Happy reading!!
Dinda berlari mengejar Kakaknya setelah insiden Alan memukuli Dylan dan mengusirnya.
"Kak...Kak Alan kenapa sih? Kenapa Kakak mukulin Dylan? Kenapa Kakak suruh dia pulang? Salah dia apa Kak? Dia cuma mau kenal kok sama Kak Alan. Apa salah?"
"Salah!!!" Bentak Alan keras membuat Dinda seketika membisu. Tidak biasanya Alan membentaknya seperti itu. Memang biasanya mereka bertengkar tapi hanya sekedar rebutan remote TV atau makanan saja. Tidak kali ini, Alan sebegitu murkanya. Sebenarnya ada apa antara Dylan dan Alan? Begitu tanya Dinda.
"Tapi kenapa Kak? Dylan anaknya baik kok," Dinda berusaha membujuk Alan.
Alan menghela napas berat dang mengeluarkannya. Dia menoleh ke arah adiknya. Dipandanginya adik perempuan satu-satunya itu. Lalu kedua tangannya ditempelkan ke pipi Dinda.
"Maafin Kakak udah bentak kamu. Tapi kamu harus tau dek, dia nggak sebaik yang kamu kira. Dia bahaya buat kamu. Kakak nggak mau kamu kenapa-kenapa. Kakak sayang sama kamu," ucap Alan agak memelan.
"Maksud Kakak apa? Emangnya Kak Alan udah kenal dia sebelumnya?" tanya Dinda penasaran.
"Iya, dia itu jahat. Kamu harus putusin dia dek. Kakak nggak mau sesuatu terjadi sama kamu. Jangan sampai nasib kamu sama seperti...."
Alan berhenti mengucapkan kalimatnya.
"Seperti siapa Kak?"
"Udah, kamu nggak perlu tahu." Jawab Alan datar. Alan berlalu dan masuk ke kamarnya.
Dinda masih bingung dengan keadaan ini. Batin Dinda serasa diaduk-aduk. Ia harus menemukan jawaban dari teka-teki ini.
Sebenarnya ada apa sih? Eh, mending gue tanya Dylan aja deh.
Dinda segera masuk ke kamarnya dan membuka tas ranselnya. Diambilnya ponsel dan segera menghubungi pacarnya.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Silahkan menghubungi beberapa saat lagi.
Dinda mulai resah. Dylan tidak bisa dihubungi. Dicobanya beberapa kali namun hasilnya sama.
Ah coba gue tanya Bowo mungkin dia tahu, kan dia pulang bareng tadi.
"Halo..."
"Halo Wo, Dylan sama loe nggak? Gue khawatir banget sama dia. Gue nggak nyangka Kak Alan bisa mukulin dia tadi. Gue...." Dinda mulai terisak.
"Sorry Din, tapi Dylan nggak sama gue sekarang. Dia tadi pamit langsung pulang setelah nganterin gue. Gue ngerti kok perasaan loe. Tapi loe tenang aja. Ntar kalau gue tau Dylan ada dimana gue pasti hubungin loe. Emang loe nggak coba hubungin Dylan?"
"Gue udah hubungin dia tapi nomornya nggak aktif. Gue khawatir sama dia Wo." Dinda tidak bisa menahan tangisnya.
"Loe yang tenang ya. Yakin Dylan pasti baik-baik aja. Anaknya strong kok dia," Bowo berusaha menenangkan Dinda.
"Yaudah, makasih ya Wo."
"Iya Din, Sama-sama."
****
"Dy, loe ngapain sih pake nyuruh gue bo'ong segala? Loe nggak denger tadi cewe loe khawatir banget sama loe. Nggak ngerti gue sama loe," Bowo bertanya setengah heran.
Dylan hanya diam tertunduk. Sesekali meremas rambutnya frustasi.
"Ada apa sih bro? Cerita dong sama gue. Loe kenal sama Kakaknya Dinda? Kok tadi dia mukulin loe dan ngusir loe dari rumahnya?" tanya Bowo beruntun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of You [On Going]
Fiksi Remaja[Belum revisi] Pernahkah kamu suka sama seseorang tapi jatuh cinta dan berakhir sama orang lain? Berawal dari ketidaksengajaan membawa Adinda Putri, siswa kelas X pada cinta sejatinya. Ikuti kisahnya.