Akhir Semuanya

1.4K 37 13
                                    

Sebelum baca cerita ini harap kasih vote dulu lah😆

---

~ Hidup itu terkadang membuat kita bingung. Terkadang membuat kita berbagia, tapi, terkadang buat kita bersedih. Tapi, bagaimanapun juga kita harus menghadapinya dengan kesabaran ~

-Huriah Fadilah Aliani (Author's)

---

Dinda segera berlari lalu mendorong Mujahid.

'Bruk'

Tubuh Dinda terlempar jauh dari tempat ia tertabrak. Dan Mujahid jatuh tersungkur saat Dinda mendorongnya.

"Dinda!"

Semua orang langsung memadati area kecelakaan. Mobil yang menabrak Dinda langsung pergi.

Mujahid langsung pergi ke arah Dinda dengan langkah yang tertatih-tatih.

Saat sampai ke arah Dinda Mujahid langsung duduk lalu memangku kepala Dinda. Dari pelipis Dinda mengalir darah, Mujahid menjadi panik.

"Kalian semua jangan ngeliatin aja dong, bantu saya!" semua orang langsung menolong Mujahid.

Mujahid memberhentikan sebuah mobil, ia menjelaskan bahwa ia sangat butuh bantuan.

Untungnya pemilik mobil itu berbaik hati ingin mengantar Dinda ke rumah sakit.


Seorang wanita muda masuk ke dalam mobil itu lalu semua orang pun memasukkan Dinda ke dalam mobil itu.

Mujahid masuk di bagian depan mobil. Lalu Mujahid menyuruh si pemilik mobil itu agar segera menuju ke rumah sakit.

'Mujahid tenang, Dinda pasti bakal baik-baik aja,' Mujahid meyakinkan dirinya bahwa Dinda akan baik-baik saja, sesekali ia melirik ke arah kaca spion mobil untuk melihat keadaan Dinda.

Mobil sudah sampai di rumah sakit. Mujahid segera masuk ke rumah sakit memberitahu bahwa ada seseorang yang mengalami kecelakaan.

Sebagian staf rumah sakit langsung membawa sebuah brankar menuju mobil. Dinda segera diturunkan dari mobil dengan pelan.

Brankar tadi segera menuju ke arah ruangan UGD. Sebelum masuk Mujahid mengucapkan terimakasih kepada pemilik mobil dan juga wanita yang menolongnya tadi.

Brankar melaju dengan cepat dan akhirnya sampai ke depan UGD. Suster melarang Mujahid untuk masuk dan Mujahid hanya pasrah.

"Ya Allah, gue harus apa?!" Mujahid mengacak-ngacak rambutnya dengan frustasi.

"Ya... gue harus nelpon Tante Farah sama," Mujahid segera mengambil Headphone-nya di dalam tas.

"Ayo dong, angkat-angkat," Mujahid berusaha bersabar menunggu teleponnya diangkat oleh Farah. Farah pun mengangkat telepon dari Mujahid.

"Halo Tante,"
Mujahid Raga Angkasa

"Iya Mujahid, kenapa?"
Tante Farah

"Tante sekarang juga datang ke rumah sakit,"
Mujahid Raga Angkasa

"Emangnya kenapa Hid?"
Tante Farah

"Dinda masuk rumah sakit!"
Mujahid Raga Angkasa

"Hah! kok bisa Dinda masuk rumah sakit?"
Tante Farah

"Iss... Tante enggak usah banyak nanya. Lebih baik Tante ke rumah sakit sekarang juga,"
Mujahid Raga Angkasa

Sambungan telepon pun berakhir, Mujahid hanya bisa duduk di depan UGD. Menunggu Farah, Frans, dan mungkin juga Ratu.

Mujahid duduk sambil menunduk, dia sangat menyesal telah meminta kepada Dinda untuk menemaninya.

"Ya Allah, tolong biarkan Dinda selamat," itu adalah harapan Mujahid untuk saat ini.

"Mujahid!" suara itu terdengar sangat jelas. Suara seorang cewek, dia adalah Ratu. Diikuti Frans dan Farah di belakangnya.

"Dinda mana?!" Ratu mengguncang-guncangkan badan Mujahid. Mujahid hanya diam.

Dokter pun keluar dari ruangan itu, "apa ini dari keluarga korban?" Farah dan Frans mengangguk.

"Iya, Dok. Saya Mama dari pasien," ucap Farah.

Dokter itu memasang wajah sedih, "mungkin ini memang sudah takdir dari yang Maha Kuasa. Maaf saya tidak bisa menyelamatkan putri anda."

Sontak itu semua membuat semua orang disana terpuruk. Dan hampir saja Farah pingsan mendengar perkataan Dokter itu.

"Enggak mungkin Dok. Pasti Dokter salah, anak saya enggak mungkin ninggalin saya," Frans tidak terima bahwa Dinda telah meninggalkannya.

"Saya turut berduka cita. Yang sabar ya pak," Dokter itu pun berlalu meninggalkan mereka.

Mujahid, dia benar-benar terpukul. Dan mungkin dia akan terus menyalahkan dirinya.

~:::~:::~

S

uasana pemakanan sangatlah penuh haru. Semua orang mengeluarkan air mata, saat Mengiring Dinda ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Setelah membacakan surat Yasin, semua orang langsung pulang ke rumah. Begitupula Farah dan Frans mereka langsung pulang. Mereka benar-benar sedih, dan lebih memilih untuk pulang.

"Kenapa lo ninggalin kita semua cepat banget sih Din?" air mata Mujahid langsung turun.

"Lo seharusnya ada di sini. Kan lo yang punya impian buat satuin Mama sama Papa lo lagi," isakan kecil keluar dari bibir Mujahid, "tapi, kenapa lo harus pergi Din?"

Ratu melihat Mujahid dengan tatapan sendu. Dia juga sedih, dan dia pun juga menangis.

Tapi, dia tau. Kalau, Mujahid adalah orang yang paling sedih diantara semuanya. Bukan maksud ia berkata bahwa Farah dan Frans tidak terlalu berduka. Tapi, Mujahid akan selalu menyalahkan dirinya. Dan mungkin selamanya.

TAMAT


Ada yang nangis???
Ada yang lagi ngelap ingus???

Kalau author sih. Biasa aja tuh...*lap ingus

Hehehe... Tapi, yang paling penting adalah cerita ini tamat🎉🎉🎉

Dan juga author mau bikin sequelnya. Jadi jangan sedih, karena ini bukan akhir.

Hehehe...
Enggak ada extra part. Jadi cerita ini udah tamat.

Guys mau nanya nih, sequelnya aku publish kapan?

Awal Februari atau Pertengahan Februari?

Komen ya😆😆😆

SEE YOU ON SEQUEL

Mysterious Girl

Salam Manis

Huriah

Our Story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang