Kenangan Masa Kecil

772 44 0
                                    

~ Kenangan tentang masa kecil gue bakal selalu gue kenang sampai akhir hayat gue. Tapi tidak semua akan gue ingat karena sebagian kenangan pasti ada yang pahit dan gue tak mau terluka jika mengingatnya ~

-Dinda Savira Lestari


----

Jam pelajaran olahraga telah selesai, semua siswa dan siswi kelas 8 pergi ke kelas untuk menggantikan baju mereka.

Jika ada yang bertanya kenapa semua orang mengganti pakaian di kelas,,

Jawaban nya adalah, karena ruang untuk mengganti pakaian sedang di renovasi. Alasan nya si, buat keliatan seger.

"Mujahid bisa enggak lo suruh semua cowok di sini keluar?" Dinda menghampiri Mujahid yang sedang mengeluarkan baju nya di dalam tas.

"Ogah, sekarang cowok yang ganti pakaian di dalam kelas," Mujahid menolak Mentah-mentah permintaan Dinda.

"Ayolah Jahid, gue mohon," Dinda memohon kepada Mujahid dengan menyebut nama 'Jahid' nama yang sering ia panggil ketika ia masih kecil kepada Mujahid.

Kalau seperti ini Mujahid bisa apa, dengan menepuk tangan nya saja semua Cowok di kelas itu pun keluar.

"Thanks ya jahid," Dinda memasang senyum paling terbaik dan termanis.

"Ya," Satu kata yang di katakan oleh Mujahid yang menandakan ia sangat pasrah sekarang.

Mujahid keluar bersama semua para cowok di kelas itu.

"Wah... lo apain Mujahid, ampe-ampe semua cowok keluar semua," Aya merangkul pundak Dinda.

"Aya, bisa enggak lo jangan ngerangkul-rangkul gue," Dinda menepis rangkulan Aya dengan agak kencang.

"Iss... kebiasaan deh," Aya memanyunkan bibirnya.

Mereka semua sudah mengganti baju mereka, begitu pula cowok kelas 8. B. Semua cowok kelas 8. B pun masuk.

"Puas lo semua, perintahnya udah di turutin," Awal langsung Cerocos saat masuk di dalam kelas.

"Tu mulut kereta api apa, masuk-masuk langsung main nyerocos aja," Aya melipat tangan nya.

"Mulut gue ya mulut gue, kenapa lo yang sewot," Kata-kata dan tatapan Awal sangat begitu sinis.

Aya melipat tangan nya sambil menatap Awal dengan tatapan tak kalah sinis.

"Woy-woy udah jangan berantem!" Dinda segera melerai Aya dan Awal yang hampir adu mulut.

Kalian jangan mengira kalau hanya Ratu dan Mujahid yang selalu bertengkar setiap saat. Aya dan Awal juga begitu mereka sangat tidak bisa akur tapi mereka tidak separah Ratu sama Mujahid.

"Ternyata kalian berdua masih enggak bisa akur ya," Mujahid menggeleng-gelengkan kepala nya.

"Emang mereka bedua nggak pernah akur ya?" Dinda merasa bahwa pasti ada pertengkaran baru selain dari pertengkaran Mujahid dan Ratu. Pertengkaran Mujahid dan Ratu saja sudah membuatnya pusing apalagi sekarang bertambah menjadi dua.

"Lebih baik gue ke UKS aja deh sekarang," Perkataan Dinda membuat Mujahid menolehkan kepalanya.

"Kepala lo sakit ya Din?" raut wajah Mujahid sangat khawatir.

"Iya sakit banget, ampe-ampe mau pingsan sekarang," Dinda sedang mengerjai Mujahid dan dia berusaha membuat Mujahid panik sendiri.

"Kalau gitu ayo ke UKS sekarang!" Mujahid segera menarik tangan Dinda, tapi Dinda tetap berdiri di tempat.

"Loh Din Ayo, katanya kepalanya pusing," Mujahid bingung karena Dinda yang tetap berdiri di tempat sambil menundukkan kepala.

"Cie... yang khawatir sama gue," Dinda mengangkat kepalanya sambil tertawa.

"Lo khawatir banget sih kayak gue mau mati aja," Dinda menarik satu sudut bibirnya.

"Iss... Dinda lain kali becandanya jangan kayak gini lagi. Lo hampir buat gue jantungan," Mujahid tadi benar-benar panik setengah mati dan hidup tadi.

"Iya. Tapi sebentar lagi pasti kepala pusing ampe ujung-ujung nya bakal pingsan," Dinda melirik ke arah Mujahid.

"Karena?" Mujahid bingung sebenarnya apa yang terjadi sama Dinda, tadi dia mengerjainya tapi sekarang dia bilang kalau nanti kepalanya pusing.

"Ya karena... gue bakal harus liat pertengkaran lain selain pertengkaran lo sama Ratu," Dinda duduk di bangkunya.

"Ooo... gue ngerti sekarang," Mujahid mulai mengerti jalan pembicaraan ini.

"Lo enggak usah khawatir lo enggak bakal liat tiap hari kok," Mujahid mengacak-ngacak rambut Dinda.

"Iss... jangan ngacak-ngacak rambut gue dong," Dinda menepis tangan Mujahid lalu kembali menata ulang rambut nya yang berantakan karena ulah Mujahid.

"Lo imut kalau rambut lo acak-acakan kayak tadi," Mujahid kembali mengacak rambut Dinda lalu segera berlari keluar dari kelas.

"Mujahid!!!" Dinda segera mengejar Mujahid sebelum jauh dari kelas.

"Ayo kejer gue kalau lo bisa!" Mujahid menjulurkan lidah nya.

"Awas lo ya!" ucap Dinda penuh perasaan kesal.

"Yang berantem di sini siapa sih, mereka atau kita?" Awal memasang wajah melongo, sambil menunjuk ke arah Mujahid dan Dinda yang kejar-kejaran.

"Udah biasa itu mah," Aya tersenyum melihat ke arah Mujahid dan Dinda.

"Lo kalau senyum cantik juga ya," Awal melihat ke arah Aya yang sedang tersenyum sangat manis.

"Idih... gombal cap beruang," Aya memasang wajah jijik pada Awal.

Tentang Awal dia itu sepupu dari Ikram. Ayahnya Ikram sama Ibunya itu bersaudara jadi mereka sering ketemu. Mereka enggak jauh beda sih sama-sama bandel.

Dinda dan Mujahid mereka berdua masih saling kejar-kejaran di lorong sekolah yang melihat mereka pasti mengira kalau mereka pacaran. Tapi. Menurut orang yang cukup dekat dengan mereka itu sudah biasa.

"Aduh. Gue nyerah," Mujahid mengangkat tangan nya pertanda bahwa ia sudah menyerah sekarang.

"Gue juga," Mereka berdua terduduk di bangku di lorong-lorong sekolah.

"Din, lo masih inget enggak terakhir kali kita main kejar-kejaran kayak gini?" Mujahid menatap me arah Dinda yang masih berusaha menetralkan pernapasannya.

"Iya, gue inget pas kita berdua masih kecil banget," Dinda tersenyum dia mulai melihat sebuah bayangan seorang gadis kecil yang sedang terseyum lebar.

Gadis itu melambaikan tangan di depan Dinda. Dinda melihat ada kedua orang tua gadis kecil itu yang menjemput Dinda. Sebelum gadis itu pergi ia memberikan kiss bye ke Dinda, lalu pergi.

"Woi Din, lo lagi ngelamunin apa sih?" Mujahid membuat Dinda tersadar dari lamunannya.

"Enggak ngelamunin apa-apa kok," Dinda hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Mereka tidak menyadari ada seseorang yang melihat mereka dari jauh. Seseorang yang berdiri dengan tegap. Raut wajah menunjukan sedikit kecemburuan.

~:::~:::~

Hai Huriah kambek✋✋✋...
Vote + komen ya...

Oke huriah pergi dulu ya...

SEE YOU
😙😙😙

Our Story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang