Dylan's

335 11 0
                                    

"Gue mungkin badboy, tapi gue bukan playboy"

--Dylan Gunawan--

Dylan anggota tim basket tapi jarang sekali latihan, sekolah pun jarang apalagi latihan basket. Penampilannya urakan dengan rambut yang acak-acakan namun karena wajahnya yang ganteng membuat banyak cewek yang naksir. Ia merupakan anak dari donatur terbesar di sekolahnya sehingga tidak ada guru yang berani dengannya. Pernah ada gurunya yang memarahinya namun langsung dipecat.

Setelah latihan basket (lagi kumat rajinnya) Dylan menuju loker miliknya untuk mengambil seragam sekolahnya, namun ia terkejut melihat sepucuk surat disana lalu ia mulai membacanya.

dear kak Randy

Pertama kali aku melihatmu
Ketika kakak menolongku saat aku terjatuh
Mungkin kakak lupa,tapi tidak untukku
Aku akan selalu mengingat memori itu
Karena sejak itu , ya saat itu aku mulai suka dengan kakak
Dua tahun aku memendam rasa ini
Dua tahun aku tersiksa
Dua tahun pula aku hanya bisa memperhatikanmu dari jauh
Hari ini aku beranikan diri untuk menyatakan cinta kepadamu
Aku sayang kamu kak
Ini tidak mudah
Karena aku seorang wanita
Kutulis sepucuk surat ini untukmu
Sebagai wakil hatiku

DINDA

"Norak banget sih, hari gini nembak orang masih pake surat? lagian ini bukan buat gue, ga penting banget mending gue buang ke tempat sampah."

Saat Dylan hendak membuang surat tersebut ke tempat sampah tiba-tiba dia mendengar dua orang cewek sedang membicarakan sesuatu tentang surat, Dylan mengurungkan niatnya dan terus mendengarkan pembicaraan dua cewek itu.

"Eh, gue malu tau Nin, udah ngasih surat cinta segala pasti kak Randy pikir gue ini lebay."

"Jangan gitu, seenggaknya loe udah lega kan?"

"Lega apaan? gue malah tambah deg deg an tau, gimana kalau ternyata dia ga suka? gimana kalau selama ini dia anggep gue cuma temen? gimana kalau..."

"Udah jangan dipikirin, gue yakin kok pasti diterima, yuk kita balik ke kelas."

Dylan mendengar percakapan Dinda dan Nindi. Ia sekarang tau siapa yang ngasih surat itu.

"Oh, jadi tu cewek lebay yang bikin surat ini. Mending gue kerjain aja dia."

Bel pulang sekolah berbunyi dan siswa-siswi dengan girang menyambutnya. Setelah berdoa mereka berhamburan keluar ada yang memang langsung pulang ada juga yang sekedar nongkrong-nongkrong di dekat sekolah. Dinda melihat Randy dan hendak berpapasan. Dengan hati yang berdegup tak karuan dan butiran keringat mulai bercucuran. Dalam hati ia bertanya apa yang akan terjadi, apakah Randy senang atau marah. Namun ketika mereka berpapasan tidak ada hal aneh yang terjadi. Randy berlalu begitu saja tanpa menyapa Dinda.

"Kok kak Randy diem aja ya Nin?" Tanya Dinda.

Tiba-tiba terdengar suara cowok.

"Ya jelas lah dia diem orang surat cinta loe ada ditangan gue kok, ini milik loe kan?"

Dinda menoleh ke belakang dan betapa kagetnya dia ada sosok Dylan disana membawa sepecuk surat yang tak asing baginya.

"Kok suratnya ada ditangan loe sih, emang loe itu siapa? Nin, siapa sih dia?"

"Demi apa Din, loe ga tau Dylan? dia itu anak pak Gunawan donatur terbesar buat sekolah kita, loe kemana aja sih sampai fa tau Dylan?"

"Gue ga peduli siapa dia, yang gue tanya kenapa suratnya ada di dia Nin."

"Ya gue gak tau,coba loe nanya sama dia."

"Eh, darimana loe dapat surat gue? siniin coba" Kata Dinda sambil meraih surat dari tangan Dylan namun gagal.

"Eits, enak aja, ini surat sekarang
milik gue, orang loe sendiri yang naruh ke loker gue, jadi ya ni surat punya gue. By the way loe romantis juga ya orangnya pake bikin surat segala, ceileh!"

"Bukan urusan loe, cepet siniin surat nya, kalau enggak gue bakal...."

"Bakal apa? bakal teriak-teriak minta tolong ngga nggak jelas?"

"Loe nantangin gue? loe pikir gue takut sama loe? tolong....tolong....ada orang mau memperkosa gue!"

"Cewek sinting, loe gila ya..."

"Tolong...tolong...."

"Diem ngga loe, kalau loe nggak mau diem ini surat bakal gue fotocopy dan gue sebarin ke anak-anak, mau loe?"

"Eh jangan dong, iya iya gue berhenti, sekarang mana dong surat nya?"

"Nih surat bakal gue pegang dulu, kalau loe mau ni surat loe harus nurutin syarat-syarat dari
gue."

"Yaelah, syarat apaan lagi sih?"

"Temuin gue besok di lapangan basket, gue kasih tau loe syarat yang pertama, ngerti kan?"

"Terserah loe deh,tapi awas loe harus janji sama gue, loe ga bakal sebarin surat gue ke anak-anak."

"Tergantung loe besok dateng apa enggak. Kalau loe dateng ya gue pertimbangin, kalau loe nggak dateng dengan terpaksa ya...."

"Iya iya, gue dateng!"

Akhirnya mereka sepakat untuk bertemu besok di lapangan basket untuk membicaran tentang persyaratan itu.

Terima kasih sudah membaca

Because of You [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang