Hujan turun disaat yang kurang tepat.
Seakan ia turut serta menyuarakan kesedihan dalam hati kedua insan yang kini masih saling berhadapan.Hujan turun
Saat itu...
Di bawah guyuran hujan ini kau dan aku memulai semuanya sebagai kita.
Di bawah hujan ini kau dan aku bercinta untuk pertama kalinya.Saat itu...
Cinta tumbuh diam-diam
Cinta yang tidak seharusnya ada
Dan memang lebih baik tidak pernah ada.Dan sekarang hujan turun lagi.
Saat ini...
Dimana kita akan mengakhiri segalanya.***
"Kau selalu memikirkan tentang perasaannya, Anne. Aku jadi bertanya-tanya, pernahkah sekali saja kau memikirkan tentang perasaanku?"Anne melihat kilatan kemarahan bercampur kekecewaan di mata pria itu, otot-otot di rahangnya melentur seakan ia tengah berusaha menahan dirinya agar tidak melakukan hal-hal yang mampu membuat wanita itu ketakutan.
Hujan semakin deras. Tubuh mereka basah. Dan untuk pertama kalinya Anne benar-benar melihat sosok asli Julian tanpa pertahanan apapun. Hanya Julian.
Melihat kelemahan pria itu hanya akan membuat keputusannya berubah lagi dan memperpanjang sesuatu dengan akhir yang sama.
Anne memalingkan pandangannya. Ia tidak boleh lengah. Memejamkan matanya, ia berkata "Ini adalah keputusanku"
"Baiklah. Mari mengakhirinya" ucap Julian pada akhirnya.
Anne mendongak kembali menatap pria itu. Bukankah kalimat itu yang ia tunggu? Kenapa ia malah merasa.. kecewa?
Jadi inikah akhir dari hubungan mereka?
"Apa kau mencintaiku, Anne?" tanya Julian setelah hening beberapa saat
Anne menggeleng
"Bohong. Cinta tidak bisa berubah secepat dan semudah itu" ucap Julian. Anne hanya diam, matanya mulai buram karena air yang mulai menggenanginya.
Ia tidak boleh menangis. Julian tidak akan percaya semua alasannya kalau ia menangis... tapi kesedihannya bahkan lebih besar dari yang ia duga. Dan Anne tidak mampu bertahan.
Air mata akhirnya turun dan bercampur dengan derasnya hujan. Anne berharap air matanya dapat berbaur dengan air hujan sehingga Julian tidak tau bahwa ia menangis.
Tapi bohong kalau Julian tidak menyadari wanita itu menangis. Meskipun hujan deras ia masih bisa melihat mata yang memerah dan air mata penuh luka itu.
Julian menjulurkan tangannya dan meraih wajah wanita itu. Mengusap pipinya pelan dan berkata "Jangan menangis. Akan semakin sulit untuk melepaskanmu bila kau terus menangis"
Julian meraihnya dan mendekapnya dalam pelukan yang hangat. Dia terluka tapi dia juga tidak bisa terus melihat Anne menangis.
"Maafkan aku.." Samar-samar Julian mampu mendengar suara bisikan wanita itu
Julian menangkup wajahnya kemudian mengecup pelan bibir wanita itu.
"Give me the last wine. I promise, after that I'll let you go"
Anne mengangguk
***
Ruangan itu hanya ditemani oleh sedikit cahaya dari luar. Hujan deras di luar membuat ruang itu menjadi dingin bahkan tanpa pendingin ruangan. Foto-foto Anne terpajang di dinding kamar tersebut.Suara pintu terbuka diiringi dengan kecupan-kecupan mulai terdengar.
Dengan tubuh basah kedua insan itu saling bercumbu. Saling mendorong dan menabrak dinding di kamar tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair
RomanceWARNING: MATURE CONTENT!!! (17+) Keseluruhan cerita ini mengandung konten dewasa dan sangat diharapkan kebijaksanaan para pembaca dalam memilih konten bacaan. *** Kejadian tak terduga saat itu benar-benar mengubah segalanya, tepatnya di hari itu pad...