Enough

57 12 1
                                    


Aku tak kuat lagi menahan semua ini, kesempatan kedua yang ku berikan pada Yoongi adalah sebuah kesalahan.

Aku terjatuh dari pertahananku selama ini, kali ini jatuh yang teramat menghancurkan semua harapan dan mungkin tak bisa diperbaiki.

Kaki ku mulai lemas, aku terduduk dilantai saat ini dengan air mata yang masih setia megalir. Saat ini aku benar-benar kacau, percuma selama ini aku bertahan dan berjuang kalau dia mudah sekali digoyahkan dengan masa lalunya.

Ibunya Yoongi mendekatiku dan memegang erat tanganku memberikan kekuatan yang ia punya.

Aku sekuat tenaga menarik bibirku hingga tercipta lemgkung manis dan mengatakan aku baik-baik saja.

Sementara Yoongi hanya melihat dari jauh tanpa beranjak dari tempatnya bediri, ini sudah keterlaluan.

Baru beberapa hari yang lalu dia memintaku untuk bertahan dengannya sedikit lagi tapi dia hanya memintaku bertahan tanpa ingin melupakan masa lalunya.

Kekecewaanku kali ini tidak dapat disembunyikan lagi. Aku berjalan menghampiri Yoongi yang masih berdiri ditempatnya. Dengan sisa tenaga yang kupunya aku berusaha mencapai keberadaannya. Setelah aku bediri dihadapanya.

Aku menatap iris kelamnya. Membuatku bergetar dan seluruh tubuhku tersa dingin atas tatapannya.

"Apa kau lihat aku terjatuh tadi?
Aku meneteskan air mataku lagi karenamu,

kau telah gagal menepati semua janji mu.
Ini kali terakhir aku bersedia terjatuh untukmu."

Aku mengucapkan kalimat dengan nada datar tanpa penekanan sambil menghapus air mata dipipiku.

Dan Yoongi hanya diam menatapku.

"Aku memiliki bayang tentangmu tapi tidak dengan ragamu bahkan hatimu,

selama 5 tahun aku hanya berjuang sendiri. Tch dan kau pikir hanya kau yang tersiksa dalam hubungan ini.

Aku hanya menjadi pengganti kakak di hatimu. aku bahkan tidak pernah mencapai hatimu"
aku tersenyum miris.

"aku hanya menjadi pelampiasanmu, aku tahu kau tersiksa karena kepergian kakak ku,
Tapi, apa kau pernah berpikir aku juga kehilangan seorang kakak satu-satunya dalam hidupku untuk melahirkan putrimu kedunia?"
Kali ini nadaku bicaraku mulai meninggi

Aku melihat wajah Yoongi yang mulai merah karena aku mengunkit kejadian yang membuatnya kehilangan seseorang yang berharga.

"Apa kau pernah berpikir bagaima aku melawan kebencianku pada anakmu?"

"Apa kau pernah berpikir bagaimana aku merelakan masa mudaku untuk menjadi pendampingmu,,ohh bukan pendamping tapi PELAMPIASANMU?"

"APA KAU HANYA MELIHAT DARI SUDUT PANDANGMU SAJA,
AKU JUGA TERLUKA YOON, SANGAT"

aku berteriak penuh penekanan dengan meneteskan air mata lagi.

Yoongi mentapku, dan menghapus air mata yang baru saja terjatuh dari mataku dan dia mendekat mencoba memelukku tapi aku mengambil satu langkah mundur kebelakang, aku tidak ingin terjebak dalam pelukan miliknya yang begitu memabukkan.

"Tidak lagi, Tuan Min Yoongi aku tidak akan membiarkanmu menyentuhku tidak lagi, 
kurasa sudah cukup aku bertahan untukmu, aku akan pergi meninggalkanmu dengan masa lalu yang tak bisa kau lupakan itu."

aku menatap matanya untuk terakhir kalinya. Dan tatapan itu masih saja diselimuti es.  Tetap dingin tanpa kehangatan.

Melihatku bertengkar dengan Yoongi, ibunya Yoongi hanya menangis, aku memeluknya sekali penuh kehangatan dan membisikkan sebuah kalimat
"Terimakasih untuk semuanya"

kemudian aku melepas pelukan itu dan berlalu kedalam ruang makan.

"Maafkan aku menganggu pesta kecil ini, aku merusak suasana hangat ini tapi aku harus pulang lebih dulu"

tanpa ba bi bu lagi aku memakai coatku dan mengambil tas lalu berlalu meninggalkan ruangan itu.

Love is not overTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang