5 - Friend in Need

176K 3.7K 57
                                    

Anne merasa bosan akhir-akhir ini. Sudah beberapa hari berlalu semenjak sex terakhirnya dengan Julian, di ruang penyimpanan waktu itu. Tampaknya laki-laki itu sangat sibuk, ia harus menyeimbangkan jadwal kuliahnya dan Helix Cup. Sama seperti Charles. Dan Anne harus paham akan hal itu. Ia tidak bisa memaksa, ia bukan siapa-siapa bagi laki-laki itu, hanya partner sex.

Memikirkan hal itu membuat Anne emosional. Realitas membangunkannya dari imajinasi. Ia bukan siapa-siapa Julian. Mereka memang melakukan sex bersama, tapi belum ada kata-kata cinta yang keluar dari mulut keduanya.

Mungkin tidak. Anne tidak akan terbawa perasaan dan jatuh cinta pada Julian karena sex. Tidak, itu tidak tulus.

Lagipula, ia mencintai Charles. Tampaknya ia harus mulai memikirkan tentang Charles. Ia berselingkuh dan bersetubuh dengan sahabat baik Charles. Tidak hanya sekali, tapi sudah dua kali dan mungkin akan ada yang ketiga, keempat dan seterusnya. Pacar macam apa dia ini? Terkadang Anne merasa sangat menyesal sampai ia ingin menangisi dirinya, tapi kemudian ia merasa tidak ada yang salah dengan dirinya dan perselingkuhan yang ia lakukan.

Selama ia bahagia, semua hal adalah benar.

Tampak egois namun membantumu untuk lebih percaya diri. Hal ini berlaku bagi orang yang menempatkan dirinya sendiri sebagai prioritas utama.

Anne menghela nafas panjang. Sebuah suara menyadarkannya dari lamunannya "Kau sering menghela nafas panjang akhir-akhir ini, Anne"

Emma menatapnya penasaran

Emma bertanya lagi "Apa yang kau pikirkan sampai wajahmu seperti itu? Kau tampak terbebani" Anne menggeleng

"Kau bisa bercerita kapanpun padaku, Anne. Kita sudah bersahabat sejak kecil" Emma menepuk pundaknya, Anne mengangguk dan memberi senyuman kecil.

Ia memang sedang butuh tempat untuk meluapkan pikirannya akhir-akhir ini. Segala macam hubungan rumit ini membuatnya stress. Tapi, ia tak yakin mampu menceritakannya pada Emma.

Anne memandang temannya itu "Aku baik-baik saja, Em."

"Apa tidak berjalan lancar?" tanya Emma

Anne tampak bingung "Apanya?"

"Hubunganmu" jawab Emma santai. Ia kembali fokus pada laptop dan tugasnya.

"Ohh.. semua baik-baik saja dengan Charles. Hanya saja ia sibuk Helix Cup belakangan ini jadi kami semakin jarang bertemu" Anne menjelaskan, ia menyeruput kopinya.

"Bukan.. Maksudku, ehemm.. dengan selingkuhanmu" ujar Emma. Anne secara spontan tersedak kopi yang diminumnya.

"Uhuk..uhukk.. a.. apa kau bilang?" Anne tampak memastikan ia tidak salah dengar. Emma terkadang sangat cocok menjadi dukun.

"Aku benar, bukan?" Emma menyunggingkan senyumnya

"Tentang?"

"Selingkuhan. Kau punya selingkuhan"

Anne membantah "Siapa yang bilang?"

"Anne Clayton, 22 tahun. Seorang mahasiswa sekaligus teman masa kecilku.-"

"Aku sangat mengenal tingkah lakumu, Anne. Saat kau berbohong, aku tau semuanya." ucap Emma penuh kepercayaan diri

"Aku tidak berbohong, Em. Hanya saja.. semuanya.. sulit sekali" Anne bersuara lirih. Ia tahu ia tidak akan mampu menyembunyikan apapun dari Emma. Meskipun ia mencoba menyangkalnya. Seharusnya ia ingat bahwa Emma memiliki kepekaan tingkat tinggi.

"Aku mengerti, Anne. Kau bisa bercerita kapanpun kau siap" Emma mengangguk paham. Ia meneguk kopinya.

"Apa kau percaya bila aku mengatakan bahwa aku sudah melakukan sex?" tanya Anne kemudian

AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang