Kembali Menjadi Utuh

583 29 2
                                    

~ Di Dunia ini ada Dua hal yang paling susah buat dilakuin. Minta maaf dan ngucapin terimakasih ~

-Dinda Savira Lestari

---

"I-itu..." bibir Ratu menjadi kelu saat ingin mengucapkan kata-kata yang sangat ia ingin katakan. Tapi, dia sekarang cukup takut dengan ekspresi Mujahid.

"Itu apa, hah!" Ratu semakin menundukkan kepalanya. Dia benar-benar takut. Karena untuk pertama kalinya ia melihat Mujahid begitu marah.

Dinda yang melihat Mujahid menjadi tidak terkendali segera menghapus air matanya lalu menenangkan Mujahid, "Jahid, udah ya. Jangan marah-marah lagi sama Ratu," Dinda membujuk Mujahid dengan sangat halus.

Mujahid yang mendengar bujukan Dinda menjadi kembali tenang walau tatapannya masih seperti tadi, sangat tajam.

"Mujahid jangan gitu ih, jelek banget mukanya," Dinda mulai bertingkah menjadi anak kecil. Dinda menjadi sedikit agak geli dengan perkataannya tadi.

Mujahid membuang muka, "Jahid, ayolah. Masa lo nolak permintaan gue sih," dengan sangat terpaksa Mujahid memasang senyum.

"Nah gitu dong," Dinda tersenyum. Dinda yang menyadari Ratu menjadi diam segera mengambil tindakan.

"Rat, yang tadi enggak usah dianggap serius ya," Ratu masih menundukkan kepalanya, "gue tadi cuman agak kaget denger pengakuan lo."

"Rat, gimana pun juga. Gue enggak bakal bisa marah sama lo. Lo udah banyak ajarin gue tentang persahabatan. Sebenarnya gue hampir enggak tau lagi yang disebut 'Sahabat' karena bagi gue dulu cukup dengan sendiri aja gue bisa ngelakuin apapun."

"Tapi, lo datang. Kayak sinar yang cukup terang yang nyinarin hidup gue. Membawa perubahan dalam kehidupan gue," Ratu menjadi terharu dengan kata-kata indah yang diucapkan oleh Dinda.

"Eh, bentar kok kita jadi berasa main drama ya?" Dinda baru menyadari kalau daritadi dia seperti dalam drama-drama. Sang tokoh cowok bakal ngucapin kata-kata indah buat si cewek.

"Hehehe, gue enggak tau. Kan lo yang ngomong bukan gue," Ratu tersenyum.

Wajah Mujahid masih seperti tadi tak ada perubahan. Tapi dalam hati dia sangat senang melihat Ratu dan Dinda kembali akur.

"Udah-udah. Daripada kalian baper-baperan mending kita pergi gabung sama yang lain," Mujahid akhirnya kembali bersuara.

"Oke," Dinda dan Ratu mengacungkan jempol.

~:::~:::~

Semua orang sedang berada di ruangan musik. Mereka sangat berharap bahwa Ratu dan Dinda bisa baikan

"Wah itu mereka!" Aya menunjuk-nunjuk ke arah Ratu, Mujahid, dan Dinda yang ingin masuk ke dalam ruangan musik.

"Kalian udah baikan?" Dinda mengangguk sebagai jawabannya.

"Kayaknya Dinda kembali jadi cuek ya?" Alika memiringkan kepalanya melihat sikap Dinda yang dingin.

Sebuah seringai muncul di wajah Dinda. Dia mendekati Alika lalu duduk di sebelahnya.

Dinda dengan cepat memeluk Alika dengan sangat erat, "ya enggak lah. Masa iya gue jadi cuek lagi sih."

Alika melepaskan pelukan Dinda darinya, "apaan sih lo. Main meluk-meluk aja!"

"Galak bener lo," Dinda memutar matanya, "kalau Mujahid yang meluk pasti enggak marah-marah," ucap Dinda dengan suara yang kecil.

"Eh bentar. Kok mukanya Mujahid jadi datar gitu sih?" Dila menyadari bahwa wajah Mujahid begitu datar.

"Lagi marah dia sama gue," Ratu memasang senyum.

"Kok dia bisa marah sama lo?" tanya Erlangga.

"Kepo lo!" wajah Erlangga seketika menjadi cemberut ketika dia diledek.

"Yaelah kan gue cuma nanya," semua orang tertawa.

"Udah-udah jangan pada mojokin Erlangga terus," Aditya melerai semua orang.

"Iya-iya, serah lu lah Dit," Aqil memang tau kalau Aditya itu kelewat baik orangnya, "eh, iya. Btw, lo berdua sekarang saudara?" Aqil menatap Dinda dan Ratu secara bergantian.

"Mau dihindari juga enggak bisa kan. Jadi, iya. Gue sama Dinda emang saudara," Erlangga mengerutkan dahinya mendengar penjelasan Ratu.

"Bentar-bentar, lo sama Dinda saudara kan?" Ratu menganggukkan kepalanya bingung.

"Jadi, kalau gitu. Lo sama Mujahid sepupuan dong!" ucap Erlangga heboh.

"Enggak, gue enggak mau terima. Kalau gue harus sepupuan sama si Nenek Lampir!" Mujahid tidak mau mengakui Ratu adalah sepupunya.

"Elah lu. Repot banget," Dila memutar kedua matanya, "lagian juga kalau lo enggak ngakuin Ratu sepupu lo, otomatis lo juga enggak ngakuin Dinda sepupu lo."

"Pokoknya gue enggak mau!" Mujahid yang memang keras kepalanya minta ampun membuat semua orang menghembuskan nafas pasrah.

"Serah lu lah," hanya itu yang bisa diucapkan semua orang.

~:::~:::~

Jam sekolah telah berakhir yang berarti semua siswa pun pulang ke rumah.

Begitupun Dinda yang tengah berjalan bersama Mujahid. Ratu tak bersama mereka, karena katanya dia punya sedikit urusan.

Dan seperti biasa, Mujahid yang berceloteh ria dan Dinda yang mendengarkannya.

"Dinda!" ada orang yang memanggil Dinda. Dinda berbalik mencari suara yang memanggilnya.

"Dinda!" suara itu terdengar lagi. Dan suara itu berasal dari sebuah mobil berwarna hitam.

Mobil itu sedikit melajukan lajunya. Saat kaca mobil itu terbuka, terlihatlah sebuah orang yang memakai jas kantoran. Dan juga seorang siswi memakai seragam sekolah yang sama dengan Dinda

"Ayah?!"

~:::~:::~

Hai semua...
Vote and komen ya.

SEE YOU

Our Story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang