang tidak baik untuknnya.
"Ternyata menjadi anak penurut itu, sulit juga," keluh Widia untuk kesekian kalinya.
Widia merebahkan diri di atas kasur. Matanya sengaja dia pejamkan untuk meminimalisir rasa pedih hati yang menderanya. Dia akhirnya menjatuhkan pilihannya untuk mengambil gawai dan menelepon seseorang yang dapat dia jadikan sebagai pengalihan perasaannya yang bercampur aduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin's [END]
Teen FictionKarena tidak semua yang sama akan berakhir dengan sama juga. Layaknya kehidupan yang labil, memberikan setiap misteri didalamnya. Menanti para pemain untuk segera memainkan peranannya dalam kehidupan yang fana ini. Kenyataan bahwa jangan pernah mem...
![Twin's [END]](https://img.wattpad.com/cover/124216418-64-k475497.jpg)