Bagian 37 : Sister Complex

80 15 0
                                    


Sorry for typo
Happy reading~

"Akhirnya kamu sadar seberapa penting arti Dia dalam hidupmu, saat kamu mulai kehilangannya."
•••

SMA Kejora sedang riuh oleh persiapan O2SN yang sebentar lagi akan dilaksanakan. Tiap-tiap mata perlombaan dalam cabang olahraga berusaha untuk melakukan yang terbaik demi nama almamater sekolahnya. Planning berbagai strategi latihan dan cara mengalahkan lawan, terus mereka asah. Tidak ada kata pantang menyerah, bagi mereka yang miliki sikap optimistis yang tinggi serta nilai sportivitas yang harus mereka punya.

Menang atau kalah memang sudah biasa dalam arena perlombaan. Cara kita menerimanya lah yang perlu kita pikirkan, karena kedua-duanya memiliki dampak berkelanjutan bagi kehidupan kita setelahnya. Setalah mengalami masa pelik dan drama keluarga, akhirnya Kiyo bisa menerima keluarga barunya, Shana dan Naya.

Hampir saja Shana maupun Kiyo terjebak dalam perasaan yang seharusnya memang tidak pernah ada di antara mereka yang memang menjadi keluarga. Keputusan Ayu untuk berdamai dengan Elvan dan tidak melanjutkan hubungannya bersama Celio, merupakan titik berat baginya.

"Bunda, yakin dengan keputusan ini" tanya Kiyo pada waktu Ayu mengutarakan maksud bahwa hubungannya dengan Celio tidak dapat melebihi teman, sekalipun dalam hatinya berkata lain.

Ayu mengangguk, membenarkan perkataan Kiyo. "Iya, lagipula kita tetap bisa menjadi teman," dustanya.

Kiyo memilih mengalah, sekalipun dia tahu ada luka yang coba Ayu tutupi darinya. "Baik, kalau itu memang mau, Bunda." Kiyo pun berpamitan pada Ayu, perihal kepergiannya untuk sementara waktu.

"Bun, doain Kiyo, ya." Kiyo menyalimi Ayu yang sudah terharu melihat anaknya yang dari dulu selalu membuatnya bangga.

"Pasti, Nak. Kamu baik-baik aja di sana ya!" pesannya yang Kiyo balas dengan anggukan kepala.

Setelah menstarter motornya, Kiyo meninggalkan pekarangan rumahnya menuju rumah Widia.

•••

Ada yang berbeda dengan kembar Shanaya saat ini. Mereka yang awalnya terlihat menjauh dan berada dalam lingkup yang berbeda, kini memilih berangkat ke sekolah bersama dengan Elvan yang tidak pernah berhenti tersenyum saat melihat dua orang dengan wajah yang sama persis sedang bersenda gurau di jok belakang mobilnya. Hatinya kian menghangat.

"Semoga saja, Kiyo dapat menjadi pelengkap mereka," harap Elvan dalam hati.

Kembar Shanaya itu menyalimi Elvan secara bergantian. "Belajar yang rajin ya," amanat Elvan pada kedua putrinya.

Naya memberikan hormat kepada Elvan layaknya gerakan pada saat menghormati bendera. "Siap, Pa! Semangat empat lima!" sahutnya senang. Dia menyenggol lengan Shana di sampingnya. "Ya, kan, Shan?"

Shana yang awalnya malas-malasan menjawab, melengkungkan ujung bibirnya hingga membuat senyum terpaksa. "Iya-iya," sahutnya malas.

Naya itu terlalu cerewet dan Shana terlalu cape, jika harus banyak bicara.

Elvan tertawa kecil melihat reaksi Shana saat membalas ceriwis Naya, mirip sekali dengannya. Elvan mengusap-usap puncak rambut kembar Shanaya. "Kalian itu bikin orang lain gemes tahu!"

Twin's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang