This is better..
Better than falling deeper in love.
Because it hurt so much, we promised to let each other go.
Although I'm not sure I can do it.***
Anne menggenggam handphonenya. Sebagian dirinya hendak menekan nomor telepon Julian dan meneleponnya. Tapi sebagian dirinya yang lain mengutuk dirinya sebagai wanita yang tidak tahu diri.Anne menghela nafas kasar. Bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan Julian saat ini? Dimana pria itu? Apakah ia mengalami waktu yang sulit?
Wanita itu berusaha keras untuk bertahan. Berusaha terus bernafas dan menjalani aktivitas seperti biasanya. Meskipun ia tidak bisa mengatakan betapa sulitnya itu.
"Anne?"
"Anne? Back to earth"
"Ya?"
Charles mendengus "Anne kau tahu kan kau selalu bisa menceritakan apapun padaku"
"Aku baik-baik saja" ucap Anne tersenyum kecil. Tentu saja ia tidak bisa menceritakan tentang Julian.
"Aku tidak ingin memaksamu bercerita. Tapi sudah hampir satu bulan kau seperti ini."
"Seperti apa?"
"Tertekan dan kau sangat sering melamun"
Charles menghela nafas panjang. "Aku berusaha memperbaiki segalanya. Tentang hubungan kita. Tapi aku merasa bahwa hal itu hanya membuatmu semakin tertekan"
"Aku merasa kau sudah berubah, Anne."
"Maaf, Char. Aku tidak bermaksud. Hanya saja banyak hal yang terus membebani pikiranku. Aku hanya butuh waktu untuk menyelesaikannya" ujar Anne.
"Aku mengerti" ujar Charles
Charles meraih wanita itu untuk memeluknya. Memberinya kekuatan "Aku tidak tahu apa masalahmu. Dan aku mungkin tidak bisa membantumu. Tapi aku bisa menjadi kekuatanmu, kapanpun"
Pelukannya hangat. Lengan pria itu merengkuhnya dengan erat. Mengingatkan Anne pada seseorang yang dirindukannya. Pikirannya terus tertuju pada pria itu tidak peduli seberapa keras Anne mencoba untuk melupakannya.
***
"Hey, kiddo!" Suara seorang wanita mencegahnya untuk naik ke atas
"Berhenti memanggilku seperti itu" Sang pria tampak sebal tapi ia kembali turun.
"Why I can't?"
"Because I don't like it" Julian berkata dengan jengkel. Ia menghampiri sang wanita dan mengecup pipinya.
"How about sweety? Love? Honey?" tawar sang wanita
Julian menghela nafas "Mom!!!"
"Okay, baby!"
"Aku akan masuk ke kamar" ucap Julian setelah itu
"Sudah satu bulan kau kembali ke rumah. Apakah kau masih belum mau menceritakan padaku apa yang terjadi?" tanya Maretta. Wanita yang melahirkan Julian dan adiknya.
"Tidak ada yang perlu diceritakan"
"Aku ibumu. Aku tau seberapa bencinya kau dengan rumah ini. Jadi apakah terjadi sesuatu di New York hingga kau rela kembali ke neraka ini?" tanya Maretta.
"Aku hanya butuh tempat tinggal sementara aku mengikuti event football di Chicago. Aku sudah pernah menjelaskannya" jawab Julian
"Sampai kapan?"
"Tidak tahu."
Sampai aku merasa siap kembali ke New York
Maretta tampak mengernyitkan dahinya. "Aku tahu kau tidak akan membuang-buang waktu dengan mengikuti hal semacam ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair
RomanceWARNING: MATURE CONTENT!!! (17+) Keseluruhan cerita ini mengandung konten dewasa dan sangat diharapkan kebijaksanaan para pembaca dalam memilih konten bacaan. *** Kejadian tak terduga saat itu benar-benar mengubah segalanya, tepatnya di hari itu pad...