9 - Party

120K 3.3K 23
                                    

Hotel bintang lima di pertengahan kota tampak ramai malam itu. Karpet merah digelar dan mobil kelas atas bergantian datang. Menurunkan satu-persatu orang dengan dress dan jas yang mahal dan bermerk tentunya. Malam ini menjadi salah satu malam yang paling ditunggu setiap tahunnya. Malam dimana seluruh mahasiswa dari universitas Anne berkumpul untuk merayakan ulang tahun ratu universitas. Sydney.

Anak pengusaha kaya raya di New York. Jadi tak heran bila pesta semewah ini dengan mudah bisa ia adakan tiap tahun.

Anne datang dengan dress yang paling disukainya. Dress yang mengekspos punggung mulus nan indah miliknya. Dress yang ia kenakan berwarna biru gelap dengan sedikit corak berwarna ungu yang berkelap-kelip. Dress itu hanya ditopang dengan satu ikatan yang terikat di balik leher Anne. Kain panjangnya menjuntai hingga mata kaki dengan belahan di sampingnya, memperlihatkan kaki jenjang milik sang wanita.

Acara ini juga akan ada sesi after party dari pesta ini.

Sesi yang paling ditunggu para mahasiswa dimana mereka akan memainkan lagu dan menari dengan liar di tengah hall.

Pada sesi inilah biasanya banyak dari mereka yang mabuk lalu pergi ke tempat sepi untuk melakukan one-night stand.

Terkejut? Tapi hal itu sudah biasa terjadi disini.

Tidak. Tenang saja. Anne tidak akan melakukan itu. Ia memakai pakaian sexy bukan untuk mabuk dan one-night stand dengan sembarang laki-laki.

Tapi tentunya Anne memilih pakaian itu bukan tanpa alasan.

Lalu apa alasannya?

Tidak perlu dijelaskan lagi. Alasannya sangat mudah ditebak dan sudah pasti.

"Anne! Thanks for coming." Sydney menyapa perempuan itu tepat ketika keduanya berhadapan.

"My pleasure." Anne tersenyum kecil dan memeluk perempuan yang sedang berulang tahun itu.

Meskipun sebagian kecil hatinya berontak dan tidak menyukai perempuan bergaun merah terang di hadapannya itu.

Kenapa? Oh Tuhan, apa aku pernah menyebut tentang Sydney sebelumnya? Segala tentangnya adalah kemewahan dan kekayaan. Tidak ada yang salah dari keberuntungan yang ia terima sebagai manusia. Hanya satu hal yang sangat mengganggu Anne.

Dia menyukai Julian.

Julian Jacob. Juliannya.

"Oh Tuhan! Julian? Dia datang?" Sydney dengan cepat bergumam dan melepaskan pelukannya dan Anne. Ia berlalu tanpa mengucap sepatah kata pun.

Dan hal itu menjadi salah satu alasan mengapa Anne harus membujuk laki-laki itu mati-matian untuk datang ke pesta ini. Lihat saja sekarang, padahal Julian baru datang ketika acara sudah hampir selesai tapi si Sydney langsung pergi begitu saja mengabaikannya untuk mengejar laki-laki itu. Seolah seluruh hidupnya hanya terpaku pada Julian. Anne sangat yakin bila Julian datang lebih awal, maka first cake akan jatuh ke tangan laki-laki itu dan Sydney akan memanfaatkan kesempatan emas itu untuk menempel pada Julian.

Ok, Anne. Hentikan. Kenapa ia tiba-tiba menjadi sebal dan berprasangka buruk pada orang lain? Lagipula kan yang memaksa Julian hadir kan dirinya. Padahal Julian awalnya mati-matian menolak untuk datang. Ia sangat terganggu dan tidak suka dengan Sydney.

Bukannya apa, Anne pernah mendengar gossip tentang mereka berdua. Jadi katanya Sydney pernah secara nekad membuka pakaiannya di hadapan laki-laki itu tapi Julian malah pergi begitu saja. Anne sampai sekarang belum mengkonfirmasi kebenarannya pada sang korban, jadi jangan percaya terlebih dulu.

Lalu si Sydney itu sekarang merangkulkan tangannya pada lengan Julian, apakah harga dirinya masih tidak jatuh setelah dicampakkan seperti itu oleh Julian?

Apa? Merangkul? Sialan.

"Disini rupanya, Anne!" Seseorang menepuk pundaknya, Anne tersentak dan mengalihkan pandangannya dari pemandangan Sydney dan Julian.

"Oh, Charles?"

"Apa yang kau perhatikan?" tanya Charles penasaran

"Ohh.. aku melihat Julian, dia tampak sangat tidak nyaman karena Sydney" ujar Anne

"Begitukah? Yah.. biarkan saja. Kau mau minum sesuatu?" tawar Charles

"Tapi.. aku merasa bersalah karena aku yang memaksanya untuk datang-"

Charles tampak menunggu perkataannya

"Apa kau bisa menolongnya, Char? Dia kan temanmu" lanjut Anne sedikit tampak kaku dan ragu

"Baiklah! Aku akan memanggilnya dan menjauhkannya dari Sydney dengan begitu rasa bersalahmu akan hilang kan?" tanya Charles tersenyum tulus. Sangat tulus hingga membuat Anne hampir menangis.

Anne mengangguk "Ya, Char. Terima kasih"

Laki-laki itu kemudian pergi dan sesuai perkataannya dia tampak memanggil Julian dan mengatakan sesuatu untuk mengajaknya pergi. Membebaskan laki-laki itu dari jeratan Sydney.

Syukurlah.

***

"Bitter?" Julian menoleh pada sumber suara tersebut. Ia meletakkan gelas winenya dan mengangguk

"You need something sweet?"

Julian menepuk kursi di sampingnya, meminta wanita itu untuk duduk.

"Aku terkejut kau datang ke pesta ini, Julian. Semua orang bertaruh 90% bahwa kau tidak akan datang. Meskipun yeah.. dengan raut menyedihkan seperti ini" ucap wanita itu

"Yeah, aku akhirnya datang karena seseorang" jelas Julian, ia kembali mengambil gelas winenya.

"Uh? Someone?" Wanita itu tampak menuntut jawaban

"Its very complicated, Natalie. I will tell you someday"

"Okay"

"Kau tau, Jul. Kau selalu bisa menggunakanku sebagai alasanmu."

Julian mengangguk paham.

"Kau tampak stress malam ini. Jangan terlalu memikirkan apapun itu yang mengganggumu. Apa kau butuh partner one-night stand atau blow job? Aku-" Natalie berdiri dari tempatnya.

"No, Natalie. Thanks" Julian menyelanya dengan cepat

"Jangan bilang bahwa sampai sekarang kau masih belum pernah melakukan sex? Blow job setidaknya?"

Julian menjawab "No, Nat. Hanya saja aku melakukannya hanya dengan satu perempuan di dalam hidupku."

Natalie terkekeh dan menepuk pundak Julian "You're still the same, Julian-"

"-still too honest"

"Apa itu sebuah pujian?" tanya Julian tersenyum miring

Natalie mengangkat bahunya "Kurasa" ia menepuk pundak Julian dan berlalu pergi.

Julian melihat jam tangannya. Sudah pk. 10.16.

14 menit lagi..

Sepertinya Julian masih sanggup menunggu Anne selama 14 menit di ujung sini. Selama Sydney tidak menghampirinya apalagi sampai mengajaknya berpesta di tengah kerumunan mahasiswa yang mulai menggila.

Kalau saja Anne tidak memintanya datang ke pesta ini. Julian pasti tidak akan susah payah datang kesini hanya untuk berdiri di ujung hall.

Julian bukannya takut pada Sydney. Hanya saja ia merasa harus menghindar dari wanita itu sebelum Sydney berbuat hal yang bisa merendahkan harga diri wanita itu di hadapannya lebih jauh lagi.

Bagaimanapun Sydney itu tetaplah seorang wanita.

Dan bagaimanapun, Julian datang kemari hanya sebagai formalitas dan atas permintaan Anne. Itu saja. Titik.

AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang