Sebuah Senyuman Kecil

1.7K 122 7
                                    

~ Kalau semua orang bisa mengekspresikan perasaan mereka dengan bebas. Gue malah sebaliknya yang selalu bersikap datar walau gue sebenarnya bahagia ~

-Dinda Savira Lestari

----

Sekarang semua orang sudah pulang begitu pula Dinda. Tapi tidak untuk Mujahid dan Pemain basket lainnya.

'Prit!'
Suara sempritan membuat semua pemain basket berhenti.

"Semuanya berkumpul!" Kata pelatih basket Itu. Dalam hitungan detik mereka semua sudah ada di dekat sang pelatih.

"Baiklah kalian harus lebih giat untuk berlatih. Karena sebentar lagi ada pertandingan basket," Jelas pelatih itu.

"Baiklah semuanya bisa bubar," Kata pelatih itu membubarkan pemain basket. Semua pemain basket pun bubar.

Mujahid segera mendekati seseorang dan langsung menepuk pundak orang itu.

Orang itu terlonjak kaget dan langsung berbalik ke arah Mujahid.

"Lo bisa enggak jangan ngagetin orang!" Kata orang itu kesal.

"Sorry bro," Kata mujahid sambil menaikkan dua jari nya.

"Udah sombong lo ya sekarang," Kata orang itu sambil bersedekap.

"Semenjak lo jalanin misi lo itu, lo jadi jarang ngumpul bareng," kata orang itu masih dengan posisi nya tadi.

"Ya.. Namanya kan juga Misi pasti harus di jalanin," kata Mujahid dengan enteng.

"Ya, ya, ya. Gue cuma bisa pasrah aja," kata orang itu pasrah.

"Haha.. Betul ya kata orang enggak ada yang bisa nandingin gue," Kata Mujahid sambil tertawa.

"Mujahid.. Lo kenapa sih terlalu perhatian sama dia?"  orang itu bertanya ke mujahid bingung.

"Karena gue itu.." Mujahid memberikan jeda pada katanya dan tawanya terhenti.

"Suka lihat dia kalau dia lagi kesel," Mujahid pun melanjutkan perkataan nya dan lagi-lagi tertawa.

Sedangkan orang itu memutar matanya dengan malas. Semenjak beberapa hari ini Mujahid Lebih sering nempel dengan Dinda. Entah apalah yang sebenarnya terpikir di otak Mujahid.

~:::~:::~

Di Rumah Dinda sedang makan Snack. Rumah sekarang sepi karena Mamanya belum datang, dan Mujahid pergi entah kemana.

Padahal sekarang sudah hampir Malam tapi anak itu belum datang juga.

'Anak itu kemana sih, udah mau Maghrib juga!' batin Dinda menggerutu kesal.pp

"Assalamu'alaikum!!!" Ada orang yang memberi Salam.

"Waalaikum'salam" Jawab Dinda dengan suara kecil. Dinda memutar matanya karena dia tahu siapa pemilik suara itu.

"Din mana Tante, kok belum datang sih?" Tanya Mujahid saat dia tidak menemukan Farah tidak ada di rumah.

"Enggak tahu," Ujar Dinda lalu mengambil snacknya lagi lalu memakannya.

"Dinda.." Panggil Mujahid ke Dinda berharap Dinda akan menjawabnya.

"Apa!," Sebuah keajaiban besar Dinda menjawab panggilan dari Mujahid.

Padahal selama beberapa tahun dia tidak pernah lagi menjawab sapaan orang ataupun perkataan orang. Palingan hanya menolehkan kepalanya sebentar lalu menolehkan nya lagi kedepan.

Dan itu lah yang membuat Mujahid terbengong dan mulutnya terbuka sedikit.

Kesadaran Mujahid pun kembali. "YA TUHAN!!!" Mujahid berteriak sangat kencang, Dinda pun harus menutup telinga agar telinganya tidak tuli.

"Lo.. Dinda kan???" Tanya Mujahid dengan tatapan tidak percaya.

"Menurut loh," Jawab Dinda sambil bersedekap.

Mujahid pun menoel-noel pipi Dinda, tapi langsung di tepis oleh Dinda.

"Ternyata asli, ini Dinda!" Kata Mujahid Senang sambil lompat-lompat seperti anak kecil.

"Lo kenapa sih?" Tanya Dinda kebingungan, lalu manaruh telapak tangannya di dahi Mujahid.

"Pantesan aja," Kata Dinda lalu segera melepaskan tangannya dari dahi Mujahid.

"Iss.. Dinda apaan sih," Kata Mujahid kesal.

"Lo tu, yang kenapa lompat-lompat kayak anak kecil gitu?" Ada banyak kosa kata yang keluar dari Mulut Dinda. Dan itu membuat Mujahid sangat senang.

"Gue cuman ekpresiin Rasa bahagia gue!" kata Mujahid histeris. Seolah-olah ia mendapatkan sebuah penghargaan.

Dinda memutar matanya, dan lebih memilih untuk ke kamar saja daripada harus berbicara sama anak yang otaknya udah rada-rada sinting.

~:::~:::~

"Tante, udah lama kita enggak pernah jalan-jalan bareng," kata Mujahid, Mujahid melirik ke arah Dinda tapi Dinda malah fokus ke arah Televisi.

"Iya juga ya," Kata Farah tampak berpikir sesuatu.

"Gimana kalau sekarang kita jalan-jalan ke Mal," Kata Farah, ia melirik ke arah Dinda, tapi Dinda tidak menggubris percakapan mereka.

"Ayo, Tante kita pergi!" Kata Mujahid sangat antusias.

"Baiklah ayo!" Farah mengajak Mujahid.

"Woi, Din lo mau ikut enggak?" Ajak Mujahid ke Dinda.

Dinda pun mengangguk, sebenarnya Dinda sangat antusias untuk ikut tapi dia bukanlah Mujahid yang bisa mengekspresikan perasaannya.

"Baiklah kalian cepat-cepat lah bersiap!" Kata Farah memerintah dua anak yang ada di hadapannya.

"Baik Tante," Kata Mujahid sambil mengangkat tangannya membentuk hormat.

Sedangkan Dinda hanya mengangguk. Mereka pun bergegas untuk bersiap-siap.

10 menit kemudian....

Mujahid Dan Dinda sudah selesai bersiap. Mereka berdua tinggal menunggu Farah untuk Selesai bersiap

"Maafin tante ya, Tante terlalu lama ya," Farah meminta maaf ke Mujahid.

"Enggak pa-pa kok Tante," Kata Mujahid mengerti.

"Baiklah ayo berangkat!"Kata Mujahid bersemangat.

Dinda hanya tersenyum kecil, melihat kelakuan sepupu nya itu.

~:::~:::~

Hai Semua...

VOTE + KOMEN YA!

Our Story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang