Satu jam berlalu, namun Dylan masih menunggui gadis yang sedang berbaring di hadapannya, Dinda. Gadis itu mulai menggerakkan kedua bola matanya, ia sadar.
"Gue di mana?" tanya Dinda dengan suara parau.
Dylan terkejut dan sebuah senyuman mengembang di bibirnya. "Loe udah sadar? Syukurlah. Loe ada di UKS, Tadi loe pingsan saat di hukum hormat bendera." kata Dylan sambil menggenggam erat tangan Dinda.
Dinda mengernyitkan dahinya. Ia mencoba mengingat kejadian beberapa waktu lalu.
"Terus kenapa loe ada di sini? Nindi mana?" tanya Dinda.
"Nindi balik ke kelas, gue yang suruh dia buat izinin loe sama bu Riska." jawab Dylan.
"Emmm....gue mau balik ke kelas." kata Dinda sambil melepaskan dengan pelan genggaman tangan Dylan.
"Loe istirahat dulu deh, badan loe masih lemes. Gue bawain minum buat loe, Minum ya biar cepat pulih." ucap Dylan dengan penuh perhatian tapi tidak lebay.
Dinda hanya mengangguk kecil. Dylan membantu Dinda bangun dari tempat tidur UKS dan memberinya air yang sedari tadi diinginkan oleh Dinda.
"Makasih." ucap Dinda pelan.
Dylan tersenyum mendengar ucapan terimakasih dari Dinda. Meskipun ia tahu bahwa Dinda masih marah padanya. Setidaknya ia tidak melihat bahwa Dinda membencinya, saat ini.
"Gimana, udah mendingan nggak?"
"Lumayan." kata Dinda pelan.
"Loe mau denger cerita gue nggak? Lucu banget tau."
Dinda hanya memandangi Dylan dengan tatapan heran.
"Yaudah dengerin yah, jadi ada seorang ibu menasehati anak laki-lakinya supaya tidak menarik-narik ekor si kucing. Si anak menjawab kalau dia hanya memegang ekornya tapi si kucing lah yang menarik ekornya sendiri. Hahaha...lucu kan?"
Krik...krik...
Dinda terdiam mendengarkan cerita dari Dylan. Menurutnya cerita itu sama sekali tidak lucu dang garing."Yah, nggak lucu ya? Kok loe nggak ketawa sih?" Tanya Dylan.
"Emang ceritanya nggak lucu bego, garing banget. Ganti cerita lain napa sih?" ucap Dinda.
"Oke, kali ini gue jamin loe bakal ketawa puas, bahkan ampe guling-guling kalau perlu."
"Yakin loe? Kalau gue nggak ketawa gue dapat apa dari loe?" tanya Dinda antusias.
"Dapat hati gue." kata Dylan pelan tapi dengan tatapannya yang lekat ke arah mata Dinda yang membuatnya seketika seperti kaset yang dipause.
"Bercanda gue, yaudah dengerin baik-baik ya."
Seekor kepiting jantan dan lobster betina berpacaran, tetapi mereka bersembunyi dari orang tua mereka karena alasan yang jelas. Akhirnya lobster sudah lelah sembunyi dari semua kerahasiaan ini dan ia mengatakan kepada ayahnya, yang akhirnya marah dan melarang dia untuk melihat kepiting itu lagi.
"Tapi kenapa aku tidak bisa melihat kepiting lagi? Kami sedang jatuh cinta!" Teriak lobster.
"Sebab," kata ayah, mencoba mencari jawaban yang masuk akal. "kepiting berjalan miring dan kita berjalan lurus ke depan!"
"Ayah," ia memohon. "Tolong ayah bertemu dia sekali dan saya yakin ayah akan berubah pikiran."Sang ayah akhirnya setuju untuk bertemu kepiting dan dia lobster itu pergi ke kepiting untuk menceritakan kabar baik. Kepiting begitu gembira lalu dia berlatih berjalan lurus. Dia berlatih dan praktek sampai akhirnya dia bisa berjalan lurus. Dia berjalan dengan lurus ke rumah lobster.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of You [On Going]
Teen Fiction[Belum revisi] Pernahkah kamu suka sama seseorang tapi jatuh cinta dan berakhir sama orang lain? Berawal dari ketidaksengajaan membawa Adinda Putri, siswa kelas X pada cinta sejatinya. Ikuti kisahnya.