SISI LAIN DYLAN

208 8 0
                                    

Dinda memasuki kamar Dylan.Matanya berkeliling melihat benda-benda di kamar itu.

"Wah, rapi banget, beda sama kamar gue yang udah kaya kapal pecah" Gumamnya.

Mata Dinda terhenti pada sebuah potret lama di meja dekat tempat tidur. Sebuah foto anak kecil sedang tersenyum lebar. Dinda mengambilnya.

"Ini siapa? lucu banget ih giginya banyak yang ompong, eh bentar ini Dylan waktu kecil? hahaha"

Terdengar suara langkah kaki seseorang mendekati pintu kamar.

"Eh, ngapain loe ketawa ketiwi? jangan sentuh-sentuh barang gue yang di dalem ya, kalau loe mau sentuh barang gue yang disini."

"Maksud loe? gue nggak megang-megang barang loe kok, gue cuma mau istirahat doang" Kata Dinda berbohong.

Dinda lalu mengembalikan foto Dylan ke tempat semula.

Nih anak masih sodaraan sama Ki Joko Bodo kali ya? Bisa tahu gitu gue lagi megang fotonya.

"Awas loe ya, Gue tau semua tempat barang-barang gue dimana, jadi kalau gue liat nggak sesuai tempat nya, tamat riwayat loe!"

"Iya, iya....berisik banget sih loe, mulut loe itu ngalahin mulutnya mpok ijah."

"Siapa mpok ijah?"

"Tukang kredit langganan nyokap gue!"

"Rese loe ya!"

"Udah ya,loe sana jauh-jauh,gue mau tidur, males berantem sama cowo tengil kaya loe."

"Loe ngusir gue? ini kan rumah gue?"

Bener juga ya? Hihi

"Tapi kan loe yang ngajakin gue kesini dan nyuruh gue tidur di kamar loe, udah ah gue mau tidur."

"Gue tungguin sampai jam 3 ya, awas kalau nanti masih tidur."

"Iya iya...."

Terdengar suara langkah kaki menjauh dari kamar itu.

Dinda merebahkan tubuhnya di kasur seraya memejamkan matanya. Perlahan ia tertidur lelap.

Antara sadar dan tidak sadar seperti mimpi atau bukan Dinda merasa ada seseorang yang membuka kamar dan menyelimutinya. Dinda mendengar orang tersebut berbisik mengucapkan selamat tidur.

Dua jam kemudian.

"Din,loe udah bangun? udah sore nih, loe pulang nggak?"

Tidak ada sahutan dari dalam. Dinda masih tertidur pulas.

"Din, bangun dong."

Masih hening. Akhirnya Dylan masuk ke kamar dan menghampiri Dinda.

"Din...." Katanya sambil menggoyangkan tubuh Dinda.

"Apasih? gue masih ngantuk!"

Bukannya bangun dia malah mengambil guling dan kembali tidur

"Busyet, nih anak kebo banget, awas aja ya gue kerjaiin loe."

Dylan merubah posisi tubuhnya mendekat ke telinga Dinda. Dylan menghela nafas panjang lalu dengan sekuat tenaga dia berteriak.

"ADA HANTU !!!!"

"Arrrgh...."

Dinda tersentak kaget dan refleks menarik lengan Dylan sehingga badan Dylan tertarik dan jatuh ke atas kasur dan tidak sengaja wajah mereka berhadapan. Mata mereka saling beradu pandang.

"Emmm, eh sorry tadi gue bangunin nggak bangun-bangun jadinya ya gue teriakin aja" Kata Dylan mendadak salting.

"Oh, iya gue juga minta maaf udah susah dibangunin."

"Iya nggak papa Din."

Terdengar suara seseorang mengetuk pintu.

"Den, dicariin bapak"

"Iya bi, bilangin ke papa ntar Dylan kebawah."

"Baik, Den."

"Mampus gue, eh jangan sampai papa tau gue bawa cewek ke kamar, Din loe sembunyi dulu ya jangan sampai papa tau loe ada disini."

"Kok gue merasa kaya dirazia sih? kan kita nggak ngapa-ngapain?"

"Papa kan nggak tahu,bisa-bisa ntar gue dikawinin lagi sama loe, loe mau?"

"Ogah, mending gue kawin sama kambing daripada sama loe."

"Kampret loe bandingin gue sama kambing, udah loe diem disini gue mau temuin papa dulu."

Dylan turun ke bawah.

"Kok tumben pa, udah pulang biasanya larut malam baru dateng?"

"Papa pulang gara-gara kamu"

"Kok gara-gara Dylan?"

"Iya, karena barusan papa dapet telpon dari wali kelas kamu kalau kamu sering bolos sekolah dan sering tidak sopan terhadap guru."

"Itu mereka aja yang berlebihan pa."

"Jangan banyak alasan."

"Papa nggak percaya sama anak sendiri?"

"Iya,papa nggak percaya sama kamu! kamu anak bandel Dylan, kalau kamu seperti ini terus papa akan pindahin kamu ke pesantren."

"Tapi pa...."

Belum selesai Dylan berbicara. Tiba-tiba ponsel ayahnya berdering.

"Halo iya.....baik...saya segera kesana".

Ayah Dylan berlalu begitu saja meninggalkan Dylan.

"Pa....Dylan sebenernya nggak mau jadi bandel, Dylan ingin papa, Dylan kangen sama papa"  Ucapnya lirih.

Tanpa terasa Dylan meneteskan air matanya.

Dinda tanpa sepengetahuan Dylan ternyata mendengar percakapan Dylan dengan ayahnya. Terselip rasa iba dan kasihan pada Dylan. Dibalik sikapnya yang keras ada sesuatu yang membuatnya sangat rapuh.

Terimakasih sudah membaca.
Jangan lupa kasih vote dan commentnya ya.

Because of You [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang