25 - Truth

61K 2.9K 76
                                    

Ketika kau berbalik pergi,
Aku seakan mati.
Maaf...
Aku seharusnya mengetahui kebenarannya lebih cepat.

***

"Hei"

Pria itu menatapnya singkat, datar, pandangannya kosong dan tak tersirat apapun disana.

Tatapannya dingin. Tidak ada lagi kehangatan dalam tatapan itu.

"Apa kabar?" Wanita itu tersenyum kecil. Kedua tangannya ia tautkan.

"Seperti yang kau lihat" jawab pria itu singkat dan padat. Ia mengambil sesuatu di lokernya. Tanpa sekalipun menoleh ke arah lawan bicaranya.

"Apa kau memiliki waktu? Ada yang ingin kubicarakan"

"Aku pikir tidak ada yang perlu dibicarakan."

"Sebentar saja.. ini tentang kita"

"Bukankah kita sudah lama berakhir? Aku tidak ingin terjadi kesalahpahaman" ucap pria itu ketus sembari menutup lokernya lalu berjalan pergi melewati wanita itu.

Dan dia tidak berbalik.

***
Meja makan itu tertata rapi dengan segala macam hidangan bintang lima di atasnya. Restaurant berbintang lima itu malam ini hanya didatangi beberapa pasangan, suasananya lembut dan sangat romantis. Dengan alunan musik yang mengisi seluruh ruangan dingin itu. Tapi tidak sama dengan sepasang kekasih yang sedang menyantap dessertnya saat ini. Suasana romantis tidak mampu mengalahkan pikiran mereka yang berkecamuk dengan apa yang akan mereka ucapkan.

"Ada yang ingin kubicarakan" Sang pria menegakkan kepalanya dan memulai pembicaraan.

"Aku juga" ujar Anne

"Tapi kau bisa membicarakannya terlebih dulu" Anne mempersilahkan pria di hadapannya itu. Pria itu mengangguk.

Charles meletakkan sendoknya dan berbicara serius. "Apa kau ingat bagaimana kita bertemu pada awalnya?"

Anne mengangguk "Satu tahun yang lalu. Bukankah kau mengirimiku bunga setiap hari? Lalu hari itu aku menangkapmu dan semenjak itu hubungan kita mulai berkembang"

Charles mengangguk membenarkan "aku tidak tahu apa yang akan terjadi bila aku mengatakannya. Tapi hal ini benar-benar membebaniku, jadi kupikir aku perlu mengklarifikasinya padamu" pria itu tampak menarik nafas panjang

"Apa maksudmu?"

"Kau tahu pengirim bunga itu..."

"-bukan aku" ujar Charles

Anne tampak bingung, ia menganggapnya hanya sebuah lelucon. "apa kau sedang bercanda? Aku jelas melihatmu hari itu. Apa ini April Mop?"

"Maaf. Tapi aku serius, Anne" Charles menggenggam tangannya dan memandangnya serius. Dan saat itu Anne paham bahwa Charles benar-benar sedang serius.

"Kalau bukan kau.. lalu siapa?" tanya Anne dengan hati-hati

"Kau mengenalnya" Charles memberikan sedikit clue. Anne semakin bingung dan ragu.

Seketika dia takut akan jawaban yang akan keluar dari mulut pria itu. Sepertinya dia bisa menebaknya. Tapi ia terlalu takut.

"Julian"

Detik itu, kenyataan menghantam dirinya dengan keras.

Apa-apaan ini?
Apa ia sedang dipermainkan?

***
Anne terus meneguk alkohol yang tersedia di hadapannya. Setelah apa yang disampaikan Charles, ia memutuskan pergi dan meninggalkan pria itu. Ia sangat terpukul hingga otaknya tak sanggup lagi berpikir. Ia butuh waktu. Semua informasi mendadak ini tiba-tiba mengacaukan semua alur yang telah ia susun.

Maaf.

Maafkan aku karena tidak bisa mengenalimu lebih cepat.

Maafkan aku karena meninggalkanmu.

Julian.

Julian..

Maafkan aku..

Kepalanya mulai terasa pusing, matanya meredup dan perlahan kesadarannya mulai hilang.

Gelap.

Tubuhnya seakan melayang.

Dan ketika ia membuka matanya, ia melihat sosok Julian di hadapannya. Memandangnya dan tersenyum padanya.

Seperti mimpi.

"Julian"

"Maaf karena menyakitimu. Maaf karena sudah meninggalkanmu"

"Aku sangat mencintaimu."

***
Charles mengikuti wanita itu ketika ia memutuskan pergi setelah mendengar kejadian yang sesungguhnya. Anne tampak sangat terkejut sekaligus terpukul.

Kenyataan bahwa sang pengirim bunga bukanlah dia, tidak akan mengubah kenyataan apapun, jadi mengapa wanita itu tampak sangat terpukul? Apakah sebegitu berartinya sang pengirim bunga itu baginya? Charles tidak tahu alasannya.

Wanita itu tampak marah dan gusar. Ia tidak mengungkapkannya tapi sikap gelisahnya menunjukkan segalanya. Ia pergi ke sebuah bar sendirian. Meneguk semua botol alkohol di hadapannya.

Sejak kapan wanita itu mulai mengkonsumsi alkohol? Charles tidak tahu. Terlalu banyak hal yang sudah ia lewatkan.

Charles memantaunya dari kejauhan. Memastikan wanita itu baik-baik saja. Melihatnya seperti ini membuatnya terluka, Anne tidak seperti ini semenjak Helix Cup.

Apa yang terjadi?

Apakah wanita itu tidak bahagia lagi bersamanya?
Apakah perasaannya sudah berubah?

Melihat perilakunya Charles tahu jawabannya iya. Dan pria itu bisa menebak apa yang mungkin ingin dibicarakan wanita itu malam ini adalah mengenai hubungan mereka. Anne ingin mengakhirinya. Tapi Charles belum siap. Ia tidak ingin mengakhiri hubungan mereka di saat semuanya baru saja terasa benar.

Alasan ia menahan diri selama ini adalah karena perasaan bersalahnya.

Julian adalah orang yang pertama menyukai Anne. Temannya itulah yang mengirimi wanita itu bunga dengan kata-kata indahnya. Namun semuanya terjadi begitu saja pada hati itu. Hari ketika Julian menitipkan bunga itu padanya. Charles melaksanakannya. Tapi Anne memergokinya ketika akan memasukkan bunga itu.

Wanita itu jelas mengira Charles lah pengagum rahasianya. Jadi ia bersikap sangat manis dan lucu. Charles tidak mampu menolak pesonanya.

Mungkin, masalah ini akan selesai dan berpacaran dengan Anne tidak akan membebaninya selama ini bila saat itu Julian datang padanya dan memukulnya. Pria itu harusnya marah dan memusuhinya, atau setidaknya mencaci maki dirinya. Tapi dia tidak melakukannya. Sama sekali.

Charles menghela nafas kasar. Semua masalah ini membuatnya gila. Ia perlu berbicara dengan Anne untuk memperjelas semuanya, tapi wanita itu tampaknya sudah terlalu mabuk sampai tidak mampu menopang dirinya sendiri. Jadi pria itu menghampiri dan membawanya pulang.

Anne tampak meracau dalam tidurnya. Charles tidak terlalu menghiraukannya sampai sebuah nama yang tidak asing keluar dari mulut wanita mabuk itu.

"Julian"

"Maaf karena menyakitimu. Maaf karena sudah meninggalkanmu"

"Aku sangat mencintaimu."

Sebuah kemungkinan yang tidak pernah terlintas di otaknya.

Sebuah jawaban dari segala pertanyaannya.

To be continued...

AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang