"Jia. Appa tidak bisa pergi kesekolah Jia, karena Appa ada meeting penting dengan klien.”
Yonggi mengatakan ketidak bersediaannya. Sontak wajah bersinar ceria itu sirna. Jia kemudian menatap kearahku. Aku tidak tega menyakiti hatinya dan menghancurkan semangatnya.
Tenang saja, eoma akan datang bersama kakek dan nenek, jadi Jia jangan bersedih dan tampilkan yang tebaik, eoma akan melihat penampilanmu sayang. Entah aku bisa mengcancel meeting ku atau tidak.*
*
*
Hari pertunjukan Jia.
Aku tidak bisa menunda rapat itu, syukurlah rapat ini akan segera berakhir. Penampilan Jia adalah penampilan yang terakhir. Harusnya aku masih sempat mengejar keterlambatanku. Aku mengirimkan pesan kepada ibukku. Menanyakan apa Jia sudah tampil. Ibukku tidak membalasnya. Apapun yang terjadi aku harus ada saat Jia melihat kearah penonton. Aku tidak ingin mengecewakannya.
Sialnya terjadi kecelakaan di dekat sekolahan Jia yang menyebabkan kemacetan.
Aku tidak akan sampai tepat waktu jika terus terjebak dalam kemacetan ini. aku memutuskan meminggirkan mobilku didepan sebuah restoran dan berlari menuju sekolah Jia. Aku berlari sekitar 700 m dengan heel yang menyiksaku. Sesekali aku kehilangan keseimbangan karena Heel dan jatuh lalu bangkit dan berlari lagi.
Sayangnya, Aku tidak tiba tepat waktu saat aku sampai penampilan Jia sudah selesai. Aku melihat wajah anak itu murung dan menuju belakang panggung.
Aku menghampiri anak itu kebelakang panggung dan kudapati dia menangis sendirian disudut ruangan."Jia-ya maafkan eoma. Eoma terlambat melihat penampilanmu. Kakek sudah merekam penampilanmu nanti kita lihat lagi sama-sama."
Aku berusaha membujuknya, tapi dia hanya diam dan memasang raut muka keras. Akhirnya aku mendekatinya, menyamakan tinggiku dengannya, menegakkan kepalanya yang tertunduk dan menatap matanya. Saat tatapan kami bertemu, aku bertemu dengan tatapan yang tidak asing lagi. Tatapan ini sama seperti tatapan Min Yonggi. Dingin dan datar.
"Jiaaa... Jia boleh marah sama eoma sekarang, kalau Jia mau memukul eoma pukul saja, Jia mau berteriak didepan eoma lakukan saja, asal jangan diam saja. Eung, Apa Jia membenci eoma? "
Dia masih terdiam. Diamnya tidak dapat kuartikan. Sambil menahan rasa sakit yang entah dari mana datangnya. Aku tidak memikirkan diriku, aku hanya memikirkan anak yang berdiri didepanku dengan tatapan marah dan datarnya.
Aku merasa putus asa, Jia sama sekali tidak menjawab pertanyaanku atau marah kepadaku, apa yang terjadi. Tatapan anak ini sama dengan ayahnya saat memintaku pergi, apa dia juga menginginkan hal yang sama.
"Maafkan eoma karena menjadi eoma yang buruk buat Jia, eoma akan pergi jika itu yang putri kecil eoma inginkan"
Aku melepaskan tanganku yang menegakkan kepala Jia dan berdiri, membuat jarak antara aku dengan anak itu.
saat aku akan melangkahkan kakiku. Jia membuka mulutnya."Aku benci eoma...
Sangat benci..
Semua anak datang dengan ibu atau ayahnya, mereka terlihat bahagia. apa aku tidak boleh memilih siapa yang akan menjadi keluargaku, jika bisa aku tidak akan memilih eoma sebagai ibuku."Kalimat itu menghentikan langkahku dan cairan bening dari mataku mengalir membasahi wajahku.
Kalimat yang menghancurkan hatiku. Kalimat yang keluar dari anak kecil dan dia adalah orang yang paling berharga bagiku. Membuatku terlihat begitu menyedihkan.
Aku tidak menyalahakan Jia karena berpikir seperti itu, semua memang salahku."Apa itu yang Jia harapkan?,
kalau memang itu, eoma akan berhenti menjadi ibumu, dan kamu bebas memilih ibumu sendiri...
tapi ingatlah satu hal Jia tetap menjadi anak pilihan eoma walupun eoma bukan ibu pilihan Jia"Aku kembali menyamakan tinggiku dengan Jia. Aku menahan air mataku jatuh saat mengatakan itu aku berusaha tersenyum.
Saat itu ibukku mendengar percakapan kami. Dan memperhatikan kami dari posisinya.
"Sekarang hentikan kemarahanmu eung, eoma akan mengabulkan permintaanmu yang tadi,
Maafkan eoma telah menjadi ibu yang buruk selama ini. tersenyumlah bersama ibu pilihanmu nak. Eoma menyayangimu”
ucapku sembari membelai surai rambutnya pelan."Sua, apa kau gila. Anak sekecil itu tidak mengerti dengan apa yang kau bicarakan, kau adalah ibunya bagaimana bisa kau menerima semua permintaan anak kecil yang sedang marah. "
Tiba-tiba Ibukku berdiri dibelakangku dan berteriak. Aku meraih tangannya, seakan aku tak mampu berdiri lagi menahan rasa sakit yang ternyata berasal dari kaki ku yang terkilir saat berlari.
"Bukan hanya Min Yonggi saja yang tidak bisa menerimaku, bahkan Min Jia pun tidak mengharapanku sebagai ibunya." Aku tersenyum miris
"Aku tidak pantas mengisi posisi Kakak di keluarga ini. Aku sudah lelah dengan semua kebohongan ini. Eoma maafkan aku karena tidak bisa membuatmu bangga."
Aku mengenggam tangan ibukku kemudian melepaskannya perlahan dan pergi meninggalkan mereka.
Dalam langkah gontai banyak hal yang menganggu pikiranku seperti, Aku benar-benar bodoh karena berpikir dapat mengantikan peran kakaku. Aku bukanlah siapa-siapa. Aku tidak pantas bahagia.
Dengan kaki terpincang-pincang aku menangis sambil menyusuri jalan menuju mobilku. Pikiranku benar-benar kosong, aku tidak mempedulikan orang-orang memandangku.
Penampilan, hati, dan otakku kacau. Rasa sakit di kakiku terkalahkan dengan rasa sakit di hatiku. Seakan kali ini hati dan otakku berjalan beriringan menanggung rasa sakit ini.
Aku tak sanggup menahan rasa sakit ini, aku memacu mobilku dengan kecepatan penuh keluar dari Seoul dan entah akan berakhir dimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is not over
FanfictionCinta tidak berakhir sendirinya, cinta berada dalam diri manusia yang sulit diartikan. Berada disekitarnya belum tentu memiliki cintanya. Selalu ada untuknya belum tentu ada di hatinya. Tidak harus dipahami cara kerja cinta, menjadi cukup dan ber...