Melompat Lebih Tinggi

156 7 0
                                    

Happy reading!!!

Dua bulan adalah waktu yang cukup bagi Dinda melupakan kesedihannya. Ia perlahan bisa mengembalikan keceriaannya seperti dulu. Ia berfikir tidak ada gunanya berlarut sedih hanya karena seseorang yang melukai hatinya. Bahkan dia bisa bersikap normal saja saat tidak sengaja berpapasan dengan Randy.

Tentunya semua ini berkat semua orang terdekat Dinda. Dinda sadar bahwa masih banyak orang yang menyayanginya. Nindi, sahabatnya yang selalu menghibur dirinya disaat sedih dengan sikap konyolnya selalu minta imbalan kirim salam buat Alan. Juga ibunya, yang dengan kasih sayangnya membuatnya merasa menjadi anak paling beruntung sedunia. Alan, sang Kakak yang meskipun jauh dari rumah juga sering menelfonnya dan memberi petuah dari kutipan tokoh terkenal, Cak Lontong. Dan itu sering membuatnya tertawa. Dan terakhir tentunya Dylan, sosok good friendnya ini membuat harinya lebih berwarna. Dylan juga sering mengajak Dinda untung bergabung denga Bowo, Dodit, Edo dan Clara yang tingkat kekonyolannya sangat haqiqi.

Saat bergabung dengan Dylan dan kawan-kawannya, Dinda juga lebih mengenal Clara dari sisi lain. Semula ia mengira Clara tipe cewek yang sombong dan hanya mementingkan penampilan. Ternyata Clara cewek yang humble dan peduli dengan temannya. Pantas Dylan suka padanya, begitu pikir Dinda.

***

Hari ini suasana sekolah sangat ramai. Maklum saja, di SMA Permata setiap tahunnya selalu diadakan semacam acara unjuk bakat dari masing-masing ekstrakurikuler yang diikuti para siswa. Jadi para siswa bisa menunjukkan bakat-bakat terpendamnya kepada siswa-siswa lain. Acara ini diliput dan ditayangkan di channel youtube resmi SMA Permata. Keren bukan?

"Dinda!!" Nindi berlari mendekati Dinda.

Dinda menoleh, menatap heran pada Nindi. Hari ini tidak ada istilah terlambat tapi Nindi berlari sekencang itu.

"Din, ikut gue!" Nindi menarik lengan Dinda.

"Eh, kemana? Gue mau lihat eskul PBB nih. Keren tahu mereka barisnya bisa rapi gitu. Semut aja kalah." Dinda mencoba mengelak.

"Udah deh, Loe diem aja adek ipar. Ikut gue aja. Ntar loe juga seneng kok." Dinda diam saja dan menurut pada kata Nindi.

Nindi membawa Dinda ke eskul musik. Sangat ramai disana. Mungkin eskul ini yang paling ramai diantara eskul yang lain. Mulai dari anak kelas X, XI dan XII semuanya ada.

"Permisi, gue mau lewat. Kasih jalan, kasih jalan." Nindi mencari celah diantara ratusan siswa yang berkumpul. Dengan susah payah akhirnya Nindi dan Dinda berhasil mendapat tempat di depan.

Dinda tak berkedip menyaksikan Dylan dan kawan-kawannya sedang bersiap-siap untuk mempersembahkan sebuah lagu. Teriakan histeris dari penonton bersahutan.

Dylan memakai jacket berwarna navy dan dalaman kaos berwarna putih. Dengan badan yang atletis dan sorot mata yang tajam. Sungguh, pemandangan menyegarkan bagi yang melihatnya. Tak terkecuali bagi Dinda. Sedari tadi dia bahkan tak berkedip melihat penampilan Dylan.

"Bener kan kata gue, loe bakal seneng gue ajakin ke sini," Goda Nindi seraya menyenggol lengan Dinda. Godaan Nindi berhasil membuat pipinya memerah.

"Apaan sih, enggak deh Nin. Gue biasa aja sih. Mereka kan teman kita juga. Jadi wajar dong kalo kita dukung mereka." Elak Dinda menyembunyikan gugupnya.

"Iya deh, percaya gue."

"Tes tes," suara Dylan menghentikan keriuhan di tempat itu.

"Teman-teman, kita dari perwakilan eskul drama akan menampilkan sebuah lagu. Nama gue Dylan sebagai vokalis, disana ada Dodit sebagai gitaris sebelahnya ada Bowo sebagai bassis dan yang sebelah sana ada Edo sebagai drammer. Kita lompat bareng ya!"

Because of You [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang