Bagian 5 | Turned a blind eye ✓

201 39 16
                                    

Sorry for typo
~ Happy reading ~

"Semuanya hanya lah semu, tidak ada yang lebih berharga dibandingkan kasih sayang keluarga."
~Twin's

Tidak bisa menampik fakta bahwa hal yang sangat diinginkan oleh Kiyo adalah satu hal yang lumrah diinginkan oleh anak diusianya. Kasih sayang lengkap dari kedua orang tuanya. Tak heran pula, kadang hidupnya terlihat bebas, bukan karena dia yang tidak didik dengan baik oleh sang bunda, hanya saja, perlakuan Kiyo sebagai bentuk protesnya pada sang ayah–mencari perhatiannya, dengan menarik amarahnya.

Bagaimana seorang anak dapat menjaga sikapnya, jika orang yang seharusnya mendidiknya tidak berada di sisinya?

Fajar mulai menyingsing, cahayanya mulai menyelinap masuk melalui celah jendela yang gordennya sudah di sibak. Kiyo menggeliat saat cahaya hangat itu menyentuh kulitnya, dia memang sangat mudah terbangun oleh hal-hal sepele seperti ini.

Dia bergegas untuk mandi dan mengganti pakaiannya. Kiyo terlihat santai dibandingkan orang lain yang mengetahui bahwa jam enam pagi sudah termasuk jam paling siang, jika kita memiliki jarak tempuh cukup jauh dari rumah ke sekolah.

Setelah menyelesaikan mandi singkatnya, berpakaian seperlunya, sarapan menyenangkan dengan Ayu Kiyomi—bundanya—Kiyo dengan tas ransel jeans-nya berpamitan pada Ayu. "Bun, Kiyo berangkat dulu, ya, Bunda hati-hati di rumah," ujar Kiyo setelah selesai menyalimi Ayu.

Ayu menganggukkan kepalanya. "Iya, Sayang. Udah sana, jangan khawatirkan Bunda, kamu belajar yang benar ya." Ayu menatap putra semata wayangnya dengan senyum hangat yang menular pada Kiyo, karena Kiyo terbilang jarang tersenyum.

Kiyo menaiki motornya dan meninggalkan halaman rumahnya, membelah kota Bogor yang sudah seperti kota Jakarta pada pagi hari, ramai dan macet.

•×•×•×•

Ketiga laki-laki yang sedang menunggu kedatangan seseorang di depan gerbang SMA Kejora yang sudah ramai oleh siswa-siswi yang berlalu lalang, maupun guru-guru yang seringkali mereka ganggu, terutama guru perempuan yang masih muda dan terlihat fresh, sehingga masih bisa diajak negosiasi mengenai masa depan. Itulah hal yang diucapkan oleh Akio dan Ryuga saat dipertanyakan alasan mereka, sampai menganggu guru-guru muda. Dasar player!


Seorang siswi dengan rambut yang digelung, memperlihatkan tengkuk leher jenjangnya, membuat Ryuga bersiul menggoda. "Pagi-pagi gini, udah lihat yang seger, mau bantu Abang buat lebih seger lagi di malem hari gak?" Siswi yang memakai name tag Gesya itu tersipu malu. Mungkin karena pakaian ketatnya ataupun karena badannya yang berisi—di bagian tertentu—sehingga membuat Ryuga menggodanya pagi-pagi seperti ini.

Mencoba untuk menghiraukan siulan menggoda tersebut, Gesya melangkahkan kakinya menuju kelasnya. "Hai, Sayang!" sapa Akio pada setiap siswi yang melewatinya.

Bahkan tak jauh dari mereka, ada yang membalas sapaan Akio dengan senyum malu ataupun membalasnya sebagai candaan pula.

"Lo berdua kurang kerjaan banget," keluh Ziyad yang dari tadi menyimak kelakuan dua orang di depannya dengan geram. Ziyad berharap, orang itu segera datang. Setidaknya Ziyad tidak perlu melihat aksi duo curut yang tebar pesona.

Pemilik nama Ryuga Lazuardi, berdiri dengan jarak paling dekat dengan Ziyad, merangkul sahabatnya itu. "Tenang aja, bro. Lagian, kapan lagi coba, kita bisa menghibur diri sendiri? Anggap aja, refreshing gitu."

Twin's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang