Siapa Pelakunya?

154 4 0
                                    


Prok...prok....prok...

Tepuk tangan riuh sesaat setelah Dylan menyanyikan sebuah lagu yang sangat romantis.

"Keren Kak!!"

"Yey, keren banget!"

Pujian tak henti-hentinya dielukan kepada Dylan dan kawan-kawan.

"Terimakasih, semoga kalian terhibur," ucap Dylan seraya membungkukkan badannya.

Dylan turun dari panggung dan mencari sosok Dinda yang tiba-tiba menghilang.

"Loe lihat Dinda nggak?" tanya Dylan pada Bowo.

"Dinda? Tadi kayaknya gue lihat dia deh, tapi di mana sekarang ya?" tanya Bowo pada dirinya sendiri.

"Kalau gue udah tahu gue nggak bakal tanya loe kali Wo." tukas Dylan seraya melotot ke arah Bowo.

"Hehehe, sorry deh Dy. Eh bentar deh, ngapain loe tiba-tiba nanyain Dinda?" tanya Bowo sambil menatap Dylan curiga.

"Ah, nggak ada apa-apa. Gue ada perlu bentar aja." jawab Dylan seperlunya.

"Loe mulai suka kan sama Dinda?" tanya Bowo mengintrogasi Dylan. "Ngaku aja deh, sama gue ini." tambahnya lagi.

"Apaan sih loe, ya nggak mungkin lah gue suka sama Dinda, bukan tipe gue." jawab Dylan berbohong.

"Loe nggak usah bohong deh bro, buktinya tadi pas tampil di pensi, loe rubah lirik lagunya." sindir Bowo membuat Dylan seketika terkejut.

"Li-lirik yang mana?"

"Yaelah, masih kura-kura dalam perahu lagi, pura-pura nggak tahu, tadi loe kan rubah lirik lagunya, jelas-jelas lirik aslinya Kirana napa loe rubah jadi Adinda bos?" tanya Bowo sambil terkekeh.

"Nggak sengaja aja gue." jawab Dylan ketus.

"Ah masak? Dari sekian banyak nama kaum jelita, ada Kartika, Cyintia, Puspita atau nama Mak gue mungkin, napa loe milih nama Adinda? Nggak sengaja?" tanya Bowo membuat Dylan mulai mengeluarkan keringat dingin.

"Nggak usah panik gitu bro, gue dukung loe kok kalau suka dia, menurut gue dia cewek baik kok, nggak kebanyakan tingkah kaya anak kids zaman now, cantik lagi kaya ada manis-manisnya gitu." kata Bowo sambil menepuk bahu Dylan.

"Kaya iklan air omongan loe deh."

"Hahaha, maafkan daku, lagian loe sih tadi tegang banget, tapi saran gue kalau loe emang suka sama dia buruan tembak deh, soalnya beberapa kali si ketua OSIS mulai deketin dia, jangan sampai deh loe nyesel nantinya bro." jelas Bowo dengan serius.

"Serius loe?" tanya Dylan sambil melebarkan mata.

"Bener kan kata gue, loe suka sama Dinda, buktinya loe jadi reaktif gini, nggak loe banget." ujar Bowo terkekeh.

"Eh, apaan sih. Ya kalau Dinda nya suka gue nggak masalah, kan itu hak-hak dia, nggak ada urusannya sama gue." ujar Dylan cuek.

"Yaudah deh, terserah loe aja bang."

Tiba-tiba seorang perempuan setengah berlari ke arah Dylan dan Bowo. Sepertinya dia sedang panik.

"Loe lihat Dinda nggak Dy?" tanya Nindi dengan nafas yang belum teratur.

"Nggak, emangnya Dinda ke mana?" tanya Dylan mulai panik.

"Tadi dia bilang mau pipis, pas gue tawarin buat gue temenin dia nggak mau, katanya malu. Terus sampai sekarang dia belum balik, gue khawatir Dy, dia itu takut gelap, dia phobia gelap." kata Nindi panik dan bingung.

Dylan mengingat sekilas kejadian saat di ruang eskul musik saat ia dan Dinda terjebak di dalamnya. Dinda begitu ketakutan.

"Dinda pergi ke arah mana?"

Because of You [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang