Adik Yang Baik

719 46 0
                                    

~ lo boleh cinta sama dia tapi lo harus cepat utarakan isi hati lo sebelum terlambat ingat 'Regret is always at the end'. Dan setelah dia menerima elo jangan sekali-kali lo sakitin hatinya ~


-Mujahid Raga Angkasa


----

Semua siswa kelas 8 sudah ada di dalam kelas dan sekarang adalah pelajaran Sains. Dinda dan Mujahid sangat beruntung karena mereka datang ke kelas tepat waktu.

"Baiklah anak-anak kalian harus membawa semua bahan dan alat ini besok," Bu Dewi mulai menulis kan Alat dan bahan untuk bahan praktek untuk besok di papan tulis.

"Alat dan bahan yang di bawa harus lengkap jika tidak lengkap maka Ibu bakal ngehukum kalian satu kelas," ucap Bu Dewi.

"Alat dan bahan ini tidak susah di temukan. Jadi Ibu mohon kerja samanya," tatapan Bu Dewi sangat lembut tapi kata-katanya begitu tajam.

"Kita bakal praktek di laboratorium, dan kita bakal gabung dengan kelas 8. A," Bu Dewi mengumumkan sebuah pemberitahuan. Semua orang bersorak ria kecuali satu orang ini yang mukanya suram 'Mujahid'.

"Kalian sekarang boleh pulang," Bu Dewi keluar dari kelas.

"Bu Dewi. Kenapa suruh bawa alat ya padahalkan alat dan bahan di laboratorium kan lengkap?" tanya Aya saat berada di dekat Dinda.

"Entah lah," Dinda menaikkan kedua bahu nya sebagai jawaban.

"Mujahid tu muka kenapa. Kek cabe kering?" Dinda menoleh ke arah Mujahid dan mendapati wajah Mujahid yang sangat suram.

"Itu enggak usah di tanya lagi Din, lo juga pasti tau jawaban nya kan," Aya menaikkan satu sudut bibirnya.

Dinda menjentikkan jari nya "Ah, iya kita kan gabung sama kelas 8.A tu, berarti ada Ratu nanti."

"Mujahid lo enggak boleh gitu dong," Mujahid menoleh ke arah Dinda.

"Enggak boleh apaan?" Mujahid menaikkan satu alisnya.

"Lo enggak boleh kesel kalau denger namanya Ratu," ucap Dinda dengan nada yang di buat polos layaknya anak kecil.

"Enggak bisa," Mujahid menggeleng-gelengkan kepala nya artinyanya kalau ia tidak setuju.

"Lo enggak tau. Sampai perang dunia ke Tiga pun gue sama Ratu bakal tetep berantem," ucap Mujahid mendramatis.

"Drama banget," Dinda memutar matanya.

"Udah-udah, kita pulang sekarang kita harus cari bahan buat praktek besok," Aya menengahi perdebatan dari Dinda dan Mujahid.

"Oke!" Dinda dan Mujahid mengacungkan jempol mereka tepat di depan wajah Aya.

Aya memundurkan sedikit wajah nya, Aya mulai berpikir walau Mujahid dan Dinda sering memiliki pikiran yang beda tapi terkadang mereka juga bisa satu pikiran di saat tertentu.

"Baiklah, ayo kita pulang," Dinda sudah jalan duluan.

"Kebiasaan banget sih tu anak," Mujahid mengejar Dinda di susul Aya di belakang.

Mereka bertiga sedah sampai di depan gerbang sekolah.

"Aya!" Suara seseorang memanggil Aya dari belakang.

"Kakak kok di sini?" Aya kebingungan saat melihat Erlangga sedang menaiki motornya, karena biasanya kakaknya itu selalu latihan basket.

"Emang enggak boleh," Erlangga melipat kedua tangannya.

"Bukan kayak gitu, tapi kan biasanya kakak latihan basket," Aya meluruskan salah paham ini, karena kalau tidak segera di luruskan akibatnya bisa sangat buruk.

Our Story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang