First Love

289 20 0
                                    

Ini fanfiction pertamaku. Jadi kalau masih acak-acakan mohon dimengerti dan dimaafkan yaa.. 
Kritik dan saran yang membangun kutunggu. leave coment yah  :)
Happy reading.... 
😀😀

***
Hari ini aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat. Karena aku sungguh tidak sabar bertemu dengan putri kecilku yang saat ini berusia 5 tahun.
Hari ini aku berniat menjemputnya di sekolah. Karena akhir-akhir ini aku selalu disibukkan dengan urusan kantor yang menumpuk karena proyek baru di China, aku hampir tidak memiliki kesempatan bermain dengan putri kecilku.

Min Jia adalah anak perempuan yang manis dan cantik, dengan rambut hitam panjang yang terurai dia selalu ceria dan sangat mengemaskan, tapi disisi lain dia mewarisi sikap ayahnya yang dingin dan sulit didekati.

Aku bergegas menuju tempat Jia sekolah dengan kecepatan penuh, berharap tidak membuat Jia menunggu. Kedatanganku tidak disambut ceria oleh anak ini. memang dia sedang marah denganku yang sedang sibuk dengan pekerjaanku. Seperti yang telah kuceritakan dia adalah anak yang sulit didekati. Benar sekali sikapnya mirip dengan ayahnya Min Yoongi dingin dan  Bahkan dia menolak pelukanku.

"Ji... Jia tidak merindukan eoma?"

aku tahu anak ini marah karena sangat merindukan ibunya. Tapi dia tidak bergeming dari tempat berdirinya.

"Kalau, Jia masih marah sama eoma, eoma akan pergi dan menyuruh nenek yang menjemput Jia."

Tanpa berpikir lagi Jia langsung berlari memeluku, memang begitu cara merayu anak ini dia tidak menyukai hal yang manis sebagai rayuan karena aku dan ayahnya tidak pernah menggunakan rayuan manis kepada Jia. Bukan karena kami tidak menyayangi Jia tapi kami tidak ingin membuat dia terluka dengan janji yang orang dewasa buat.

"Eoma. Jangan pergi kemana-mana, hari ini main sama Jia sampai malam."

Permintaannya sembari berjalan menuju maserati putih yang tepakir dibawah pohon maple. Permintaannya selalu membuatku merasa bersalah sebagai seorang ibu yang tidak dapat menemaninya seharian penuh. Aku ingin menebus beberapa hari terakhir karena tidak berada didekatnya dengan setengah hari yang kupunya hari ini.

"Ok, Jia mau main apa?"

aku bertanya padanya sambil membukakan pintu untuk anak yang sangat manis setelah jual mahal denganku tadi. Aku terkejut dengan jawaban anak usia 5 tahun ini, bukannya minta mainan atau meminta ice cream kesukaannya, dia malah memintaku untuk diam dirumah menonoton acara televisi kesukaannya dan menemaninya tidur. Hal itu membuat hati ku teriris. Sebagai ibu aku tidak pernah ada saat sebelum dia menutup mata dan menghabiskan waktuku dengan anak yang semanis ini. ibu macam aku. Sampai-sampai anak sekecil ini berpikiran hal yang sangat sederhana yang biasa dilakukan ibu dan anak. Hal sederhana itu menjadi suatu hal berharga yang sangat sulit didapatkannya.

Aku mengabulkan permintaan anak ini, berdiam di rumah, membuatkan makan siang, menonton TV, dan membiarkannya bermanja-manja denganku. Diusianya yang masih sangat kecil ini dia sangat jarang mendapat perhatian dari ayah ibunya. Dia tertidur dipangkuanku ketika sedang menontonTV. Aku memandanginya dan membelai surai panjangnya dan merasa semakin bersalah, bagaimana dia bertahan sendirian. Bagaimana cara anak ini menghilangkan kesepiannya saat aku tidak ada. Apakah dia bahagia bermain dengan pengasuhnya atau apa dia bersenang-seneng dengan kakek dan neneknya.

Saat aku akan membawanya masuk ke kamar, seseorang menekan pin pintu rumah yang sudah pasti itu adalah ayah Jia. Begitu masuk tatapan hangatku kepadanya dibalas dengan tatapan dingin dan tajam.

"Tumben udah dirumah, pekerjaanmu mulai membosankan, jadi teringat dengan keluarga kecilmu?"

kalimat yang semakin menyayat hatiku. Seakan aku bukanlah ibu yang baik dan melupakan keluarga kecilku. Kemudian dia mengambil alih Jia dan menggendongnya menuju kamarnya.

Sementara aku hanya terdiam tidak beranjak, aku tidak tahu kenapa dia bisa berkata seperti itu, dulu dia tidak pernah mempermasalahkan perkara aku bekerja dia bahkan tidak peduli aku bekerja atau tidak. Tapi apa yang dikatakannya tadi seakan dia marah denganku karena tidak menjaga anaknya dengan baik. Saat dia keluar dari kamar Jia aku bertanya apa mau disiapkan makan dan jawabnya hanya mengeleng dan dia masuk kekamar.

Aku tidak langsung mengikutinya masuk kedalam kamar, aku akan menunggu 30 menit setelah dia masuk. Hal yang sangat aku tahu adalah dia selalu mandi di kamar utama sepulang dari kantor, dia akan berendam dengan air hangat beraroma lavender. Biasanya aku selalu pulang lebih awal dan menggunakan kamar mandi lebih dulu dan saat dia pulang aku akan berada di dalam ruang kerjaku dan saat aku kembali ke kamar dia telah terlelap, sangat jarang untuku bertatap muka denganya saat malam hari. Tapi hari ini aku benar-benar melupakan semua kebiasaan itu. Waktuku kuhabiskan bersama Jia sehingga aku tidak sempat membersihkan diriku sebelum dia pulang.

Setelah 30 menit berlalu aku masuk ke kamar dan tidak menemukan Yonggi dimanapun. aku tidak bepikir rumit, mungkin ada pekerjaan yang belum diselesaikannya jadi dia pasti berada di ruang kerjanya. Aku berganti piyama dan aku melanjutkan langkahku ke kamar mandi karena aku sangat tidak nyaman dengan tubuh lengket ini.

Betapa terkejutnya aku saat melihat Yonggi masih di kamar mandi didalam bak mandi menutup matanya dengan raut wajah yang sangat hangat, hal yang tidak pernah kutemui sebelumnya. Aku tidak ingin menganggunya dan aku membalikkan langkahku keluar dari kamar mandi. Tapi tiba-tiba seseorang mengambil tanganku dan menariknya sehingga membuatku berbalik arah. Yonggi yang sekarang berdiri didepanku hanya dengan sehelai handuk yang menutupi sebagian tubuhnya memandangku dengan tatapan dingin.

"Aku tidak tahu kalau kau masih didalam, aku akan per..."

belum sempat aku menyelesaikan kalimatku matanya berubah menjadi sayu dan dia memelukku sambil membisikan sebuah kata ditelinga kananku

"Jangan pergi, tetaplah seperti ini."

aku tidak bisa menolak pelukan ini karena aku juga sangat menginginkannya. Tapi disisi lain otak dan hati tidak berjalan beriringan.

Situasi apa ini, aku melayang pikiranku kacau, jantungku berdetak tidak normal, apa dia sedang dibawah pengaruh alcohol. Hal ini belum pernah terjadi sejak 5 tahun pernikahan kami. Selama 5 tahun kami hidup bersama hanya aku yang mencintainya tanpa pernah mendapat balasan darinya. Dia adalah cinta pertamaku, dan dia adalah orang pertama yang bisa membuatku menangis setiap malam.

Love is not overTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang