~ Gue bakal berusaha maafin lo kok. Kalau Mujahid bilang ni ya. Maafin aja, hitung-hitung buat hapus dosa ~
-Dinda Savira Lestari
---
Angin semilir menerpa wajah Dinda dan Ratu. Mereka terdiam sejak tadi. Dinda menyibukkan diri dengan membawa buku novelnya."Lo sampai kapan mau benci sama gue?" Ratu membuka pembicaraan.
"Enggak tau. Mungkin selamanya," Dinda tidak menatap ke arah Ratu melainkan ke arah bacaannya.
"Semarah itu kah lo sama gue?" tatapan Ratu menjadi sendu.
"Iya, gue bener-bener marah sama lo," Dinda terus membaca setiap kata-kata dari bukunya.
"Dinda kalau bisa lo maafin gue ya," Ratu berusaha mendapatkan maaf dari Dinda. Tidak ada jawaban dari lawan bicaranya.
Ratu melihat ke arah Dinda yang sepertinya asik sendiri dengan bukunya. Dengan penasaran Ratu melirik ke arah bacaan Dinda.
'Eee... Itu kan!!!' Ratu mendengus kesal setelahnya.
"Jadi daritadi lo baca itu terus ternyata," Ratu menatap kesal ke arah Dinda.
"Hehehe, iya," Dinda menggaruk-garuk tengkuknya.
"Gue lagi ngomong serius nih, lo malah cuekin gue. Dan lebih milih pacaran sama buku lo itu," Ratu sekarang ingin ngambek. Tapi dia tau kalau itu bakal sia-sia aja.
"Iya-ya, maaf," Dinda langsung meminta maaf pada Ratu
"Kok malah lo yang minta maaf? Kan alur ceritanya harus gue yang minta maaf," Ratu berusaha membuat candaan. Ya walaupun garing.
"Garing Rat, kayak keremes Ayam," Dinda mengerling mata.
"Hehehe... Tau kok, walau lo enggak bilang gue tau kalau ujung-ujungnya garing," Ratu berusaha membuat suasana menjadi tidak terlalu canggung.
Lawan bicaranya hanya diam. Hening, tak ada suara sama sekali.
"Din, gue mau serius sekarang," Ratu sudah tidak tahan lagi dengan semua ini.
"Gue tau, gue salah. Tapi, bisakan lo maafin gue?" Dinda menolehkan kepalanya, dan ekspresinya menunjukkan kalau dia sedang berpikir.
"Gue bisa maafin lo kok," akhirnya Dinda memasang senyum tulus.
Dinda menghembuskan nafas pelan, "enggak ada guna juga kan. Kita marah-marahan." Ratu mengangguk dengan senang, dia lega bahwa Dinda ternyata sudah memaafkannya.
"Sebenarnya gue tau. Kalau lo nyuruh Mujahid buat gue bisa ngerti," tubuh Ratu menjadi menegang kembali.
"Gue tau, kalau Mujahid enggak bakal mau ngoceh-ngoceh kayak gitu. Gue udah kenal banget sama sifat dia."
"Tapi, enggak pa-pa lah. Gue bisa maklum, gue tau lo berusaha jelasin semuanya. Tapi, lo bingung harus mulai dari mana kan," Dinda tersenyum. Dan itu membuat Ratu lega.
"Tapi, sebelum gue maafin lo. Lo harus gue hukum dulu," Dinda menyeringai.
"Iya, gue mau kok dihukum kok," ucap Ratu dengan bersungguh-sungguh.
"Hukumannya enggak susah kok. Lo cuman harus jawab satu pertanyaan gue ini dengan jujur," Ratu mengangguk bahwa ia setuju.
"Kenapa lo enggak ngejelasin dari awal kalau Ayah gue itu Papa lo?" tatapan Dinda menjelaskan semuanya. Dia menuntut sebuah alasan yang jelas.
"Gue bingung harus ngejelasinnya darimana. Mujahid pasti bilang kayak gini 'Dia itu bingung mau ngejelasinnya tanpa menyakiti perasaan lo' dan itu true banget. Tapi, sebenarnya gue punya misi," Dinda menatap Ratu penuh dengan rasa penasaran.
"Misi, misi apaan?" Ratu mulai gelagapan saat Dinda melontarkan pertanyaan itu.
"Eee... itu misi," Ratu berusaha menghindari pertanyaan ini demi seseorang yang ia begitu sayang.
"Jawab sekarang! atau gue bakal marah lagi sama lo," Dinda mengancam Ratu dengan tatapan tajamnya.
"Oke, gue jawab," Ratu menghela nafas sebentar, "jadi sebenarnya gue mau buat lo ketemu lagi sama Ayah lo yang notebad-nya Papa gue juga biar bisa ketemu sama elo lagi," Dinda menjadi terdiam.
"Gue mau lo sama Papa bisa akur layaknya anak bersama Ayahnya," Ratu takut Dinda akan benar-benar marah sekarang.
"Oh," Dinda hanya merespon seperti itu. Ratu bisa memastikan kalau dia sedang merasa kacau.
"Lo mau tau yang sebenarnya Din," Dinda hanya termangu diam seperti benda mati, tapi Ratu yakin kalau Dinda masih mendengarkannya.
"Gue sebenarnya udah tau lo sejak lama. Sejak gue duduk di kelas Enam SD. Papa selalu cerita tentang lo. Papa bercerita kalau dia juga punya putri cantik yang seumuran dengan gue-" Ratu menghentikannya perkataannya sebentar.
"Papa selalu cerita sama gue tentang lo. Semuanya, dan gue hafal betul apa yang Papa bilang. Tapi, suatu hari Papa cerita sama gue kalau dia merindukan putrinya." Ratu menatap Dinda, seperti ekspresinya tadi. Tetap termangu seperti benda mati.
"Dan mulai saat itu gue bertekad buat pertemukan lo sama Papa lagi," tangis Dinda langsung pecah saat mendengar kata-kata Ratu yang terakhir.
Dari kejauhan ada seseorang yang memperhatikan lalu segera mendekat. "Dinda ternyata lo di sini!"
"Nenek Lampir lo apain sepupu gue?!" Ratu panik, takut disangka kalau dia adalah penyebab Dinda menangis.
"I-itu..."
~:::~:::~
Hai-hai aku balik nih😊
Maaf pendek ya😅
Yang penting bisa update la ya.Vote + komen plisssss
SEE YOU

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story [TAMAT]
Teen FictionCover by : @Gina Pascabela Judul Lama : Mysterious Girl Dinda Savira Lestari anak berprestasi di sekolah, tapi sayangnya dia agak tertutup dan membuat dia agak susah untuk bersosialisasi. Hingga suatu hari tanpa sengaja dia membantu seseorang dan m...