She

94 12 0
                                    


Flashback on ***

Hari ini aku mengunjungi Korea diwaktu liburku. Setelah bertahun-tahun aku di Jerman, ini kali pertamaku menghabiskan liburan di Korea. Aku sengaja tidak memberitahu keluargaku kalau aku akan pulang, ingin buat surprise. Suara tawa semua orang terdengar bahkan sebelum aku memasuki rumah. ini hal yang tidak biasa dijam seperti ini semua orang ada dirumah, biasanya hanya ada ibu yang dirumah itupun ibu selalu berada didalam rumah saat malam hari tapi kenapa hari ini ramai sekali. Apa keluargaku pindah tanpa memberitahuku.

Aku rasa ada BBQ party saat ini, karena aku mencium aroma daging yang terbakar, aku semakin ragu kalau ini benar-benar rumahku. Tapi nama yang tertera di pagar putih itu adalah keluarga Moon, jadi aku tidak mungkin salah aku menerobos pagar yang tidak terkunci dan mendapati sesosok laki-laki dengan setelan jas biru berdiri dihadapanku dengan tatapan dingin dan curiga. Aku memberikan salam dan tanggapannya tidak ada. Aku diabaikan. Untuk pertama kalinya aku diabaikan dirumahku sendiri. Dia berpaling pergi meninggalkanku tanpa peduli siapa aku. Aku kesal alhasil kulepas sepatuku dan melemparkannya tepat mengenai kepalanya. Sontak dia berbalik dan membuat keributan denganku.

Mendengar keributan yang kuperbuat, seorang wanita yang sangat cantik dan elegan dengan gaun merahnya keluar. Lengkung bibirnya mulai terlihat, aku pun langsung berlari kearahnya meninggalkan laki-laki tak punya sopan santun itu.

"Unni... aku sangat merindukanmu"

"Hyaa!!! Jangan lari nanti jatuh..."

Aku memeluknya dengan erat dan dia hanya tersenyum sambil mengacak-acak rambutku.

"Kemana sepatumu yang sebelah?"

"Ah..." aku melupakan sepatuku. akupun menoleh kebelakang melihat laki-laki itu. dia berjalan dengan membawa sepatuku yang sebelah dan melemparkannya tepat disamping kakiku. Aku menatapnya kesal, dan memakai sebelah sepatuku. Saat memakai sepatu itu tak sadar ada dua pasang mata yang memperhatikanku.

"Kenalkan, calon suami kakak Min Yonggi."

Sesaat setelah aku selesai mengikat tali sepatuku, kakaku mengatakan hal yang mengejutkan. Tiba-tiba dia akan menikah, dengan laki-laki dingin, jahat, dan tak punya sopan santun. Apa dia gila. Aku menatap kakakku curiga.

"Yonggi-ya­, dia adikku Moon Sua."

Aku dan Yonggi saling tatap dengan mata dingin. Tiba-tiba suara ibu terdengar memanggil kakaku yang meninggalkan acara beberapa saat. Yonggi pergi dulu meninggalkan aku dan kakakku.

Saat berjalan bersama kakaku menceritakan semuanya. Wajar saja cerita kakak bisa selesai dari awal sampai akhir karena halaman rumah ini cukup luas dan berputar-putar karena bung-bunga ibu, sehingga membutuhkan waktu lama untuk sampai disisi lain. Dan yang aku heran teriakan ibu selalu terdengar walau aku berada diluar rumah.

"Anyeonghaseo"

Aku menyapa dengan ceria dari balik punggung kakakku. Ibu dan ayah kaget melihat kehadiranku. Mereka memelukku dan mengenalkanku pada keluarga Yonggi.

Flashback off ***

Setelah aku berbicara sendiri, Yonggi tiba-tiba berbalik dengan mata terbuka. Apa dia mendengarkan perkataanku. Asumsiku menyatakan dia mendengarnya dan sebentar lagi dia akan memulai pertengkaran lagi.

"Kemana saja, malam-malam keluar lama sekali, kalau sakit siapa yang akan menjagamu?"

Kalimat itu membantah semua asumsiku, sikapnya tetap dingin dan tidak peduli. Dari pertemuan pertamaku dengannya memang tidak pernah ada kesan baik. Aku tidak menjawab dan pergi kesisinya untuk mengistirahatkan hati dan pikiranku.

Walau kami tidak memiliki hubungan seperti suami istri tapi kami selalu tidur diatas ranjang yang sama, untuk jaga-jaga kalau Jia menerobos kamar kami.

Pernah sekali kami tidur terpisah, dan Jia menangis semalaman karena melihat kami tidak berada diruangan yang sama. dia menanyakan apa dia akan kehilangan salah satu dari kami. Dia bercerita kalau ada temannya yang kehilangan ibunya karena tidak tidur bersama lagi. Aku dan Yongi bingung menjelaskan keadaan kami, dan akhirnya kami memutuskan untuk tetap tidur dalam satu ruangan.

Malam berlalu sangat cepat, alarmku sudah berbunyi. Waktunya aku melakukan tugasku sebagai ibu. Aku berusaha bangun dari tidurku dan bangkit dari ingatan menyakitkan semalam. Yonggi yang masih tertidur setelah mematikan alarmku, seakan wakt tidurnya masih kurang. Sudah bukan hal baru melihat Yonggi yang seperti itu.

Asisten rumah tangga yang sekaligus pengasuh Jia, Bibi Han hanya datang 2 kali selama seminggu pada hari Senin dan Kamis saja diluar hari itu dia hanya datang ketika diminta saja. Sisanya aku melakukan tugasku sebagai ibu rumah tangga. Memasak sarapan, membangunkan Jia, dan membersihkan rumah.

Hari ini Jia sangat bersemangat, dia bangun tanpa aku membangunkannya. Kebiasaan tidurnya sangat mirip dengan ayahnya. Dia pergi menemuiku di dapur dan menanyakan ayahnya.

"Hari ini Jia akan membangunkan ayah, eoma buatkan aku susu." Dia benar-benar bahagia pagi ini. Suaranya menggema di seisi rumah. setelah beberapa saat dia keluar bersama ayahnya.

"Hari ini ayah yang akan menyiapkanku pergi sekolah." Dia berteriak seakan memintaku tidak menganggu ayah dan anak ini.

Aku tertawa simpul melihat tingkah manja anak ini. biasanya dia akan bersiap-siap sendiri, entah ada apa.

--- beberapa saat kemudia ---

Mereka keluar dari kamar masing-masing, dan sudah siap sedia beraktifitas pagi ini. andai setiap pagiku seperti ini, kurasa beban hidupku berkurang sedikit. Yonggi dengan secangkir coffie dan roti pangang dihadapannya, Jia dengan segelas susu dengan sereal favoritnya, dan aku dengan segelas susu dan roti. Menemani sarapan kami. Jia membuka percakapan diantara kami.

"Minggu depan, Jia tampil di acara ulangtahun sekolah, ibu guru meminta Jia menggundang keluarga Jia. Jadi ibu dan ayah harus datang melihat Jia menari dan menyanyi."

Dengan mata berbinar-binar dan bersemangat, kami tidak bisa menolak dan mengiyakannya, tanpa melihat jadwal pekerjaan. Sesaat sebelum berangkat aku melihat jadwal ku minggu depan. Dan sudah terisi meeting dengan investor dari China. Aku bingung bagaimana harus mengatakannya pada putri kecil yang sangat bahagia saat ini.

Love is not overTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang