Wanna Cry

50 13 0
                                    

Aku terbangun dari tidurku, dan memutar irisku menatap kesegala arah, akhirnya tatapanku berhenti ketika menangkap presensi seseorang yang sedang berada dibalik kursi kendali . Dia Nam Joon. Aku bersyukur memiliki sahabat seperti dia, dia selalu ada untukku.

Aku memandangi wajahnya dalam-dalam,  yang ada dipikiranku hanyalah Andai dia Yoongi.  Andai orang yang selalu mengerti aku itu Yoongi.  Andai yang selalu ada untukku itu Yoongi. Andai andai dan andai.  Itu semua hanya mimpi yang harus kulepaskan mengingat siapa aku bagi seorang laki-laki bermarga Min itu.

Setelah puas aku berandai andai akhirnya kenyataan kembali menyapaku ketika Nam Joon terbangun dan bertanya padaku

"Apa yang terjadi?"

Aku tidak ingin menceritakan apa yang terjadi karena saat aku harus menceritakan hal itu berarti aku harus mengingat kejadia tadi dan menambah luka dihatiku.

Aku lebih memilih tersenyum dan berterimakasih pada Nam Joon yang selalu berdiri dibelakangku menopang ku dan menguatkanku.

Namjoon bingung dengan perkataanku. Dia menaikan satu alisnya.

"Kau baik-baik saja?"

"Iya"

Iya aku bohong. Gimana mau baik-baik aja saat melihat laki-laki yang kau cintai lebih bahagia dengan orang lain.

"Jangan bohong. Aku sudah mengenelamu sejak kecil. Kau pikir aku bodoh"
Nam Joon meninggikan suaranya.

Aku melihat keluar kaca mobil dan dia membawaku ke pantai... 
"Uwah..  Sudah lama sekali aku tidak bermain dipantai"

"Baiklah jika tidak ingin menceritakannya sekarang, aku akan menunggu sampai kau siap mengatakan semuanya"

Aku mengalihkan pembicaraa dan langsung keluar dari mobil tanpa menghiraukan Nam Joon.

disini sepi tidak terlalu ramai dan suasananya sangat damai.
Jadi aku berlari setelah menanggalkan alas kaki ku sembarang.

"Yaaak. Jangan berlari kau bisa jatuh"

Nam Joon berteriak dari kejauhan, aku tidak mempedulikannya.

Dan akhirnya....

BRUUUK

Akhirnya aku jatuh terjungkal karena tidak senaja menyandung kakiku sendiri.

Nam Joon berlari kearahku dengan tatapan khawatir.

"Yaak, kau baik-baik saja. Sudah dibilang jangan lari-larian kayak anak kecil... Dan lagi bagaiman bisa kau tersandung kakimu sendiri,  dasar ceroboh"

Aku justru menangis mendengar ocehan Nam Joon. itu membuat NamJoon semakin bingung.

"Apa ada yang sakit?"

Aku mengeleng dan mengangguk.

"Sakiiit"
aku mengatakan aku sakit dan  Nam Joon melihat kearah kaki ku.

"Bukan disitu, tapi disini."

Sakit tapi tidak berdarah Aku memegang dadaku. Sambil mulai melanjutkan tangisan ku tadi dan  Nam Joon memelukku.

"Andai aku bisa menjadi anak-anak. Yang ketika terjatuh hanya kakinya saja yang sakit"
Dengan suara yang terisak dan tangisan.

Nam Joon mengeratkan pelukannya dan tangisku semakin menjadi di pelukannya.

"Ssstt.. sudah yaa jangan buang air mata kamu buat laki-laki brengsek seperti dia"

Apa kau tau aku lebih sakit melihatmu menangis untuk hal yang tak layak kau tangisi -  Nam Joon

Dia mengelus punggungku dengan halus dan sesekali mengelus suraiku. Membuatku merasa nyaman dan aman dalam pelukannya.
Aku mulai berhenti menangis dan melepaskan pelukan Nam Joon.

Dia menatap mataku yang sembab karena terlalu banyak menangis.

"Apa kau menginginkan sesuatu ?"

Aku mengangguk.

"Apa?"

Jawab dia pelan sambil membenarkan posisi dudukku menghadap ke lautan luas didepan sana. Di tepi pantai yang sunyi.

"Ambilkan obatku di dalam tas"

Aku tersenyum dan dia mengangguk.
Kemudian berlari kemobilnya untuk mengambil sesuatu yang kuminta.

Aku memerlukan itu lagi. Aku lelah dengan semuanya. Aku ingin istirahat. Aku memang sudah meminumnya pagi tadi tapi aku memerlukannya lagi jadi akan kuminum lagi.

Berharap saat aku bangun nanti semua akan menjadi lebih baik.

Benar saja. Saat Nam Joon pergi mengambilkan obatku. Aku merasa sesak, pusing, mual, dan aku terlihat menyedihkan. Air mataku menetes lagi. Periode depresiku datang lagi aku harus segera meminum obat itu tapi kenapa Nam Joon lama sekali. Ini menyiksaku secara perlahan.

Kenangan-kenang buruk mulai bermunculan lagi satu persatu muncul dan merenggut nafasku secara perlahan.

Melihat aku yang kesakitan dari kejauhan Nam Joon berlari lagi. Dia bingung melihatku sekarat. Aku butuh obat.

"Oo-bat ku"
dengan terbata bata dan memandang kearah Nam Joon

"Yang mana Amitri-ptyline, Zolpi-"

Namjoon panik dan memegang dua botol obat itu sebelum dia selesai membaca obatku

“Zolpidem"

dia langsung menyerahkan obat itu
Aku langsung menggaknya tanpa minum.

Kenapa aku meminta Zolpidem selain tadi pagi aku sudah meminum Amitriptyline aku tidak bisa mengkonsumsinya 4 butir dalam sehari yang ada  jantungku akan berhenti berdetak, tapi sebenarnya sama saja zolpidem pun bisa membunuhku.  Aku memasukan 3 butir obat dalam mulutku. Aku hanya ingin tidur sebentar dan melupakan semuanya.

Aku mulai tenang dan menyandarkan kepalaku di bahu Nam Joon.

"Sudah lebih baik?"

Aku mengangguk

"Obat apa yang kau minum?"

Aku tidak menjawabnya.

"Apa kau sering meminumnya?"

Aku tidak menjawanya lagi karena
Aku sudah tertidur karena pengaruh obat.
Semoga hanya tertidur dan tidak terjadi hal buruk. 
Seperti blockade jantung misalnya. Hehe

Dalam pikiranku hanya itu.  Karena salah satu efek samping mengkonsumsi obat obatan ini adalah kematian.

Melihat aku tertidur Namjoon membawaku ke dalam Mobil karena udara malam mulai semakin dingin.

Drrt drrt

Line

21.03

Jennie unni : Sua 😊😊
Jennie unni :heiiiiiii
Jennie unni :Moon Sua😡😡😤 balas pesanku.
Jennie unni :Yak apa kabarmu? Kau membuatku khawatir.
Jennie unni :kau tidak mengonsumsi obat itu berlebihan kan? Kau baik-baik saja kan?

Love is not overTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang