Sayang

181 6 2
                                    


Happy reading!!!

Jam pelajaran pertama berlangsung. Materi tentang trigonometri dan jejeran angka yang tertera di papan tulis membuat mata yang berada di dalam kelas itu terasa panas dan gatal.

Bu Nanik, sang guru killer berbadan tambun sedang berdiri di depan kelas dan membalikkan tubuhnya memindai setiap siswa. Matanya tertuju pada seorang siswa yang duduk paling belakang. Ia mulai mendekat ke arahnya.

"Wo, bangun, ada Bu Nanik tuh!" Edo menyenggol lengan Bowo, namun lawan bicaranya tak memberi respon.

"Bowo!! Apa yang kamu lakukan di kelas?!" Teriakan Bu Nanik memekik dan membuat pandangan sesisi kelas tertuju pada Bowo.

"Nindi, jangan tinggalin gue!" Reflek Bowo sesaat terbangun dari alam mimpinya. Ia tidak sadar di sampingnya ada sepasang mata tajam sedang mangamatinya.

"Ngapain loe semua ngeliatin gue? Gue tahu gue ganteng, tapi nggak usah segitunya kali," Sombong Bowo, masih saja ia tidak menyadari adanya Bu Nanik.

"Bowo!!! Kenapa kamu tidur di kelas?" Bu Nanik menggebrak meja Bowo membuatnya terperanjat dan diikuti tertawaan seisi kelas.

"Bu-Bu Nanik? Se-sejak ka-kapan Ibu ada di sini?" Tanya Bowo terbata dan mimik wajah yang ketakutan.

"Sejak kamu bilang 'jangan tinggalin aku Nindi'," ucap Bu Nanik menirukan ucapan Bowo.

Bowo menelan salivanya. Mati gue, ucap Bowo dalam hati.

"Sekarang kamu keluar lari lapangan sepuluh kali!" Perintah Bu Nanik.

"Sepuluh Bu? Lima aja deh Bu," Bowo berusaha menawar.

Bu Nanik hanya melotot kepadanya.

"Tujuh deh Bu, nanti kulitku jadi hitam nih Bu." Rengek Bowo.

"Pake nawar lagi kamu! Nggak sopan, Ibu tambah jadi lima belas kali mau?" Bu Nanik mengancam Bowo.

"Eh nggak Bu, sepuluh aja deh." Akhirnya Bowo menyerah.

"Gitu dong kalau diberi hukuman yang ikhlas. Cepetan kamu kerjain!"

"Sekarang Bu?" Tanya Bowo

"Ya iya lah sekarang. Masih nanya, memangnya mau nungguin kamu nggak jomblo lagi?" Tanya Bu Nanik yang sukses membuat Bowo merengut.

Bowo berdiri dan berjalan perlahan menuju pintu.

"Ibu mulutnya kaya boncabe level lima belas tahu nggak? Pedes gila," ucap Bowo pelan dan hampir tidak didengar oleh yang lainnya.

"Ngomong apa kamu?" Tanya Bu Nanik membuat Bowo panik.

Bowo membalik tubunya dan tersenyum ke arah Bu Nanik.

"Eh, enggak Bu. Bu Nanik hari ini kelihatan cantik, kelihatan kurus juga." Ucap Bowo seraya kembali berbalik tubuh dan berlari sekencangnya.

"Bowo!!!"

****

Bel istirahat berbunyi. Dylan sudah berada di depan pintu kelas X-IPA 2. Tujuannya yakni mengajak pacarnya, Dinda ke kantin. Tapi niatnya tersebut terganggu oleh sang ratu drama, Risa.

"Eh, ganteng. Kangen banget deh Risa. Kesini mau jemput aku ya?" Tanya Risa dengan percaya diri.

"Dinda mana?"

Raut wajah Risa yang tadinya ceria seketika berubah.

"Kok dia sih? Loe tuh buta apa ya? Cewek kayak dia tuh nggak pantes buat loe. Loe layak dapat yang lebih dari dia Dy," Risa berkacak pinggang kesal.

"Terus menurut loe, loe lebih layak jadi pacar gue?" Tanya Dylan menusuk hati Risa. "Nggak, Dinda jauh lebih dan lebih baik dibanding loe, gue sayang sama dia." Tambahnya lagi.

Sejurus kemudian Dinda muncul diikuti Nindi dan Clara.

"Ada apa nih?"tanya Nindi menoleh ke arah Dylan dan Risa.

"Nggak penting, yuk ke kantin." Dylan menarik lengan Dinda.

"Eh."

****

"Dy, tadi Risa ngomong apa sih?" Tanya Dinda sambil menuang saos ke kuah baksonya.

"Udah ya, kamu makan aja. Nggak usah nanyain dia lagi. Aku males, nggak penting kok." Dylan menutupi perbincangannya dengan Risa, tidak mau membuat Dinda sedih, sesuai janjinya.

"Oh gitu, yaudah deh. Aku emang laper, mau makan." Dinda menyuapkan kuah bakso ke mulutnya sendiri.

"Makannya jangan kayak anak kecil gini dong," Dylan terkekeh kecil melihat mulut Dinda sedikit terkena kuah bakso. Buru-buru ia mengambil tisu dan menyapukannya di sudut bibir Dinda.

"Cieeeee....." ucap Clara, Nindi, Edo, dan Dodit bersamaan. Dindapun menjadi tersipu.

"Ah, jadi gini ya rasanya jomlo, ada iri-irinya gitu liat yang beginian," celetuk Edo diikuti tertawaan teman-temannya.

Tiba-tiba Bowo dari kejauhan berlari mendekat ke arah meja mereka dengan nafas tersenggal-senggal. Bowo mengambil gelas yang ada di depannya dan segera meminumnya.

"Minum gue Wo!" ucap Edo tak terima minumannya diambil paksa sahabat sekampretnya itu.

"Sorry, gue haus banget tahu. Emang tuh Bu tahu bulat kejem banget ngasih hukumannya, kan kegantengan gue berkurang 0,01% nih." Bowo mulai menyombongkan diri.

"Lah loe sendiri ngapa tidur di kelas?" tanya Edo.

"Lah loe juga napa nggak bangunin gue, kampret? Emosi Bowo.

"Lah gue udah bangunin loe, embahnya kampret," Edo membela dirinya.

"Hehe, oh gitu ya? Maaf deh, soalnya tadi gue mimpiin bidadari," Bowo tersipu dan menoleh ke arah Nindi. Nindi pun jadi salah tingkah dan buru-buru menghabiskan baksonya.

Dinda dan Dylan pun tertawa melihat tingkah para sahabatnya itu.

"Din, nanti pulang sekolah aku anter ya," ajak Dylan. Dinda mengangguk.

"Iya, sekalian nanti mau aku kenalin ke Kak Alan. Dia bilang hari ini mau pulang dari Jogja." Dinda menjelaskan.

"Oh ya? Boleh deh, biar bisa akrab sama Kakak ipar," Canda Dylan yang sukses membuat pipi Dinda merona.

"Kak Alan pulang Din? Beneran? Loe nggak bohong?" Tanya Nindi tiba-tiba.

Dinda mengangguk.

"Gue ntar ke rumah loe ya, gue mau ketemu Kak Alan." pinta Nindi antusias.

"Emmm, oke." Jawab Dinda dan meminum es limun di depannya.

"Makasih ad-"

"Gue ikut juga ya Din ke rumah loe," ucap Bowo tiba-tiba memotong ucapan Nindi.

Nindi, Dinda dan Dylanpun saling berpandangan.

****

Dylan, Dinda, Nindi dan Bowo sudah berada di halaman rumah Dinda. Halamanya luas dan ditumbuhi banyak bunga membuat siapa saja betah di sana. Apalagi Dylan.

"Assalamualaikum," ucap Dinda ketika sudah berada di depan pintu.

"Wa'alaikum salam," jawab seorang pria dari dalam dan segera membuka pintunya.

"Kak Alan," Dinda langsung memeluk Kakak lelaki satu-satunya itu. "Dinda kangen," tambahnya.

"Kakak juga."

Dinda melepas pelukannya.

"Kak, ini teman-teman Dinda."

Pandangan Alan ke arah Nindi lalu Bowo dan terakhir....Dylan.

"Loe...."



Hayoooo pada penasaran nggak ada apa sama Alan dan Dylan? Btw namanya hampir mirip ya....

Kemarin sebenarnya mau update cuma kuota lagi nggak ada. He he

Terima kasih ya, sudah membaca.
Jangan lupa vote, comment dan tambahkan ke reading list kamu. Juga boleh kalau mau di promot ke teman-temannya. He he.












Because of You [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang