Sweet Lies

126 12 0
                                        

"Yoongi-ya, Are you okey?"

Aku menanyakan keadaannya. Apakah dia sadar atau tidak melakukan ini, tapi dia tidak menjawab.

"Yoongi. Min Yoongi."

Aku memanggilnya sekali lagi dan dia semakin mendekap erat tubuhku. Aku sama sekali tidak berusaha melepaskan diri aku malah membalas pelukan itu. Setelah aku memberikan balasan pelukannya dia justru melepaskan pelukannya.

Kenapa? Kenapa dia melepas pelukkannya ketika aku membalas. Apa dia mulai memasang tembok dingin diantara kami lagi. Pikiranku sepenuhnya kosong. Kenapa aku bisa bertahan selama ini dengan orang sedingin ini. Apa ini namanya cinta? Apa cinta selalu semenyakitkan ini? aku benar-benar tak habis pikir. Semua ini membuatku kehilangan harga diriku, semudah itu kah aku jatuh dalam pelukannya. Aku benar-benar dipermalukan.

"Bersihkan dirimu."

Kalimat singkat setelah melepas pelukannya dan pergi meninggalkanku. Apa aku sekotor itu? Apa aku sebodoh ini? Apa aku tidak punya harga diri? Kenapa dia sedingin itu? Kenapa aku mencintainya? Semua pikiran itu sekan masuk dalam pikiranku menemani guyuran air yang membasahi kepalaku. Aku terus memikirkan hal itu. betapa kesalnya aku diperlakukan seperti tadi. Aku mencoba menenangkan diri dan keluar dengan ekspresi biasa saja.

"Kenapa lama sekali?"

Begitu keluar dia menatapku tepat dimata dan menusuk hatiku, Aku tidak pernah menyangka dia akan menungguku selesai. Dia menungguku di atas tempat tidur yang biasa kami gunakan. Otakku mulai gila. Apa lagi sekarang apa dia akan memeluku lagi, menciumku, atau bercinta denganku. Aku sungguh tidak bisa berpikir jernih saat ini. Kenapa aku selalu jatuh pada tatapanya. Dasar wanita bodoh, berhentilah berkhayal. Sekuat tenaga aku menjenihkan kepalaku.

Aku tidak tahu harus seperti apa menanggapi pertanyaannya. Aku hanya diam dan berjalan menuju meja kecil disebelah tempat tidur. Aku berencana mengambil kunci ruang kerjaku dan menjernihkan pikiranku disana. Tapi Yoongi menarik tanganku lagi, dan aku berakhir di atas tempat tidur bersamanya.

"Apa yang kau lakukan, apa ada masalah tidak seperti biasanya kau berbuat seperti ini." Aku menanyakannya karena aku tak mau terlihat bodoh lagi dengan membiarkannya berbuat seenaknya, membuatku bahagia dan menyakitiku disaat yang bersamaan. Bukannya menjawab pertanyaanku dia malah semakin mendekat kepadaku, berada didepan mataku, membelai lembut surai rambutku matanya mengikuti gerakan tangannya dan berhenti diantara leher dan wajahku, mengusap pipiku dan tatapannya berubah menuju bibirku dia mendekatkan bibirnya ke arahku dengan mata tertutup. Dia mendaratkan bibirnya selembut mungkin. Aku tak ingin membalas dan menolak ciuman ini. Hatiku sangat menginginkannya dan otakku ingin menolaknya.

Beberapa saat kemudian dia membuka matanya, dan menatapku dalam.

"Apa ini yang kau harapkan?".

Setelah mengucapkan kalimat itu salah satu sudut bibir Yoongi terangkat keatas. Seakan dia mengatakan aku terlalu murahan. Pertanyaan yang dilontarkannya sontak membuatku hancur. Aku tidak mengerti. Apa semua yang dilakukannya tadi hanya kebohongan. Tiba-tiba mataku mulai basah. Aku muak dan sedih dengan tingkahnya, terlebih lagi aku muak dengan diriku sendiri kenapa aku menerima semua perlakuannya. Dia mempermainkan perasaanku.

Aku bangit dari tempatku, dan keluar dari kamar itu. Aku ingin secepatnya pergi dari kamar itu, aku ingin pergi dari rumah itu, yang paling kuinginkan adalah aku ingin pergi dari Min Yoongi. Aku berlari entah kemana dengan menggunakan pakian yang tipis menyusuri jalanan Hanam yang sangat sepi karena malam semakin larut. Langkah kakiku terhenti didepan Sungai Han. Seluruh tubuhku seakan tak bisa ku gerakkan lagi. Angin dingin berhembus seakan menusuk tulangku.

Memikirkan semua tingkah bodohku karena cinta. Mencintai tidak akan bisa dilakukan sendirian. Mencintai membutuhkan dua orang. aku memikirkan cintaku berkali-kali. aku yang memilih mencintainya seorang diri, aku yang harus menanggung semuanya. Rasa sakit dan malu bercampur menjadi satu. Aku memikirkan banyak hal dalam hidupku. Aku merasa berada di titik terendahku.

Ingin sekali aku mengakhiri hidupku saat itu juga, tapi aku tak mungkin meninggalkan Jia. Jia masih sangat kecil kehilangan ibunya untuk yang kedua kalinya. Aku harus kuat demi Jia, demi janjiku kepada unnie. Aku menguatkan diriku ditepi sungai selama beberapa jam. Membiarkan tubuhku diterpa dinginnya malam. Rasa sakit akan menyembuhkan sakit yang lain.

Setelah selesai menguatkan diriku, aku kembali kekehidupanku yang sulit. Kembali pada Yoongi, Kembali kerumah itu. Aku langsung masuk ketempat yang sangat ingin kuhilangkan. Aku melihat Yoongi terlelap. Semudah itukah dia tertidur. Dia benar-benar tidak peduli kepadaku. Dia bahakan tidak mencariku. Mataku tertuju pada tubuhnya yang terbalut selimut. Aku menatap dalam punggungnya dan mengatakan.

"Apa aku tidak pantas untuk dicintai. Jika iya setidaknya perlakukan aku seperti manusia dan hentikan semua kebohongan manismu yang akan membuatku salah paham. Apa aku benar-benar tidak bisa menggantikan wanita itu?"

Love is not overTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang