Maafin aku, Din

204 6 0
                                    


Dinda keluar dari kelas diikuti Nindi dari belakang. Dinda berjalan menyusuri sepanjang koridor sekolah. Hatinya membuncak dan dipenuhi rasa kecewa, matanya tidak bisa membendung tetes air mata. Dinda terisak dan menangis. Nindi berusaha menenangkannya.

"Din, udah dong jangan nangis nggak usah dengerin omongannya Risa. Loe tahu kan dia itu cewek rese."

"Gue nangis bukan karena Risa, Nin. Gue nangis karena gue capek sama semua ini. Gue terbebani dengan aturan dan ancamannya Dylan, gue juga marah sama diri gue sendiri kenapa gue ceroboh banget, gue juga marah sama diri gue kenapa gue jatuh cinta sama orang yang jelas-jelas nggak bakal suka sama gue, Nin."

"Ssttt... tenang Din, bukan salah loe kok buat jatuh cinta. Itu wajar", Nindi memeluk Dinda dan menenangkannya.

"Gue capek, mending gue akhiri semua ini. Gue nggak mau diperbudak Dylan lagi."

"Terus rencana loe apa?"

"Gue nggak mau lagi kalau dia suruh-suruh gue lagi seenak jidatnya."

"Terus kalau dia nyebarin surat loe gimana?"

"Terserah dia Nin, mungkin udah nasib gue bakal dibully anak-anak. Gue bakal nyiapin mental gue deh."

"Yaudah terserah loe, pokoknya gue bakal ada disamping loe kalau ada orang yang ngebully loe nanti."

"Makasih ya Nin, loe sahabat gue paling baik deh."

"Peres loe, kalau gue baik ntar traktir gue bakso di kantin ya?"

"Lagi bokek nih, hahaha...."

"Canda gue, yuk kantin. Ntar keburu masuk lagi, loe sih pake acara nangis disini segala, hahaha.."

"Apaan sih? Jangan godain gue dong, malu nih."

"Cuci muka dulu gih sana, muka loe kaya korban penipuan first travel, ngenes."

"Haha, yaudah gue cuci muka dulu ya, tapi anterin dong."

"Dih, sejak kapan loe jadi manja gini Din? Yaudah yuk capcus."

                           --00--

Dinda dan Nindi berjalan menuju ke kantin sekolah. Bersamaan waktu itu, Dylan dan kawan se gank nya juga hendak ke kantin.

"Eh, Dinda mau kemana? Kantin ya? Bareng yuk!"

Dinda tidak menjawab dan berlalu begitu saja. Dylan bertanya-tanya ada apa sebenarnya dengan Dinda.

"Ada apa ya dengan Dinda? Kenapa dia jadi diem gitu?"

"Loe apain dia Dy?" Tanya Dodit, temannya.

"Gue nggak apa-apain justru gue mau ngomong sama dia kalau gue mau minta maaf, karena gue dia jadi susah, eh malah gue dicuekin gini bro, apa dia marah sama gue ya?"

"Loe sih, kelewatan kalau ngerjain cewek."

"Ya gue sebenernya cuma iseng aja sih, hehehe."

"Emmm, tapi bentar deh, kok lo mendadak jadi baik sama cewek sih Dy? Apa loe mulai naksir Dinda bro?"

"Apa sih, nggak lah. Gue cuma kasian aja kok."

"Jangan boong loe Dy, biasanya soal cewek loe nggak pernah peduli, bahkan fans-fans loe yang fanatik itu loe cuekin, napa loe mendadak mellow soal cewek gini bro, hahaha..."

"Ah, biasa aja. Mending kita ke kantin aja deh daripada ndengerin mulutnya Didit nyerocos mulu."

"Sialan loe bro, emang mulut gue mercon?"

"Mulut loe nggak kaya mercon Dit, tapi kaya rudalnya korea utara tuh, hahaha...." sahut teman-temannya.

Dylan masih tidak tahu apa yang tengah terjadi pada Dinda. Hatinya mulai gundah. Rasa bersalah dan menyesal menyelimuti hatinya karena sudah berbuat Dinda sedih.

"Maafin aku Dinda", Ucapnya dalam hati.

Terimakasih sudah membaca.
Kritik dan saran selalu aku tunggu.

Because of You [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang