Bagian 36 | Arti ShaNaya bagi Nana ✓

93 15 0
                                    

Sorry for typo
~ Happy reading ~

"Jangan salah sangka terhadap suatu kejadian semata."
- Nana Naomi

Langit malam yang penuh dengan bintang yang menghiasi angkasa menemani Nana dan Shana yang sedang berdiri di salah satu balkon di kamar hotel mereka. Angin malam yang berhembus tiada hentinya membuat mereka merasakan rasa sejuk yang begitu nyaman.

Meskipun sudah memakai jaket tebal, tetap saja hawa dingin itu menusuk kulit. Cahaya temaram serta ingar-bingar kota Metropolitan yang tidak pernah tidur menemani mereka dalam kesunyian.

Belum ada sepatah kata pun yang terucap dari Nana maupun Shana. Mereka bungkam dalam waktu yang sangat lama. Seolah menikmati waktu hening dalam kebersamaan yang jarang mereka dapatkan. Hingga suara lirih dari Nana membuat Shana memfokuskan atensinya pada wanita yang telah melahirkannya.

"Kamu tahu, Shana, orang tua itu sangat beruntung ketika dia sudah memiliki anak. Apalagi waktu mengandung kalian berdua cukup sulit untukku, tapi karena kelahiran dua anak sekaligus dalam waktu bersamaan, membuat penderitaan yang aku alami sewaktu hamil, sirna begitu saja."

Shana masih setia menjadi pendengar terbaik, sedangkan Nana menatap darah daging di depannya dengan senyum secerah matahari yang membuat Shana ikut melengkungkan senyumnya.

"Jangan pernah berpikir bahwa kami—para orang tua—lebih menyayangi salah satu di antara anak-anak kami. Karena itu, tidaklah mungkin. Karena kami, benar-benar cinta pertama anak-anak kami sendiri, Shana." Nana memberikan jeda sejenak. Atensi perempuan itu teralihkan pada langit malam yang ramai oleh benda langit yang menghiasinya.

Nana menatapnya cukup lama. "Jika hal yang Mama sebutkan terjadi, itu bukanlah Mama. Karena Mama sangat ... sangat menyayangi kalian berdua. Dengan cara berbeda, Mama mengungkapkan bahasa cinta pada kalian," lirih Nana memandang sendu pada langit malam.

Dia juga berusaha untuk tidak menjatuhkan setetes pun cairan bening yang terus memaksanya untuk keluar.

Shana menghirup udara sebanyak-banyaknya. Dia tiba-tiba saja merasakan perasaan sesak. Dia tahu bahwa hal ini akan selalu terjadi, jika mereka membahas tentang kasih sayang seperti sekarang.

"Ah, Shana memang perlu banyak belajar dari Mama. Banyak orang yang bilang bahwa Shana itu duplikat Mama banget." Shana terkekeh geli jika mengingat orang-orang yang bicara seperti itu, padahal mereka belum tahu bagaimana renggangnya hubungan Shana dengan ibunya sendiri.

Nana sontak ikut memasang raut wajah tidak percaya. "Oh, ya?"

Shana mengangguk pelan. "Iya, Ma. Padahal kalo dilihat-lihat, menurut Shana, sama sekali gak mirip tuh. Mau mirip gimana, kita aja jarang dekat," ucap Shana dengan disertai senyum miris diakhir kalimatnya.

Nana ikut tersenyum kecut, kala Shana mengatakan hal demikian. "Sayang ..., " panggil Nana.

Shana tidak peduli lagi pada rasa dingin yang sudah memeluk erat tubuhnya. Dia tak peduli juga, jika Nana menganggapnya cengeng atau manja sekalipun. "Padahal yang Shana inginkan itu, perlakuan sama kaya yang Mama lakuin ke Naya. Shana gak mau merasa tersisihkan oleh keluarga Shana sendiri," ucap Shana sambil menahan isaknya.

Nana masih diam saat Shana mengutarakan kejujurannya. "Shana juga ... mau diperlakukan baik, oleh kalian. Shana ... gak mau jauh dari kalian. Banyak hal yang Shana pikirkan tentang kalian yang terlihat lebih sayang ke Naya. Padahal .... " Shana menengadahkan kepalanya, agar air mata yang sudah tidak terbendung itu tidak jatuh lebih banyak lagi.

Twin's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang