Suite room hotel paling berkelas di New York itu didesign dengan sangat cantik sehingga siapapun di dalam kamar itu bisa melihat pemandangan kota New York dari balik kaca transparannya. Nuansanya dibuat agak gelap di bagian ruang tidurnya. Di ruang tamu terdapat mini bar dan tersedia berbagai jenis wine di dalam sana.
Tepatnya di kamar 1188, sebuah televisi menyala menampilkan sebuah film romansa yang menjadi pendamping suara desahan di dalam kamar itu. Kegiatan menonton film sembari meminum wine sesaat sudah berubah menjadi kegiatan saling bercumbu di atas sofa.
Sebuah selimut tebal menyelimuti keduanya yang masih dalam keadaan naked tanpa sehelai benangpun.
Kecupan demi kecupan terdengar dan semakin liar. Tangan menjadi bagian yang terus bekerja meraba tubuh pasangan. Selimut yang menutupi keduanya sudah jatuh ke lantai dan beberapa bantal sofa ikut berjatuhan.
Dan malam itu terus berlanjut hingga ke ronde-ronde berikutnya. Malam yang menjadi saksi di antara keduanya. Malam dimana mereka bercinta murni karena sebuah perasaan.
***
Anne menggeliatkan tubuhnya. Tubuhnya terasa sakit dan pegal. Tidur nyenyaknya terganggu oleh suara dering telepon yang dikenalnya. Ia membuka setengah matanya dan meraba laci di sebelahnya. Mencari sumber suara dan langsung mengangkatnya.Hal pertama yang ia dengar adalah suara Emma yang menyemprotnya dengan kata-kata yang tidak didengar Anne jelas karena ia masih setengah sadar.
Wanita itu sontak mematikkannya dan beberapa saat dering itu kembali dan Anne mengangkatnya lagi. Kali ini suara yang muncul lebih terkendali, Emma tampaknya selesai akan ocehannya.
"Kau tak pulang semalaman? Dimana kau sekarang?"
"Aku masih di hotel. Kenapa?" tanya Anne. Matanya perlahan mulai terbuka. Tubuhnya masih dalam keadaan naked dan Julian masih tertidur lelap di sampingnya
"Bersama Julian? Jadi kalian bercinta sampai pagi dan itulah sebabnya kau baru bangun jam segini?" Suara Emma tampak menggebu-gebu.
"Iya" jawab Anne singkat. Ia menguap kemudian mengubah posisinya menjadi duduk. Ia melihat jam dan ternyata sudah pukul 10 pagi. Sepertinya semalam ia dan Julian baru tidur jam 3 pagi.
Untung saja hari ini merupakan hari libur nasional. Jadi ia bisa bersantai lebih lama tanpa perlu terburu-buru untuk pulang.
"Ya ampun, Anne! Kau harus tau betapa aku pusing mencari alasan untuk meyakinkan Charles agar tidak menjengukmu di apartment" Emma mulai bercerita
"Setelah kau meneleponku semalam dan mengabari bahwa kau tidak akan kembali ke pesta. Aku mengatakan pada Charles bahwa kau datang bulan sehingga perutmu sakit dan kau pulang duluan"
"Tapi apa yang terjadi setelah itu? Pacarmu itu bilang bahwa ia akan pergi ke apartment mu untuk melihat keadaanmu. Lalu apa yang aku lakukan?" lanjut Emma berapi-api
"Aku beralasan lagi dan lagi sampai rasanya dosaku karena berbohong sudah tidak muat lagi untuk ditampung" ujar Emma. Anne tertawa mendengarnya.
"Ohhh... terima kasih, Em. Aku berhutang sangat banyak padamu. Aku akan membalasnya nanti"
"Yeahh.. apapun untukmu, sweetie😘. I don't need anything. But i really love the mask that you bought in London."
Anne tertawa "I will give you all of that"
"Oh my god. You're so kind. Baiklah, aku hanya ingin menyampaikan itu untuk saat ini. Cerita lengkapnya akan kuceritakan tapi tidak hari ini. Nikmati saja harimu dengan Julian. Bye, Anne" Emma mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Affair
RomanceWARNING: MATURE CONTENT!!! (17+) Keseluruhan cerita ini mengandung konten dewasa dan sangat diharapkan kebijaksanaan para pembaca dalam memilih konten bacaan. *** Kejadian tak terduga saat itu benar-benar mengubah segalanya, tepatnya di hari itu pad...