Singularity

38 9 0
                                    

Disinilah aku sekarang, didepan sekolah Jia.

Sudah 30 menit setelah bel pulang berbunyi, tapi anak itu tidak kunjung muncul. Akhirnya aku memutuskan untuk masuk dan menanyakan pada gurunya.

"Permisi, apa semua anak sudah pulang?"

"Ah, belum masih ada beberapa anak yang menunggu jemputan di taman sekolah. Kalau boleh tau siapa yang anda cari?"

"Min Jia."

"Anda siapanya kalau boleh tau?"

"Oh, saya ibunya"

"Tapi wanita tempo hari juga berkata bahwa dia ibunya tapi Jia menolak untuk pulang bersamanya dan lebih memilih menunggu neneknya"

Aku tesenyum pahit,

"Bisa tolong panggilkan dia dulu, katakana bahwa Eommanya datang"

"Baiklah silakan tunggu sebentar"

Aku menunggu kurang lebih 10 menit. Kenapa lama sekali sepertinya sulit untuk membujuk Jia.

"Ishhh, Jia tidak punya eomma selain Sua eomma"

Teriak seorang anak yang terlihat kesal dengan orang yang memanggilnya.

Aku membalikkan badan dan melihat anak itu yang kini semakin tinggi saja. Jia menatap ku dengan mata berkaca-kaca.

Aku memberikan senyumanku dan melebarkan tanganku, sementara anak itu berlari kearahku dan masuk dalam dekapanku.

"Jia sudah besar kenapa menangis?"

"Eomma dari mana saja. Jia merindukanmu, jangan pergi lagi, Jia janji tidak akan nakal lagi..."

"Eomma tidak akan kemana-mana lagi sayang."

"Mau makan siang bersama eomma?"

Dia mengangguk antusias.

-

-

-

"Ahjussi, kenapa disini? Oh jangan dijawab biarkan Jia menebak."

Jia berfikir sejenak dan jawabanya adalah

"Kekasih eomma ya? aku tahu saat Appa membawa wanita selain Eomma pulang pasti eomma sangat sedih karena itu eomma pergi dan ingin bahagia bersama Ahjussi. Benarkan?"

Jawaban macam apa ini.

"Diam berarti iya. Terimakasih Ahjussi telah membuat eomma bahagia"

"Uhhh.. kau dewasa sekali sayang, Ahjussi janji akan selalu membuat eommamu ini bahagia"

Setelah pembicaraan yang cukup membuatku tegang kini suasananya berubah, mnjadi lebih hangat. Melihat Mingyu begitu cepat dekat dengan Jia, membuktikan bahwa Mingyu memang laki-laki yang baik.

Tapi setelah kuperhatikan lagi ada yang berbeda dari Jia. Lengannya terdapat beberap memar dan dia sering menggaruk badanya, selain itu matanya tidak sejernih dulu tampak sedikit menguning.

Setelah aku menyadari keanehan pada Jia, hal mengejutkan terjadi dia memegang perutnya dan muntah. Aku panik, apa aku melakukan kesalahan, apa aku memberinya makanan yang tidak sehat , tapi setelah ku ingat kita bahkan baru saja memesan jadi belum ada makanan yang masuk.

Aku berlari menghampirinya dan memegang tangannya erat, sementara Mingyu memanggil ambulance.

-

"Dia akan baik-baik saja kan Ming? Apa yang terjadi padanya?"

"Tenanglah sayang, Jia akan baik-baik saja."

Mingyu memelukku dan mengusap punggungku menenangkanku.

"Oh.. Ming aku belum menghubungi semuanya"

"Sudah aku hubungi sayang, sekarang kita tunggu dan berdoa yang terbaik untuk Jia."

Beberapa saat kemudian kedua orangtuaku sampai, disusul dengan orang tua Yoongi dan yang terkahir Yoongi.

"Maafkan aku, karena aku bertemu dengan Jia semua ini terjadi, aku memang tidak pantas menjadi ibu untuknya."

Love is not overTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang