~ Kedatangan mereka membuat gue sangat terkejut ~
-Mujahid Raga Angkasa
---
"Kejutan!" Frans memegang dadanya. Dia begitu terkejut melihat Dua orang di hadapannya sekarang ini.
"Mila, Mas Rahid?" Frans terkejut melihat Mila dan Rahid.
"Frans?" seorang wanita dan pria yang kelihatannya seumuran Frans terkejut sekaligus bingung melihat Frans.
"Sudah-sudah jangan bingung dulu. Mending kalian berdua masuk dulu," Dua orang itu menganggukkan kepala dengan bingung.
Saat masuk ke dalam rumah Dua orang itu melihat kepada Mujahid. Dan saat Mujahid berbalik menghadap ia membulatkan matanya.
"Mom, Dad?!"Mujahid menganga tidak percaya melihat kedua orang tuanya itu datang ke rumah Dinda.
Farah segera keluar dari dapur, dan begitupun Dinda dan Ratu yang langsung keluar dari kamar, karena penasaran.
Dan saat sampai ke ruang keluarga. Dinda dan Farah langsung terkejut. Dan Ratu, ia hanya memasang ekspresi bingung.
"Hei, Mujahid, sampai kapan kamu mau menganga kayak gitu," Mujahid segera menormalkan kembali eskpresi wajahnya. Mujahid segera mendekati kedua orang tuanya lalu menyalimi tangan mereka.
"Sekarang beritahu kepadaku sekarang apa yang terjadi," Rahid berkacak pinggang. Frans langsung mengangguk. Frans lalu menceritakan semua yang terjadi. Rahid dan Mila terus menyimak semua cerita yang keluar dari bibir Frans.
Dan saat Frans berhenti berbicara, Rahid dan Mila langsung mengangguk-anggukkan kepala pertanda mengerti.
"Oh, jadi gitu toh," Frans mengangguk kecil.
"Kalau gitu Mas sudah paham. Tapi, sekarang ada satu hal yang buat Mas bingung," Rahid melihat ke arah Ratu.
"Dia siapa?" Ratu langsung gelagapan saat ditatap oleh Ridwan dengan begitu intens.
"Dia itu juga putri aku," jawab Frans dengan singkat.
"Anak dari pernikahan kedua kamu?" Frans menganggukkan kepala.
"Mom sama Dad mau nginap?" tanya Mujahid.
"Enggak kok. Kita ke sini buat silaturahmi sekalian jemput kamu," Mila tersenyum.
"Kami juga enggak mau ganggu acara malam," Rahid tersenyum jahil lalu melihat ke arah Frans.
"Mujahid enggak mau ikut Dad," tolak Mujahid dengan halus.
"Beneran?" Mujahid mengangguk dengan bersungguh-sungguh.
"Ya sudah, kami pamit pulang ya," Farah dan Frans mengangguk.
"Jaga diri ya Hid," Mila menarik hidung Mujahid lalu berdiri.
"Bye semua," Rahid dan Mila pun keluar dari rumah.
~:::~:::~
Pagi harinya, semua orang di rumah Dinda sedang sangat terburu-buru.
"Cepetan, Pah. Nanti kami bisa terlambat," Ratu terus melihat ke arah jam tangannya.
"Ok-ok, sabar," Frans merapikan dasinya.
"Pergi dulu ya, Mah," Farah mengangguk. Mereka bertiga pun segera berangkat ke sekolah.
~:::~:::~
Sekarang jam istirahat. Dan mereka bertiga datang ke sekolah tepat waktu tadi. Untunglah tadi Frans mempercepat laju mobil tadi.
"Untung aja gue enggak telat," Mujahid bergidik ngeri. Dia sudah sangat trauma dengan hukumannya di masa lampau.
"Udah kebayang hukumannya kayak gimana ya Hid," Ratu tersenyum jahil. Dia cukup tau bahwa Mujahid sudah trauma dengan hukumannya dulu.
"Udahlah, yang dulu enggak usah diinget. Kita itu hidup di masa kini, bukan di masa lalu," Ratu dan Mujahid menganggukkan kepala setuju.
"Dan masalah dari masa lalu harus dilupakan," Ratu mengedipkan matanya.
"Serah lu lah, Mak Lampir," Ratu mengerutkan dahinya.
"Tumben lo panggilin gue Mak Lampir, biasanya manggilin gue Nenek Lampir," mulut Ratu membentuk sebuah seringai kecil.
"Emang lo mau di panggilin Nenek Lampir?" Mujahid juga membentuk sebuah seringai kecil di wajahnya.
"Kalian berdua kapan sih bisa akur?" Dinda mulai pusing karena kedua orang ini mulai berulah lagi.
"Hehehe, Sorry Din," Mujahid dan Ratu menunjukkan kedua jarinya hingga membentuk huruf V.
"Kita cari-cari, ternyata kalian di sini toh," semua sahabat mereka bertiga mulai datang bersama-sama.
"Selamat ya kalian udah jadi keluarga," Dila memberikan ucapan selamat.
"Selamat ya, Hid. Lo udah sepupuan sama Ratu," Aqil tersenyum jahil. Mujahid hanya tersenyum paksa.
Dinda melihat ke semua orang. Dan dia merasa ada orang yang belum ada diantara mereka.
"Erlangga mana Ay?" tanya Dinda sambil memiringkan kepala.
"Gue juga enggak tau. Kakak gue itu emang suka ngilang kerjanya," Dinda mengangguk-anggukkan kepala.
"Kok lo cariin si Erlangga. Kangen lo?" Mujahid membentuk seringai.
"Udah-udah, gue mau pergi sekarang. Gue ada urusan," Dinda segera pergi darisana dengan langkah yang begitu cepat.
'Urusan apaan, urusan cari Erlangga sih iya,' ucap batin mereka semua.
~:::~:::~
Dinda pergi ke taman belakang sekolah. Dia tau, kalau Erlangga sering ke sini, untuk sekedar bersantai.
"Erlangga lo lagi ngapain di sini?" Dinda duduk di samping Erlangga. Erlangga menatap Dinda dengan tatapan terkejut.
Erlangga segera mengembalikan ekpresinya seperti semula, "eh, itu, gue cuma lagi butuh ketenangan aja."
"Lo kenapa bisa ada di sini?" tanya Erlangga. Dinda tersenyum.
"Gue lagi cariin lo," jawab Dinda dengan jujur. Mulut Erlangga terbuka sedikit.
"Kok lo cariin gue?" dahi Erlangga mengerut.
"Ya, emangnya. Enggak boleh?" wajah Dinda menjadi sedih.
"Bu-bukan gitu, gue cuma bingung aja lo cariin gue!" Erlangga menjadi sedikit panik.
"Yaudah, santai aja kali. Gue cuma mau bicara sama lo doang kok," Dinda tersenyum penuh arti.
"Dinda gue mau ngomong sesuatu sama lo," Erlangga menatap Dinda dengan serius. Dinda pun menjadi bingung melihat tingkah Erlangga.
"Lo mau enggak jadi pacar gue?"
~:::~:::~
Author baper ngetiknya...*nasib jomblo :'')
Kira-kira diterima enggak ya?
Ok guys, jangan lupa Vote dan Komen ya. Biar Author lebih semangat updatenya.
Dan juga doakan wattpad cepat sembuh ya..
G O O D N I G T H
N I C E D R E E M
S E E Y O U

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story [TAMAT]
Genç KurguCover by : @Gina Pascabela Judul Lama : Mysterious Girl Dinda Savira Lestari anak berprestasi di sekolah, tapi sayangnya dia agak tertutup dan membuat dia agak susah untuk bersosialisasi. Hingga suatu hari tanpa sengaja dia membantu seseorang dan m...