Happy reading
~ Sorry for typo ~"Banyak orang bahagia dengan caranya tersendiri, bahkan dengan cara yang paling sederhana."
~Twin'sShana sudah mempersiapkan kesiapannya untuk melakukan latihan karate sejak sore hari. Jujur saja, Shana sedikit excited dengan latihannya kali ini. Karena dia akan benar-benar belajar bersama banyak orang, bukan hanya ditemani oleh Yusa-Mahasiswa tingkat akhir-merangkap sebagai pelatihnya selama dua tahun belakangan ini. Shana belajar banyak hal dari beliau. Privat.
"Widih, tumben jadi kelihatan cakep, Shan?"
Shana mendelik saat melihat Ziyad yang tampak rapi dengan tegi¹ yang melekat begitu pas, sehingga proporsi tubuh tegap Ziyad semakin tampak. Bahkan sabuk hitam dengan setrip satu berwarna keemasan menarik perhatian Shana. "Lo ... udah Dan-1²?" tanyanya karena terperangah saat melihat sabuk tersebut yang terlilit pada pinggang Ziyad-setengah percaya setengah lagi tidak-Karena dari kelihatannya, Ziyad seperti bukan berasal dari anak ekstrakurikuler bela diri.
"Gini-gini juga Ketua Osis itu harus jago bela diri, biar bisa jagain Ibu Negara nantinya, kan?" ucap Ziyad dengan diakhiri kekehan pelan.
"Dih, langsung narsis aja!"
"Yuk, buruan!" Ziyad dan Shana berlari kecil menuju tempat yang akan dijadikan sebagai tempat latihan mereka-lapangan indoor-yang kebetulan jadwalnya sedang kosong karena akan dipakai oleh ekstrakurikuler karate.
Sekitar dua puluh orang yang Shana lihat. Mereka adalah karateka dengan tingkatan sabuk yang berbeda. Bukan hal yang aneh pula jika mayoritas dari mereka adalah kaum laki-laki yang memiliki tubuh yang atletis. Namun bukan itu yang menjadi permasalahan bagi Shana, melainkan dia adalah satu-satunya perempuan di sini!
Oke, Shana mungkin tidak perlu sekalut itu, saat mengetahui permasalahan yang cukup membuatnya merasa canggung. Untung saja, Shana sudah memiliki tingkatan sabuk berwarna hitam polos, sehingga tidak membuatnya tampak harus lebih malu lagi.
Cukup tarik napas, lalu hembuskan secara perlahan. Ulangi sampai tujuh kali dan hasilnya tetep sama!
Shana masih merasa kikuk walaupun tetap berusaha fokus saat masuk ke dalam barisan, dengan Ziyad yang ada satu deret dengannya. Pemuda itu melengkungkan senyum sambil memberikan simbol 'oke' pada Shana melalui tangan kanannya.
Shana hanya menanggapinya dengan senyum canggung dan mengangguk seadanya.
Mereka mulai melakukan pemanasan seperti biasanya dan kehadiran Shana yang cukup mencolok di antara banyaknya laki-laki, tentu saja membuat kebanyakan dari mereka yang menggodanya habis-habisan.
"Hei, Nay! Tumben lo ke sini?" sapa seseorang yang berbadan bongsor itu kepada Shana.
Shana hanya menatapnya sekilas tanpa berniat menyapanya kembali. Dia cukup jengah, jika ada orang yang salah mengenalinya.
"Dia bukan Naya, lah! Lo gak bisa bedain apa?" tegur temannya saat pemanasan masih berlangsung, mereka berbisik pelan agar tidak menarik perhatian pelatih.
"Gue kira dia Naya! Mirip banget, gila!"
"Mirip sih iya, kelakuannya jauh beda. Lihat, tuh. Menurut gue, Naya lebih oke sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin's [END]
Teen FictionKarena tidak semua yang sama akan berakhir dengan sama juga. Layaknya kehidupan yang labil, memberikan setiap misteri didalamnya. Menanti para pemain untuk segera memainkan peranannya dalam kehidupan yang fana ini. Kenyataan bahwa jangan pernah mem...